Mengenal Ulama Pencetus Dakwah via Radio
A
A
A
ANRE Gurutta Haji (AGH) Muhammad Yunus Martan, dikenal sebagai ulama besar yang pertama kali mencetuskan dakwah lewat sarana radio. Ulama moderat yang dikenal dengan nama Gurutta Yunus tersebut mendirikan Radio Amatir (Radam) As'adiyah pada tahun 1968.
Radio Suara As'adiyah (RSA) yang berada pada frekuensi 86.4 AM, didirikan dengan tujuan menyebarkan gagasan keislaman yang menghargai dinamika masyarakat Sulawesi Selatan yang sangat plural. Gurutta Yunus Martan dinilai tokoh yang paling sukses memimpin Pesantren As'adiyah. Selain berkembangnya cabang-cabang Pesantren As'adiyah, pendirian radio adalah ide cemerlang yang belum terpikirkan oleh siapa pun kala itu.
Karena itu, dulu orang menyebut Gurutta Yunus Martan sebagai kiai yang lahir sebelum zamannya. Artinya, ketika orang lain belum memikirkan radio sebagai media dakwah, beliau sudah memikirkannya. "Inspirasi Gurutta Yunus mendirikan radio amatir Suara As'adiyah agar dakwah-dakwahnya dapat didengar masyarakat luas. Sebelumnya Gurutta hanya berdakwah di mesjid maupun pesantren," kata Direktur Radio Suara As'adiyah Sengkang Idris Panaungi.
Status radio amatir berubah menjadi PT Radio Suara As'adiyah (RSA) pada tahun 1973, setelah terjadi kebakaran hebat. Hingga kini, radio tersebut berkembang. Para ulama penerus AGH Yunus Martan menyampaikan dakwah melalui radio tersebut.
"Atas prakarsa Gurutta Yunus, eksistensi As'adiyah sebagai media dakwah tidak pernah hilang. Hingga saat ini masjid-masjid di Wajo menggunakan sarana suara As'adiyah untuk mengetahui waktu salat dan memutar pengajian dan dakwah yang dilakukan oleh para ulama di RSA," katanya.
AGH Muhammad Yunus Martan (1906-1986) adalah pimpinan ke-2 Pesantren As'adiyah, salah satu pesantren terbesar di Indonesia bagian timur. Pesantren itu didirikan KH Muhammad As'ad pada 1928.
Pesantren As'adiyah adalah pelopor gerakan Islam tradisionalis moderat di Sulawesi Selatan. AGH Yunus Martan lahir di Desa Leppangeng, Kecamatan Belawa, Wajo, tahun 1906. Ayahnya bernama AG Martan, seorang ulama arif yang membuka pengajian untuk masyarakat Belawa.
Yunus Martan mengikuti jejak ayahnya menjadi kiai. Beliau menunaikan ibadah haji sebanyak tujuh kali. Beliau juga mengenyam pendidikan di Mekkah. Selama berada di Mekkah, beliau senantiasa menjalin silaturahmi dengan ulama Jawa dan Melayu. Juga sering memberikan bimbingan haji pada jemaah haji.
Dari pernikahan dengan istri pertamanya, Hajah Kartini, AGH Yunus Martan dikaruniai tujuh anak. Salah satu anaknya, AGH Prof Rafi Yunus Martan, kemudian menjadi Ketua Pengurus Besar Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang hingga saat ini. Setelah istri pertamanya meninggal, Yunus kemudian menikah dengan seorang perempuan asal Belawa, Hajah Husna pada tahun 1966. Dari istri keduanya ini, Yunus dikarunia lima orang putra-putri. Yunus meninggal pada tahun 1986 setelah dirawat di rumah sakit di Makassar.
Radio Suara As'adiyah (RSA) yang berada pada frekuensi 86.4 AM, didirikan dengan tujuan menyebarkan gagasan keislaman yang menghargai dinamika masyarakat Sulawesi Selatan yang sangat plural. Gurutta Yunus Martan dinilai tokoh yang paling sukses memimpin Pesantren As'adiyah. Selain berkembangnya cabang-cabang Pesantren As'adiyah, pendirian radio adalah ide cemerlang yang belum terpikirkan oleh siapa pun kala itu.
Karena itu, dulu orang menyebut Gurutta Yunus Martan sebagai kiai yang lahir sebelum zamannya. Artinya, ketika orang lain belum memikirkan radio sebagai media dakwah, beliau sudah memikirkannya. "Inspirasi Gurutta Yunus mendirikan radio amatir Suara As'adiyah agar dakwah-dakwahnya dapat didengar masyarakat luas. Sebelumnya Gurutta hanya berdakwah di mesjid maupun pesantren," kata Direktur Radio Suara As'adiyah Sengkang Idris Panaungi.
Status radio amatir berubah menjadi PT Radio Suara As'adiyah (RSA) pada tahun 1973, setelah terjadi kebakaran hebat. Hingga kini, radio tersebut berkembang. Para ulama penerus AGH Yunus Martan menyampaikan dakwah melalui radio tersebut.
"Atas prakarsa Gurutta Yunus, eksistensi As'adiyah sebagai media dakwah tidak pernah hilang. Hingga saat ini masjid-masjid di Wajo menggunakan sarana suara As'adiyah untuk mengetahui waktu salat dan memutar pengajian dan dakwah yang dilakukan oleh para ulama di RSA," katanya.
AGH Muhammad Yunus Martan (1906-1986) adalah pimpinan ke-2 Pesantren As'adiyah, salah satu pesantren terbesar di Indonesia bagian timur. Pesantren itu didirikan KH Muhammad As'ad pada 1928.
Pesantren As'adiyah adalah pelopor gerakan Islam tradisionalis moderat di Sulawesi Selatan. AGH Yunus Martan lahir di Desa Leppangeng, Kecamatan Belawa, Wajo, tahun 1906. Ayahnya bernama AG Martan, seorang ulama arif yang membuka pengajian untuk masyarakat Belawa.
Yunus Martan mengikuti jejak ayahnya menjadi kiai. Beliau menunaikan ibadah haji sebanyak tujuh kali. Beliau juga mengenyam pendidikan di Mekkah. Selama berada di Mekkah, beliau senantiasa menjalin silaturahmi dengan ulama Jawa dan Melayu. Juga sering memberikan bimbingan haji pada jemaah haji.
Dari pernikahan dengan istri pertamanya, Hajah Kartini, AGH Yunus Martan dikaruniai tujuh anak. Salah satu anaknya, AGH Prof Rafi Yunus Martan, kemudian menjadi Ketua Pengurus Besar Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang hingga saat ini. Setelah istri pertamanya meninggal, Yunus kemudian menikah dengan seorang perempuan asal Belawa, Hajah Husna pada tahun 1966. Dari istri keduanya ini, Yunus dikarunia lima orang putra-putri. Yunus meninggal pada tahun 1986 setelah dirawat di rumah sakit di Makassar.
(zik)