6 Pandangan Menyikapi Takdir Menurut Imam Ibnul Qayyim
Kamis, 16 Februari 2023 - 09:31 WIB
Takdir manusia di dunia sudah ditetapkan Allah Subhanahu wa ta'ala, bahkan jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia. Ada takdir yang baik, begitu juga ada takdir yang buruk. Lantas bagaimana sikap seorang muslim terhadap ketentuan takdir ini, terutama jika harus mengalami takdir yang buruk?
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya 'Al Fawaid' menjelaskan, “Jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia memiliki enam sikap dan sisi pandang". Apa saja sikap dan sisi pandang tersebut?
1. Pandangan tauhid
Setiap muslim harus menyakini bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki, dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki tidak pasti terjadi. Seorang mukmin hendaknya meyakni bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya telah Allah tetapkan padanya, baik atau buruk.
Yakinlah bahwa setiap yang Allah tetapkan punya hikmah di baliknya, yang mungkin nanti akan kita ketahui atau tidak. Ketika menghadapi sebuah musibah, misalnya bencana, didzalimi, atau difitnah orang lain, maka pandanglah dalam kacamata tauhid tadi. “Bahwasanya Allah telah memilih saya untuk jadi korban musibah ini. Saya tidak akan memprotes takdir.”
Sehingga pada saat tertimpa musibah, seorang hamba akan menerimanya dengan lapang dada dan menggantungkan harapannya semata hanya kepada Allah. Selain itu, cara pandang seperti ini akan meningkatkan ketaqwaan kita sebagai hamba kepada Allah.
2.Pandangan keadilan
Sebaik-baiknya keadilan adalah keadilan dari Allah Subahanahu wa ta’ala. Bahwasanya setiap kejadian yang telah ditakdirkan pada seorang hamba, pastilah yang paling adil dari sisi Allah. Perlu diingatkan pula bahwa Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada hamba-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS Fushshilat: 46).
Kemudian Allah juga berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS Asy-Syuuraa: 30).
3. Pandangan kasih sayang
Bahwa rahmat Allah dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan siksaan-Nya yang keras, serta rahmat-Nya memenuhinya. Jikalau memang takdir buruk tersebut merupakan tanda murkanya Allah kepada hamba-Nya, maka yakinlah bahwa ada rahmat dan kasih sayang Allah yang lebih besar daripada kemuraan-Nya. Bahwa kasih sayangnya tersebut mampu mengalahkan murka-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS Al Araf: 156).
Dalam salah satu hadis disebutkan, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4.Pandangan hikmah
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya 'Al Fawaid' menjelaskan, “Jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia memiliki enam sikap dan sisi pandang". Apa saja sikap dan sisi pandang tersebut?
1. Pandangan tauhid
Setiap muslim harus menyakini bahwa Allahlah yang menakdirkan, menghendaki, dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki tidak pasti terjadi. Seorang mukmin hendaknya meyakni bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya telah Allah tetapkan padanya, baik atau buruk.
Baca Juga
Yakinlah bahwa setiap yang Allah tetapkan punya hikmah di baliknya, yang mungkin nanti akan kita ketahui atau tidak. Ketika menghadapi sebuah musibah, misalnya bencana, didzalimi, atau difitnah orang lain, maka pandanglah dalam kacamata tauhid tadi. “Bahwasanya Allah telah memilih saya untuk jadi korban musibah ini. Saya tidak akan memprotes takdir.”
Sehingga pada saat tertimpa musibah, seorang hamba akan menerimanya dengan lapang dada dan menggantungkan harapannya semata hanya kepada Allah. Selain itu, cara pandang seperti ini akan meningkatkan ketaqwaan kita sebagai hamba kepada Allah.
2.Pandangan keadilan
Sebaik-baiknya keadilan adalah keadilan dari Allah Subahanahu wa ta’ala. Bahwasanya setiap kejadian yang telah ditakdirkan pada seorang hamba, pastilah yang paling adil dari sisi Allah. Perlu diingatkan pula bahwa Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada hamba-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS Fushshilat: 46).
Kemudian Allah juga berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS Asy-Syuuraa: 30).
3. Pandangan kasih sayang
Bahwa rahmat Allah dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan siksaan-Nya yang keras, serta rahmat-Nya memenuhinya. Jikalau memang takdir buruk tersebut merupakan tanda murkanya Allah kepada hamba-Nya, maka yakinlah bahwa ada rahmat dan kasih sayang Allah yang lebih besar daripada kemuraan-Nya. Bahwa kasih sayangnya tersebut mampu mengalahkan murka-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَٱكْتُبْ لَنَا فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ إِنَّا هُدْنَآ إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِىٓ أُصِيبُ بِهِۦ مَنْ أَشَآءُ ۖ وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS Al Araf: 156).
Dalam salah satu hadis disebutkan, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
4.Pandangan hikmah