Pesantren kilat, wadah pengembangan kualitas keimanan siswa
A
A
A
Sindonews.com - Pesantren kilat merupakan salah satu kegiatan pendidikan alternatif dalam bidang ilmu agama. Oleh karena itu, kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh para siswa setiap Ramadan tiba.
Mengapa kegiatan ini disebut pesantren kilat? Pada dasarnya, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan menyerupai apa yang dilakukan di pesantren. Dimana, pembelajaran yang diterima siswa lebih terfokus kepada ilmu agama. Hanya saja, waktunya lebih singkat, yakni berkisar 3-7 hari.
Kegiatan pesantren kilat ini lazimnya dilaksanakan para siswa dari sekolah umum, karena pembelajaran agama yang diajarkan di sekolah dianggap tidak cukup dari kebutuhannya. Berbeda dengan sekolah madrasah maupun pesantren yang memang materi ilmu yang diajarkan lebih banyak bicara agama.
Atas dasar itulah, pesantren kilat menjadi salah satu pendidikan alternatif bagi siswa di sekolah umum. Kegiatan seperti ini kerap dilaksanakan pada saat Ramadan mengingat waktu itu aktivitas siswa di sekolah libur. Untuk mengisi kekosongan waktu itu lebih baik mengikuti pesantren kilat.
Di samping bermanfaat dalam pengembangan kualitas keimanan siswa, kegiatan ini merupakan penambah amalan ibadah. “Setiap tahun kita menginstruksikan sekolah untuk membuat pesantren kilat. Di samping juga kita buat pesantren kilat secara bersama seperti yang saat ini masih berlangsung di Asrama Haji Medan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Medan Parluhutan Hasibuan. Rangkaian kegiatan pesantren kilat ini biasanya mencakup salat, mengaji (tadarus), dakwah, muamalah, puasa, dan materi lainnya.
Pemberian materi atau dakwah dilakukan khusus oleh guru agama, atau ustaz. Sedangkan untuk permainan- permainan di dampingi instruktur. Tidak lupa pula diawasi oleh wali kelas. ”Pesantren kilat ini juga mengajarkan kemandirian terhadap anak-anak. Jauh dari orangtua sehingga aktivitas yang dilakukan harus bisa secara mandiri,” jelasnya. Parluhutan berharap dari kegiatan ini mampu menghasilkan anak-anak yang memiliki karakter individu yang beriman dan bertakwa.
Memiliki kepribadian yang baik dan jiwa persaudaraan yang baik pula. Mengingat, selama ini efek buruk globalisasi telah merubah prilaku para siswa. “Kita berharap para orang tua juga membantu mendorong anak-anaknya untuk ikut berpartisipasi dalam pesantren kilat. Selama ini para orang tua malah banyak yang tidak mengizinkan anaknya ikut pesantren kilat,” ungkapnya.
Sementara itu, dosen IAIN Sumut yang menjadi narasumber dalam kegiatan pesantren kilat di Asrama Haji Medan, Parno Kartawi menyatakan, pesantren kilat ini sangat positif dalam mengembangkan pengetahuan wawasan agama siswa.
Apa yang sudah didapatkan di sekolah selama ini dapat ditingkatkan dengan adanya kegiatan tersebut. Dia melihat, jam pelajaran agama yang tersedia di sekolah umum selama ini masih kurang dalam menambah wawasan siswa. Berbeda dengan sekolahsekolah agama yang mayoritas diisi oleh pelajaran agama. “Jadi sifatnya dia mengembangkan apa yang sudah ada, kini ditingkatkan lagi. Konvergensi dari yang sudah disampaikan di sekolah,” ucapnya.
Parno melihat seluruh siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat ini. Tidak terlihat ada yang bermalas- malasan atau enggan mendengarkannya. “Bersemangat semua ikuti kegiatan. Tidak terlihat mereka suntuk atau bosan,” jelasnya. Agar terserap dengan baik oleh peserta kegiatan, maka pihaknya menggunakan pendekatan partisipatif. Dimana, melibatkan siswa dalam setiap materi yang disampaikan dengan cara diskusi, tanya jawab, tugas dan latihan dan lainnya.
“Setiap habis materi kita minta mereka membuat resumenya, dan dikumpulkan setiap hari. Begitu juga dengan permainan-permainannya kita sisipkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi anak,” ungkapnya. Lebih bermanfaat lagi, kata Parno, kegiatan ini jika dilanjutkan dengan pembinaan di rumah. Sehingga apa yang sudah diberikan selama kegiatan pessantren kilat bisa tertanam terus dalam diri anak-anak. Salah seorang guru pendamping, Afrida Nasution menyampaikan, para siswa yang diikutsertakan dalam kegiatan pesantren kilat merupakan orang-orang terpilih.
Selain sudah memiliki pengetahuan yang baik dan kemauan tinggi. Sehingga saat mengikuti kegiatan tidak berniat untuk mengundurkan diri. Siswa SD SDN 060843 Medan Barat Rida Nur Amalia mengaku senang bisa dipilih untuk ikut kegiatan pesantren kilat ini. Sebab, banyak hal bermanfaat yang ia peroleh. “Bisa belajar agama bersama temanteman dan bisa mandiri,” ucapnya.
Dia mengaku tak pernah suntuk dan bosan menjalani kegiatan tersebut, karena dilakukan bersama teman-temannya. Di antara ceramah agama juga diselingi dengan permainan-permainan. “Jading gak bosan karena ada games-nya dan diikuti juga sama teman-teman,” ucapnya. Hal senada diungkapkan Muhammad Taqwa, siswa SDN 065002 Medan Labuhan. Dia mengaku betah mengikuti kegiatan pesantren kilat yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Medan ini.
“Ada juga rindu sama mamak di rumah,” ucapnya. Dia tidak bosan mengikuti berbagai kegiatan yang diberikan panitia lantaran materi yang disampaikan menarik dan menyenangkan.
Mengapa kegiatan ini disebut pesantren kilat? Pada dasarnya, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan menyerupai apa yang dilakukan di pesantren. Dimana, pembelajaran yang diterima siswa lebih terfokus kepada ilmu agama. Hanya saja, waktunya lebih singkat, yakni berkisar 3-7 hari.
Kegiatan pesantren kilat ini lazimnya dilaksanakan para siswa dari sekolah umum, karena pembelajaran agama yang diajarkan di sekolah dianggap tidak cukup dari kebutuhannya. Berbeda dengan sekolah madrasah maupun pesantren yang memang materi ilmu yang diajarkan lebih banyak bicara agama.
Atas dasar itulah, pesantren kilat menjadi salah satu pendidikan alternatif bagi siswa di sekolah umum. Kegiatan seperti ini kerap dilaksanakan pada saat Ramadan mengingat waktu itu aktivitas siswa di sekolah libur. Untuk mengisi kekosongan waktu itu lebih baik mengikuti pesantren kilat.
Di samping bermanfaat dalam pengembangan kualitas keimanan siswa, kegiatan ini merupakan penambah amalan ibadah. “Setiap tahun kita menginstruksikan sekolah untuk membuat pesantren kilat. Di samping juga kita buat pesantren kilat secara bersama seperti yang saat ini masih berlangsung di Asrama Haji Medan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Medan Parluhutan Hasibuan. Rangkaian kegiatan pesantren kilat ini biasanya mencakup salat, mengaji (tadarus), dakwah, muamalah, puasa, dan materi lainnya.
Pemberian materi atau dakwah dilakukan khusus oleh guru agama, atau ustaz. Sedangkan untuk permainan- permainan di dampingi instruktur. Tidak lupa pula diawasi oleh wali kelas. ”Pesantren kilat ini juga mengajarkan kemandirian terhadap anak-anak. Jauh dari orangtua sehingga aktivitas yang dilakukan harus bisa secara mandiri,” jelasnya. Parluhutan berharap dari kegiatan ini mampu menghasilkan anak-anak yang memiliki karakter individu yang beriman dan bertakwa.
Memiliki kepribadian yang baik dan jiwa persaudaraan yang baik pula. Mengingat, selama ini efek buruk globalisasi telah merubah prilaku para siswa. “Kita berharap para orang tua juga membantu mendorong anak-anaknya untuk ikut berpartisipasi dalam pesantren kilat. Selama ini para orang tua malah banyak yang tidak mengizinkan anaknya ikut pesantren kilat,” ungkapnya.
Sementara itu, dosen IAIN Sumut yang menjadi narasumber dalam kegiatan pesantren kilat di Asrama Haji Medan, Parno Kartawi menyatakan, pesantren kilat ini sangat positif dalam mengembangkan pengetahuan wawasan agama siswa.
Apa yang sudah didapatkan di sekolah selama ini dapat ditingkatkan dengan adanya kegiatan tersebut. Dia melihat, jam pelajaran agama yang tersedia di sekolah umum selama ini masih kurang dalam menambah wawasan siswa. Berbeda dengan sekolahsekolah agama yang mayoritas diisi oleh pelajaran agama. “Jadi sifatnya dia mengembangkan apa yang sudah ada, kini ditingkatkan lagi. Konvergensi dari yang sudah disampaikan di sekolah,” ucapnya.
Parno melihat seluruh siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat ini. Tidak terlihat ada yang bermalas- malasan atau enggan mendengarkannya. “Bersemangat semua ikuti kegiatan. Tidak terlihat mereka suntuk atau bosan,” jelasnya. Agar terserap dengan baik oleh peserta kegiatan, maka pihaknya menggunakan pendekatan partisipatif. Dimana, melibatkan siswa dalam setiap materi yang disampaikan dengan cara diskusi, tanya jawab, tugas dan latihan dan lainnya.
“Setiap habis materi kita minta mereka membuat resumenya, dan dikumpulkan setiap hari. Begitu juga dengan permainan-permainannya kita sisipkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi anak,” ungkapnya. Lebih bermanfaat lagi, kata Parno, kegiatan ini jika dilanjutkan dengan pembinaan di rumah. Sehingga apa yang sudah diberikan selama kegiatan pessantren kilat bisa tertanam terus dalam diri anak-anak. Salah seorang guru pendamping, Afrida Nasution menyampaikan, para siswa yang diikutsertakan dalam kegiatan pesantren kilat merupakan orang-orang terpilih.
Selain sudah memiliki pengetahuan yang baik dan kemauan tinggi. Sehingga saat mengikuti kegiatan tidak berniat untuk mengundurkan diri. Siswa SD SDN 060843 Medan Barat Rida Nur Amalia mengaku senang bisa dipilih untuk ikut kegiatan pesantren kilat ini. Sebab, banyak hal bermanfaat yang ia peroleh. “Bisa belajar agama bersama temanteman dan bisa mandiri,” ucapnya.
Dia mengaku tak pernah suntuk dan bosan menjalani kegiatan tersebut, karena dilakukan bersama teman-temannya. Di antara ceramah agama juga diselingi dengan permainan-permainan. “Jading gak bosan karena ada games-nya dan diikuti juga sama teman-teman,” ucapnya. Hal senada diungkapkan Muhammad Taqwa, siswa SDN 065002 Medan Labuhan. Dia mengaku betah mengikuti kegiatan pesantren kilat yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Medan ini.
“Ada juga rindu sama mamak di rumah,” ucapnya. Dia tidak bosan mengikuti berbagai kegiatan yang diberikan panitia lantaran materi yang disampaikan menarik dan menyenangkan.
(nfl)