Kapal Perang TNI AL Disulap Menjadi Pesantren

Kamis, 17 Juli 2014 - 17:09 WIB
Kapal Perang TNI AL Disulap Menjadi Pesantren
Kapal Perang TNI AL Disulap Menjadi Pesantren
A A A
JAKARTA - KRI Tanjung Nusanive- 973 yang tengah sandar di dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara, disulap menjadi pesantren. Ratusan kaum dhuafa anak yatim dengan berdandan seperti ABK antusias mengikuti pesantren di kapal tersebut.

"Kami sedang lakukan kerjasama dengan Baznas untuk kegiatan pesantren kilat selama tiga hari di dalam Kapal dan singgah di Pulau Pramuka," kata Kepala staf kolinlamil Laksamana pertama Karma Suta saat ditemui di Ballroom Kapal, Kamis (17/7/2014).

Para ABK itu rupanya bukan ABK kapal sungguhan. Mereka yang berjumlah sekitar 305 orang mengenakan seragam ABK lengkap dengan topinya adalah para kaum dhuafa dan anak yatim yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Sejak Kamis hingga Sabtu (19/7) mendatang, mereka akan tidur di dalam kapal dan mendapatkan sejumlah kegiatan yang dimotori oleh Badan Amil Zakat Nasional.

"TNI Angkata Laut mendukung penuh semua kegiatan pesantren kilat ini," ungkapnya.

Ketua umum BAZNAS Didin Hafidudin pun membuka kegiatan Orphansip yang bertema Mandiri dan Cinta negeri itu. Menurut Didin, anak yatim dan kaum dhuafa saat ini tidak boleh lagi pesimis karena keyatiman dan kedhuafaannya.

"Kita harus menjadi bangsa, pribadi, dan umat yang mandiri dan mencintai negeri sendiri," ungkapnya.

Selain itu, Didin mengungkapkan pesantren kilat ini juga bertujuan membentuk nilai kebangsaan dan cinta lingkungan disamping nilai keagamaan. Selain menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti, acara ini juga bermaksud menumbuhkan kepercayaan diri para peserta untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

"Kegiatan ini sengaja kami adakan di Kapal dan di kepulauan untuk membina keagamaan dan kebangsaan, terlebih ini bulan yang bagus untuk memberikan pendidikan," imbuhnya.

Disela-sela itu, para mentor mempersilahkan dua pembicara dari Koran Sindo untuk memberikan sedikit pelajaran jurnalistik. Musik berhenti dan ratusan pasang mata menuju ke dua pembicara yang tak lain adalah Abdul Hakim, Waredpel Koran Sindo dan Usnu, Redaktur Koran Sindo.

Memulai pembicaraan dari pengenalan media, raut wajah anak-anak yatim tampak serius dan seperti sudah tidak lagi kuat menahan tanya. Tanya jawab pun dimulai. Disela-sela itu, para menthor memberikan voucher belanja kepada anak yang bertanya.

"Jadi jurnalis itu asik dan enak, siapa yang mau?," tanya Abdul Hakim kepada ratusan anak yatim dan dhuafa tersebut.

Serentak menjawab 'mau' dan mereka kembali bertanya apa enaknya dan bagaiman menjadi seorang jurnalis. Hakim pun menjawab.

"Dengan jadi jurnalis, adek-adek bisa jalan-jalan ke luar negeri" ungkap Hakim sambil menunjukan fotonya di luar negeri seperti London, Singapura dan sebagainya.

Selain itu, kata Hakim, jurnalis memiliki pengetahuan yang banyak, dinamis, waktu kerja tidak terikat, penuh tantangan, banyak memiliki teman dan akses.

Sementara itu, lelaki yang kerap melontarkan pertanyaan ke kedua pembicara tersebut, Fajri mengaku sangat senang dengan dikutsertakannya dirinya dalam pesantren kilat ini. Sebab, sejak ditinggal ayahnya meninggal pada usianya di 9 tahun, ia belum pernah menikmati jalan-jalan seperti ini.

"Saya sangat bersyukur dengan kegiatan ini," ungkap Fajri yang tinggal di Bekasi itu.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4231 seconds (0.1#10.140)