Kutbah Idul Fitri 1434 H
A
A
A
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang berbahagia
Kembali puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada kita, khususnya pada bulan Ramadan yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah salat Id kita pada pagi ini.
Karenanya kita berharap semoga semua itu dapat mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dalam menjalani sisa kehidupan kita di dunia. Ketakwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia dihadapan Allah SWT.
Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang berbahagia
Salah satu yang tidak terpisah dari aktivitas Ramadan yang baru saja kita lalui adalah memakmurkan masjid. Selama Ramadan, masjid kita relatif jauh lebih makmur, pengurus dan jamaah masjid lebih besar perhatiannya dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran hingga dana. Ini merupakan pelajaran bagi kita semua bahwa seharusnya setiap kita menyadari betapa masjid itu sangat penting bagi kaum muslimin.
Nilai-nilai yang sudah kita bina selama ibadah Ramadan harus dapat kita lestarikan, paling tidak sampai Ramadan tahun yang akan datang. Dalam konteks inilah menjadi penting memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam. Bagi kita, seharusnya masjid kita posisikan seperti rumah kita sendiri atau kalau boleh disebut sebagai rumah kedua umat Islam. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرُّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ اِلَى رِضْوَانِ اللهِ اِلَى الْجَنَّةِ.
Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni surga (HR. Thabrani dan Bazzar dari Abud Darda ra).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum muslimin rahimakumullah
Dari hadis di atas, bila kita menjadikan masjid seperti rumah kita sendiri, maka kita akan memperoleh tiga hal. Pertama, ketenangan jiwa. Hal ini karena masjid merupakan rumah Allah SWT dan sumber ketenangan itu adalah Allah SWT. Ketika orang berdosa mau kembali ke masjid sebagai salah satu tanda taubatnya, maka Allah SWT menerimanya dengan senang hati, ini tentu membuat si pendosa menjadi tenang.
Ketika orang takut dan cemas mau ke masjid niscaya ia akan mendapatkan ketenangan karena di masjid hati dan pikirannya dijernihkan, bahkan ketika orang punya problem dalam hidup, pengurus masjid bersama jamaah yang lain akan membantu menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluar.
Dalam konteks inilah, para khatib dan mubalig melalui khutbah dan ceramahnya harus dapat memberikan ketenangan, sedangkan pengurus masjid dan jamaah bekerjasama untuk dapat membangun ketenangan itu melalui program memakmurkan jamaah sehingga problematika yang dihadapi jamaah dapat dibantu dan dicarikan jalan keluarnya.
Kedua, bila masjid kita jadikan seperti rumah sendiri, maka kita akan memperoleh rahmat atau kasih sayang dari Allah SWT. Dalam konteks kehidupan berjamaah atau bermasyarakat, rahmat Allah SWT amat kita butuhkan, karena dengan demikian kita akan berlaku lemah lembut dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun masyarakat dan bangsa. Sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang yang kasar menunjukkan bahwa ia masih jauh dari rahmat Allah SWT.
Karena itu, sebesar-besarnya kekecewaan atau kemarahan Rasulullah SAW, beliau tidak dibenarkan berlaku kasar, tetapi tetap lemah lembut, mudah memberi maaf atas kesalahan orang lain, bahkan harus mendoakan ampunan baginya serta menjadi soliditas atau kekompakan dalam berjamaah dengan bermusyawarah, ini semua hanya bisa dilakukan karena rahmat Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran [3]:159).
Keuntungan Ketiga bila kita menjadikan masjid seperti rumah sendiri adalah diberi kemampuan melintas shirat atau jembatan menuju surga. Ini merupakan dambaan setiap muslim. Hal ini karena berhasil melewati shirat membuat kita akan masuk ke dalam surga. Keberhasilan kita melewati shirat sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah bila kita komitmen kepada pemakmuran masjid. Kemudahan melewati shirat karena telah memperoleh cara yang sempurna, Rasulullah SAW bersabda:
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِى الظُّلْمِ إِلَى الْمَسْجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Berbahagialah orang-orang yang banyak berjalan ke masjid dalam kegelapan, mereka meraih cahaya yang sempurna pada hari kiamat (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Hakim).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah salat Id yang berbahagia
Persoalan kita kemudian adalah bagaimana mewujudkan masjid seperti rumah kita sendiri. Paling tidak, ada empat hal yang harus kita lakukan. Pertama, memiliki komitmen atau ikatan batin sebagaimana hal itu kita tunjukkan terhadap rumah kita sendiri. Ikatan batin yang kuat terhadap masjid membuat kita rindu kepada masjid dan selalu ingin mendatanginya. Karena itu, perbedaan pendapat, ketidakcocokan pengurus dengan pengurus, ketidakcocokan jamaah dengan pengurus hingga perbedaan pendapat tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak mau mendatangi masjid.
Saling menghormati atas adanya perbedaan, bermusyawarah dan mencari titik kesamaan merupakan sesuatu yang amat penting untuk tercapainya masjid yang makmur. Mendatangi masjid adalah komitmen kita kepada Allah SWT dan persoalan kita secara pribadi dengan sesama pengurus dan jamaah adalah persoalan lain. Bila kita sudah memiliki ikatan batin dengan masjid, kita akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT pada hari kiamat, sesuatu yang amat kita butuhkan, Rasulullah SAW bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, orang yang sudah rajin datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya tidak perlu kita ragukan keimanannya, Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ
Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).
Kedua, betah berada di dalamnya. Karenanya seorang mukmin bila berada di masjid menjadi seperti ikan di dalam air, sedangkan orang munafik justru seperti burung dalam sangkar. Ramadan adalah bulan dimana kita merasakan lebih banyak waktu untuk berada di Masjid, apalagi pada 10 hari terakhir Ramadan.
Orang yang betah berada di masjid selama tidak mengabaikan kewajibannya yang lain mendapatkan penghargaan khusus dari Allah SWT. Bila salat berjamaah, orang yang betah di masjid menunggu saatnya pelaksaan shalat berjamaah sehingga menunggunya dihitung seperti salat, Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَادَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
Selalu seseorang teranggap dalam shalat selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada yang menahannya untuk kembali ke rumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu pula dengan ibadah Jumat yang berusaha dihadirinya lebih pagi sehingga mendapat nilai yang luar biasa besar, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ, وَقَفَتِ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ يَكْتُبُوْنَ اْلأَوَّلَ فَاْلأَوَّلَ وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِى يُهْدِى بَدَنَةً, ثُمَّ كَالَّذِى يُهْدِى بَقَرَةً, ثُمَّ كَبْشًا, ثُمَّ دَجَاجَةً, ثُمَّ بَيْضَةً، فَاِذَا خَرَجَ اْلاِمَامُ طَوَوْا صُحُفَهُمْ, يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ.
Jika tiba hari Jumat, para malaikat berdiri di pintu-pintu masjid menulis yang hadir pertama dan yang seterusnya. Dan perumpamaan orang yang berangkat pertama adalah seperti orang yang berkorban seekor unta, kemudian seperti orang yang berkorban sapi, kemudian seekor domba, kemudian seekor ayam, kemudian sebutir telur. Jika imam telah hadir, maka mereka menutup buku catatan dan menyimak dzikir (kutbah). (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah).
Ketiga, mau bertanggungjawab terhadap eksistensi dan pemakmurannya. Kata “memakmurkan” berasal dari kata dasar "makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa Arab ( عَمَرَ – يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun, memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati dan memelihara serta memfungsikan sesuai dengan fungsi yang ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga menunjukkan keutamaan pemakmur masjid:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS At-Taubah [9]:18)
Dengan demikian, memakmurkan masjid berarti membangun, mendirikan dan memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Salah satu yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW adalah bila masjid sudah dibangun, apalagi dengan megah dan indah, tapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya, beliau bersabda:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَتَبَاهَوْنَ بِالْمَسَاجِدِ ثُمَّ لاَ يَعْمُرُوْنَهَا إِلاَّ قَلِيْلاً
Sungguh akan datang pada umatku suatu masa dimana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit (HR. Abu Daud).
Keempat, mensejahterakan dan memajukan orang yang berada di dalamnya mulai dari memecahkan problematika yang dihadapi jamaah, mendamaikan jamaah yang konflik, mengurangi atau mengatasi beban hidup jamaah masjid, membekali dan meningkatkan ketrampilan usaha, memberi modal usaha, bantuan musibah dan berbagai usaha sosial lainnya.
Rasulullah SAW telah mencontohkan semua itu ketika membangun shuffah atau semacam asrama di masjid Nabawi sehingga boleh dibilang pada masa Nabi tidak ada gelangdangan karena masalah sosial. Karena itu, bila semua kita mau berkontribusi atau memberi sumbangsih bagi peran masjid dibidang sosial, niscaya tidak ada persoalan jamaah yang tidak teratasi.
Dengan demikian, tugas kita bersama adalah bagaimana masjid-masjid kita yang lebih makmur pada bulan Ramadan dapat kita tindaklanjuti pemakmurannya sesudah Ramadan berakhir. Kondisi masyarakat kita yang sulit, kemerosotan akhlak pada berbagai tingkatan masyarakat dan berbagai persoalan yang menghadang kehidupan menuntut peran serta masjid sehingga tidak hanya jamaah harus memakmurkan masjid tapi masjid juga harus memakmurkan jamaahnya.
Akhirnya marilah kita akhiri khutbah Id kita hari ini dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun.
Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rezeki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Drs H. Ahmad Yani
Ketua Lembaga Dakwah KHAIRU UMMAH
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang berbahagia
Kembali puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan beribadah kepada kita, khususnya pada bulan Ramadan yang baru saja kita lalui, bahkan ibadah salat Id kita pada pagi ini.
Karenanya kita berharap semoga semua itu dapat mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dalam menjalani sisa kehidupan kita di dunia. Ketakwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan mengangkat derajat kita menjadi amat mulia dihadapan Allah SWT.
Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang berbahagia
Salah satu yang tidak terpisah dari aktivitas Ramadan yang baru saja kita lalui adalah memakmurkan masjid. Selama Ramadan, masjid kita relatif jauh lebih makmur, pengurus dan jamaah masjid lebih besar perhatiannya dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran hingga dana. Ini merupakan pelajaran bagi kita semua bahwa seharusnya setiap kita menyadari betapa masjid itu sangat penting bagi kaum muslimin.
Nilai-nilai yang sudah kita bina selama ibadah Ramadan harus dapat kita lestarikan, paling tidak sampai Ramadan tahun yang akan datang. Dalam konteks inilah menjadi penting memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam. Bagi kita, seharusnya masjid kita posisikan seperti rumah kita sendiri atau kalau boleh disebut sebagai rumah kedua umat Islam. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ وَتَكَفَّلَ اللهُ لِمَنْ كَانَ الْمَسْجِدُ بَيْتَهُ بِالرُّوْحِ وَالرَّحْمَةِ وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ اِلَى رِضْوَانِ اللهِ اِلَى الْجَنَّةِ.
Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni surga (HR. Thabrani dan Bazzar dari Abud Darda ra).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum muslimin rahimakumullah
Dari hadis di atas, bila kita menjadikan masjid seperti rumah kita sendiri, maka kita akan memperoleh tiga hal. Pertama, ketenangan jiwa. Hal ini karena masjid merupakan rumah Allah SWT dan sumber ketenangan itu adalah Allah SWT. Ketika orang berdosa mau kembali ke masjid sebagai salah satu tanda taubatnya, maka Allah SWT menerimanya dengan senang hati, ini tentu membuat si pendosa menjadi tenang.
Ketika orang takut dan cemas mau ke masjid niscaya ia akan mendapatkan ketenangan karena di masjid hati dan pikirannya dijernihkan, bahkan ketika orang punya problem dalam hidup, pengurus masjid bersama jamaah yang lain akan membantu menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluar.
Dalam konteks inilah, para khatib dan mubalig melalui khutbah dan ceramahnya harus dapat memberikan ketenangan, sedangkan pengurus masjid dan jamaah bekerjasama untuk dapat membangun ketenangan itu melalui program memakmurkan jamaah sehingga problematika yang dihadapi jamaah dapat dibantu dan dicarikan jalan keluarnya.
Kedua, bila masjid kita jadikan seperti rumah sendiri, maka kita akan memperoleh rahmat atau kasih sayang dari Allah SWT. Dalam konteks kehidupan berjamaah atau bermasyarakat, rahmat Allah SWT amat kita butuhkan, karena dengan demikian kita akan berlaku lemah lembut dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun masyarakat dan bangsa. Sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang yang kasar menunjukkan bahwa ia masih jauh dari rahmat Allah SWT.
Karena itu, sebesar-besarnya kekecewaan atau kemarahan Rasulullah SAW, beliau tidak dibenarkan berlaku kasar, tetapi tetap lemah lembut, mudah memberi maaf atas kesalahan orang lain, bahkan harus mendoakan ampunan baginya serta menjadi soliditas atau kekompakan dalam berjamaah dengan bermusyawarah, ini semua hanya bisa dilakukan karena rahmat Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran [3]:159).
Keuntungan Ketiga bila kita menjadikan masjid seperti rumah sendiri adalah diberi kemampuan melintas shirat atau jembatan menuju surga. Ini merupakan dambaan setiap muslim. Hal ini karena berhasil melewati shirat membuat kita akan masuk ke dalam surga. Keberhasilan kita melewati shirat sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah bila kita komitmen kepada pemakmuran masjid. Kemudahan melewati shirat karena telah memperoleh cara yang sempurna, Rasulullah SAW bersabda:
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِى الظُّلْمِ إِلَى الْمَسْجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Berbahagialah orang-orang yang banyak berjalan ke masjid dalam kegelapan, mereka meraih cahaya yang sempurna pada hari kiamat (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Hakim).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah salat Id yang berbahagia
Persoalan kita kemudian adalah bagaimana mewujudkan masjid seperti rumah kita sendiri. Paling tidak, ada empat hal yang harus kita lakukan. Pertama, memiliki komitmen atau ikatan batin sebagaimana hal itu kita tunjukkan terhadap rumah kita sendiri. Ikatan batin yang kuat terhadap masjid membuat kita rindu kepada masjid dan selalu ingin mendatanginya. Karena itu, perbedaan pendapat, ketidakcocokan pengurus dengan pengurus, ketidakcocokan jamaah dengan pengurus hingga perbedaan pendapat tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak mau mendatangi masjid.
Saling menghormati atas adanya perbedaan, bermusyawarah dan mencari titik kesamaan merupakan sesuatu yang amat penting untuk tercapainya masjid yang makmur. Mendatangi masjid adalah komitmen kita kepada Allah SWT dan persoalan kita secara pribadi dengan sesama pengurus dan jamaah adalah persoalan lain. Bila kita sudah memiliki ikatan batin dengan masjid, kita akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT pada hari kiamat, sesuatu yang amat kita butuhkan, Rasulullah SAW bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, orang yang sudah rajin datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya tidak perlu kita ragukan keimanannya, Rasulullah SAW bersabda:
اِذَا رَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوْا لَهُ باِلإِيْمَانِ
Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).
Kedua, betah berada di dalamnya. Karenanya seorang mukmin bila berada di masjid menjadi seperti ikan di dalam air, sedangkan orang munafik justru seperti burung dalam sangkar. Ramadan adalah bulan dimana kita merasakan lebih banyak waktu untuk berada di Masjid, apalagi pada 10 hari terakhir Ramadan.
Orang yang betah berada di masjid selama tidak mengabaikan kewajibannya yang lain mendapatkan penghargaan khusus dari Allah SWT. Bila salat berjamaah, orang yang betah di masjid menunggu saatnya pelaksaan shalat berjamaah sehingga menunggunya dihitung seperti salat, Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَادَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ لاَ يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلاَّ الصَّلاَةُ
Selalu seseorang teranggap dalam shalat selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada yang menahannya untuk kembali ke rumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu pula dengan ibadah Jumat yang berusaha dihadirinya lebih pagi sehingga mendapat nilai yang luar biasa besar, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ, وَقَفَتِ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ يَكْتُبُوْنَ اْلأَوَّلَ فَاْلأَوَّلَ وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِى يُهْدِى بَدَنَةً, ثُمَّ كَالَّذِى يُهْدِى بَقَرَةً, ثُمَّ كَبْشًا, ثُمَّ دَجَاجَةً, ثُمَّ بَيْضَةً، فَاِذَا خَرَجَ اْلاِمَامُ طَوَوْا صُحُفَهُمْ, يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ.
Jika tiba hari Jumat, para malaikat berdiri di pintu-pintu masjid menulis yang hadir pertama dan yang seterusnya. Dan perumpamaan orang yang berangkat pertama adalah seperti orang yang berkorban seekor unta, kemudian seperti orang yang berkorban sapi, kemudian seekor domba, kemudian seekor ayam, kemudian sebutir telur. Jika imam telah hadir, maka mereka menutup buku catatan dan menyimak dzikir (kutbah). (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah).
Ketiga, mau bertanggungjawab terhadap eksistensi dan pemakmurannya. Kata “memakmurkan” berasal dari kata dasar "makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa Arab ( عَمَرَ – يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun, memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati dan memelihara serta memfungsikan sesuai dengan fungsi yang ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga menunjukkan keutamaan pemakmur masjid:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS At-Taubah [9]:18)
Dengan demikian, memakmurkan masjid berarti membangun, mendirikan dan memelihara masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Salah satu yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW adalah bila masjid sudah dibangun, apalagi dengan megah dan indah, tapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya, beliau bersabda:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَتَبَاهَوْنَ بِالْمَسَاجِدِ ثُمَّ لاَ يَعْمُرُوْنَهَا إِلاَّ قَلِيْلاً
Sungguh akan datang pada umatku suatu masa dimana mereka saling bermegah-megahan dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit (HR. Abu Daud).
Keempat, mensejahterakan dan memajukan orang yang berada di dalamnya mulai dari memecahkan problematika yang dihadapi jamaah, mendamaikan jamaah yang konflik, mengurangi atau mengatasi beban hidup jamaah masjid, membekali dan meningkatkan ketrampilan usaha, memberi modal usaha, bantuan musibah dan berbagai usaha sosial lainnya.
Rasulullah SAW telah mencontohkan semua itu ketika membangun shuffah atau semacam asrama di masjid Nabawi sehingga boleh dibilang pada masa Nabi tidak ada gelangdangan karena masalah sosial. Karena itu, bila semua kita mau berkontribusi atau memberi sumbangsih bagi peran masjid dibidang sosial, niscaya tidak ada persoalan jamaah yang tidak teratasi.
Dengan demikian, tugas kita bersama adalah bagaimana masjid-masjid kita yang lebih makmur pada bulan Ramadan dapat kita tindaklanjuti pemakmurannya sesudah Ramadan berakhir. Kondisi masyarakat kita yang sulit, kemerosotan akhlak pada berbagai tingkatan masyarakat dan berbagai persoalan yang menghadang kehidupan menuntut peran serta masjid sehingga tidak hanya jamaah harus memakmurkan masjid tapi masjid juga harus memakmurkan jamaahnya.
Akhirnya marilah kita akhiri khutbah Id kita hari ini dengan sama-sama berdoa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun.
Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rezeki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Drs H. Ahmad Yani
Ketua Lembaga Dakwah KHAIRU UMMAH
(nfl)