Setiap salat tarawih, harus khatam satu juz
A
A
A
Sindonews.com - Pondok Pesantren (Ponpes) Al Quran Wates atau Pesawat adalah salah satu ponpes yang banyak memiliki santri. Ramadan pun dijadikan momentum untuk lebih mendongkrak keimanan dan ketaqwaan bagi para santri.
Apa saja aktivitas di ponpes yang berusia 35 tahun ini untuk mendongkrak ketakwaaan santrinya?
Pesawat didirikan sejak 1979. Saat itu KH Chasan Tholabi mendirikan Pesawat di Driyan Wates. Sejak 1994, ponpes ini dipindahkan ke Kedungpring, Giripeni, Wates dan diasuh salah satu putranya, KH Achmad Su’adi.
Mulai tahun lalu, ponpes telah dilengkapi dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) VIP Pesawat. Pada tahun pertama mampu menampung 40 siswa yang dibagi dalam dua kelas putra dan putri. Di sini, setiap siswa wajib tinggal di ponpes.
Kehadiran para siswa inilah yang menjadikan suasana Ramadan tahun ini sedikit berbeda. Setiap malam ada sekitar 200 santri yang ikut melaksanakan tarawih dan kegiatan tadarus hingga kajian kitab.
Keistimewaan tarawih di Pesawat, setiap malam akan lagsung khatam satu juz. Imam akan membaca seluruh suratsurat dalam satu jus, yang dibagi kedalam 20 rakaat. Sehingga, ketika nanti berakhir puasa, dengan sendirinya akan khatam Alquran. “Ini menjadi tradisi kami, mengikuti petunjuk kiai-kiai terdahulu,” ucap Ahmad Sua’di.
Tradisi ini merupakan salah satu upaya untuk memotivasi santri lebih giat dan tekun dalam membaca Alquran serta hafalannya. Semua santri dilatih mampu hafal kitab suci umat Islam ini. Apalagi dalam satu bulan, mereka juga menargetkan hafal kitab dalam sebulan, yang terdiri dari kitab fiqih, akhlaq, dan tauhid. Khusus di bulan Ramadan, setiap santri minimal belajar Alquran hingga sembilan jam.
Untuk hafalan ayat-ayat suci kegiatannya dimulai mulai pagi hingga menjelang subuh. Dilanjutkan salat subuh dan pengajian, hingga menjelang sekolah. Nantinya akan dilanjutkan seusai sekolah sampai habis salat ashar. Malam harinya masih melakukan tarawih, tadarus, serta kajian lainnya.
“Hafalan sengaja kami lakukan menjelang subuh, agar lebih mudah diingat dan otak masih bersih,” tandas Ahmad.
Sekolah yang didirikan lebih menekankan pada karakter, iptek, dan keagamaan. Mengenai biaya, setiap siswa diberikan kebebasan membayar sesusai kemampuannya. Namun bagi yang mampu wajib membayar Rp250.000. Meski begitu ada yang hanya membayar Rp15.000, itu sudah termasuk tinggal dan makan.
“Sekolah ini kami dirikan karena keprihatinan akan kasus anak jalanan dan kemaksiatan,” katanya.
Tidak heran jika setiap malam Jumat legi, seluruh orangtua dan wali santri wajib datang untuk melakukan doa bersama. Namun bagi orangtua di luar daerah, maksimal tiga kali harus datang.
Salah satu tenaga pendidik ponpes, Sunyoto mengutarakan, salah satu materi yang ditonjolkan adalah ilmu komputer. Ilmu ini sangat penting agar santri familiar dengan fasilitas komputer dan internet. “Santri harus mampu mengoperasionalkan komputer dan internet,” tandasnya.
Apa saja aktivitas di ponpes yang berusia 35 tahun ini untuk mendongkrak ketakwaaan santrinya?
Pesawat didirikan sejak 1979. Saat itu KH Chasan Tholabi mendirikan Pesawat di Driyan Wates. Sejak 1994, ponpes ini dipindahkan ke Kedungpring, Giripeni, Wates dan diasuh salah satu putranya, KH Achmad Su’adi.
Mulai tahun lalu, ponpes telah dilengkapi dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) VIP Pesawat. Pada tahun pertama mampu menampung 40 siswa yang dibagi dalam dua kelas putra dan putri. Di sini, setiap siswa wajib tinggal di ponpes.
Kehadiran para siswa inilah yang menjadikan suasana Ramadan tahun ini sedikit berbeda. Setiap malam ada sekitar 200 santri yang ikut melaksanakan tarawih dan kegiatan tadarus hingga kajian kitab.
Keistimewaan tarawih di Pesawat, setiap malam akan lagsung khatam satu juz. Imam akan membaca seluruh suratsurat dalam satu jus, yang dibagi kedalam 20 rakaat. Sehingga, ketika nanti berakhir puasa, dengan sendirinya akan khatam Alquran. “Ini menjadi tradisi kami, mengikuti petunjuk kiai-kiai terdahulu,” ucap Ahmad Sua’di.
Tradisi ini merupakan salah satu upaya untuk memotivasi santri lebih giat dan tekun dalam membaca Alquran serta hafalannya. Semua santri dilatih mampu hafal kitab suci umat Islam ini. Apalagi dalam satu bulan, mereka juga menargetkan hafal kitab dalam sebulan, yang terdiri dari kitab fiqih, akhlaq, dan tauhid. Khusus di bulan Ramadan, setiap santri minimal belajar Alquran hingga sembilan jam.
Untuk hafalan ayat-ayat suci kegiatannya dimulai mulai pagi hingga menjelang subuh. Dilanjutkan salat subuh dan pengajian, hingga menjelang sekolah. Nantinya akan dilanjutkan seusai sekolah sampai habis salat ashar. Malam harinya masih melakukan tarawih, tadarus, serta kajian lainnya.
“Hafalan sengaja kami lakukan menjelang subuh, agar lebih mudah diingat dan otak masih bersih,” tandas Ahmad.
Sekolah yang didirikan lebih menekankan pada karakter, iptek, dan keagamaan. Mengenai biaya, setiap siswa diberikan kebebasan membayar sesusai kemampuannya. Namun bagi yang mampu wajib membayar Rp250.000. Meski begitu ada yang hanya membayar Rp15.000, itu sudah termasuk tinggal dan makan.
“Sekolah ini kami dirikan karena keprihatinan akan kasus anak jalanan dan kemaksiatan,” katanya.
Tidak heran jika setiap malam Jumat legi, seluruh orangtua dan wali santri wajib datang untuk melakukan doa bersama. Namun bagi orangtua di luar daerah, maksimal tiga kali harus datang.
Salah satu tenaga pendidik ponpes, Sunyoto mengutarakan, salah satu materi yang ditonjolkan adalah ilmu komputer. Ilmu ini sangat penting agar santri familiar dengan fasilitas komputer dan internet. “Santri harus mampu mengoperasionalkan komputer dan internet,” tandasnya.
(hyk)