Puasa Latih Diri untuk Sabar dan Ikhlas
A
A
A
JAKARTA - Bulan Ramadan adalah waktu yang baik untuk seseorang melatih dirinya agar dapat sabar dan iklas. Selain mendapatkan pahala berlimpah, momentum ini harus dimanfaatkan oleh umat muslim sebagai pembelajaran hidup.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengatakan, saat ini sangat langka menemukan seseorang yang sabar dan iklas dalam melakukan sesuatu karena Allah. Jika itu dilakukan dipastikan apa yang dilakukan bukanlah mengharapkan pujian dan target yang harus dicapai.
Menurut dia, seseorang yang tidak sabar dalam melakukan sesuatu maka dipastikan dirinya tidak akan iklas. Karenanya, jika seseorang tidak iklas dalam pekerjaanya maka dirinya tidak akan menikmati kehidupan.
"Iklas itu misalnya seseorang yang mencintai profesinya dan melakukan itu tanpa paksaan. Tentu di prosesnya dirinya sabar," katanya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Nasaruddin menjelaskan, jika manusia menjalankan kehidupan tanpa rasa iklas maka terasa beban hidupnya menjadi berat. Maka dirinya akan mengeluh, gampang capek dan emosian. Akibatnya apa yang dilakukan tidak memiliki nilai ibadah.
"Karena orang yang mudah kecewa berarti ada yang diharapkan selain Allah. Maka hal tersebut akan menjadi percuma jika tidak sesuai harapan," ujarnya.
Manfaatnya, lanjut dia, seseorang yang memiliki kesabaran akan mudah melangsungkan kehidupanya. Selain itu pekerjaan yang dilakukan sangat dinikmati tanpa terburu-buru.
Karena hubungan antara sabar dan iklas sangat pararel, karenanya bulan puasa adalah salah satu bentuk melatih kesabaran dan keiklasan karena Allah. Di dalamnya ada pahala yang menuntun untuk umat muslim menjadi pribadi yang sabar dalam menjalankan kehidupan di dunia.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengatakan, saat ini sangat langka menemukan seseorang yang sabar dan iklas dalam melakukan sesuatu karena Allah. Jika itu dilakukan dipastikan apa yang dilakukan bukanlah mengharapkan pujian dan target yang harus dicapai.
Menurut dia, seseorang yang tidak sabar dalam melakukan sesuatu maka dipastikan dirinya tidak akan iklas. Karenanya, jika seseorang tidak iklas dalam pekerjaanya maka dirinya tidak akan menikmati kehidupan.
"Iklas itu misalnya seseorang yang mencintai profesinya dan melakukan itu tanpa paksaan. Tentu di prosesnya dirinya sabar," katanya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Nasaruddin menjelaskan, jika manusia menjalankan kehidupan tanpa rasa iklas maka terasa beban hidupnya menjadi berat. Maka dirinya akan mengeluh, gampang capek dan emosian. Akibatnya apa yang dilakukan tidak memiliki nilai ibadah.
"Karena orang yang mudah kecewa berarti ada yang diharapkan selain Allah. Maka hal tersebut akan menjadi percuma jika tidak sesuai harapan," ujarnya.
Manfaatnya, lanjut dia, seseorang yang memiliki kesabaran akan mudah melangsungkan kehidupanya. Selain itu pekerjaan yang dilakukan sangat dinikmati tanpa terburu-buru.
Karena hubungan antara sabar dan iklas sangat pararel, karenanya bulan puasa adalah salah satu bentuk melatih kesabaran dan keiklasan karena Allah. Di dalamnya ada pahala yang menuntun untuk umat muslim menjadi pribadi yang sabar dalam menjalankan kehidupan di dunia.
(mhd)