Hati-hati, Ajal Menjemput Sebagaimana Kebiasaan Ketika Hidup

Kamis, 02 Maret 2023 - 11:00 WIB
Ajal manusia akan menjemput sesuai kebiasaan hidupnya, sebagai orang beriman kita pasti ingin kematian yang husnul khatimah karena itu selalu mengingat kematian sangat dianjurkan dan merupakan ibadah yang mendapat pahala. Foto ilustrasi/ist
Bagi orang beriman, selalu mengingat mati akan menyebabkan dirinya senantiasa takut berbuat maksiat dan dosa, lalu sisa hidupnya akan diisi dengan hal-hal yang makin mendekatkan dia kepada ridho-Nya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang beriman tahu bahwa kematian akan mengikuti kebiasaan saat hidupnya. Dan orang beriman akan menyadari betul bahwa kematian atau ajal manusia akan kapan saja bisa menghampiri dan tidak akan pernah keliru dalam hitungannya, maka dia akan menjauhi perbuatan dosa dari kesyirikan, bid’ah (menganggap ibadah padahal bukan/sesuatu yang baru dan mengada-ada) serta maksiat lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ


"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf : 34)



Dalam kitab Shahih Tirmidzi disebutkan dalam hadis Shahihnya, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi).

Diterangkan dalam Risalah Majmu' Fatawa, Ibnu Utsaimin berkata bahwa hendaknya manusia banyak merenung karena sebenarnya setiap orang senantiasa dalam bahaya disebabkan kematian selalu mengintai dan tidak ada batas waktu yang diketahui.

Terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada AllahAzza wa Jalla.

Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.

Dan yang paling harus direnungi adalah manusia meninggal dalam keadaan kebiasaannya tatkala masih hidup. Jika kebiasaan selama hidupnya selalu ingkar kepada perintah Allah Ta'ala maka dia meninggal dalam keadaan yang mengingkari syariat dan perintah Allah. Dan kebiasaan lainnya yang dia kerjakan selama masih hidup.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Setiap orang akan dibangkitkan sesuai kematiannya.” (HR. Muslim)

Imam al-Hafizh Zainuddin Abdurrauf al-Munaawy rahimahullah berakata, maksudnya adalah ia mati karena sesuai dengan kebiasaannya dan dibangkitkan sesuai itu. (dalam at-Taisir Bi Syarhi al-Jami’ ash-Shaghir)

Betapa banyak orang yang berharap meninggal dalam kondisi husnul khatimah (mati dalam kebaikan) akan tetapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya suul khatimah (kematian yang buruk). Maut menjemputnya tatkala ia sedang bermaksiat kepada penciptanya dan pencipta alam semesta ini. Na'udzubillah.

Bagaimana mungkin seseorang meninggal dalam kondisi husnul khatimah sementara hari-harinya ia penuhi dengan bermaksiat kepada Allah. Hari-harinya ia penuhi tanpa menjaga pendengarannya, tanpa menjaga lisannya, pandangannya ia umbar, hatinya dipenuhi dengan beragam penyakit hati, malas dan meninggalkan ibadah, lisannya jauh dari berdzikir dan mengingat Allah.

Sesungguhnya seseorang akan dicabut nyawanya berdasarkan kehidupan yang biasa ia jalankan.

Dirangkum dalam Taariikh Al-Islaam karya Ad-Dzahabi dan Ats-Tsabaat ‘inda Al-Mamaat karya Ibnil Jauzi dan dalam kitab lainnya. ada kisah-kisah yang menggugah hati kita untuk membiasakan diri beramal sholeh sehingga tatkala maut menjemput kitapun dalam keadaan beramal sholeh :

Kisah Pertama: kisah seorang ahli ibadah Abdullah bin Idris (190 H). Dari Husain Al-‘Anqozi, ia bertutur :

Ketika kematian mendatangi Abdullah bin Idris, maka putrinya pun menangis, maka dia pun berkata: “Wahai putriku, jangan menangis! Sungguh, Aku telah mengkhatamkan al Quran dirumah ini 4000 kali”.

Kisah kedua : Kisah Abu Bakr bin ‘Ayyaasy (193 H).
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari 'Urwah bahwa Aisyah telah mengabarkan kepadanya bahwa dalam shalatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa: ALLAHUMMA INNI 'AUUDZUBIKA MIN 'ADZAABIL QABRI WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAL WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMAATI, ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL MA'TSMI WAL MAGHRAMI (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung dari fitnah Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang). Maka seseorang bertanya kepada beliau, Alangkah seringnya anda memohon perlindungan diri dari lilitan hutang. Beliau bersabda: Sesungguhnya apabila seseorang sudah sering berhutang, maka dia akan berbicara dan berbohong, dan apabila berjanji, maka dia akan mengingkari.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 746)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More