Parenting Islami : Mengajarkan Anak Bermain Sesuai Fitrahnya
Sabtu, 25 Maret 2023 - 10:48 WIB
Salah satu ikhtiar dalam mendidik anak adalah memenuhi kebutuhan dasarnya, yakni bermain . Namun, hal tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh para orang tua zaman sekarang. Masih ada sebagian orang tua yang beranggapan kebutuhan anak adalah hanya makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal yang nyaman.
"Mereka lupa, fitrahnya anak adalah bermain . Karena itu, sekarang muncul orang tua dengan dua kubu yang bertolak belakang. Ada ekstrem kanan, ada ekstrim kiri,"ungkap Ustadz Abdullah Zaen dalam kajian tentang 'Fiqih Pendidikan Anak', yang digelar kajian Dakwah Sunnah di Jakarta.
Dai lulusan Univeristas Islam Madinah ini menjelaskan, orang tua ekstrim kanan adalah yang melarang anaknya bermain atau tidak memberikan jatah bermain yang cukup untuk anak. Salah satu alasan yang sering dikemukakan bagi orang tua jenis ini adalah agar anak fokus belajar. Tentu niat ini bagus. Tapi niat yang bagus saja tidak cukup. "Di dalam agama kita, yang harus diperhatikan itu bukan hanya niat, tapi juga caranya harus benar,"tuturnya.
Ketika anak dihalangi dari kebutuhan dasarnya (yaitu bermain), itu malah akan membuat anak jadi tidak fokus belajar. Karena anak jadi tidak tersalurkan potensinya untuk bermain. Bahayanya bisa-bisa anak jadi stress. Akhirnya dia meluapkan stressnya itu dengan perilaku yang diluar nalar. Misalnya teriak-teriak, marah-marah, memukul, membanting. Sampai ada sebagian orang tua mengira anaknya kesurupan.
Jadi justru kalau anak diberi kesempatan bermain, ini akan membuat anak fokus belajar. Karena suasana batinnya riang, senang, gembira. Kalau orang sudah gembira, maka ketika diajak belajar dia akan nyaman.
Orang tua ekstrim kiri adalah orang tua yang terlalu longgar dalam memberikan hak bermain pada anak. Contoh kesalahan ini banyak sekali. Di antara contohnya: keliru dalam memberikan media (alat) bermain untuk anak, atau terlalu longgar dalam memberikan teman bermain.
Ustda Abdullah Zaen mencontohkan, salah satu media bermain yang kerap disediakan orang tua untuk anaknya adalah handphone (HP). Di zaman ini sudah bukan merupakan pemandangan asing, anak-anak SD pegang HP. Bahkan anak batita sudah diberi kesempatan untuk bermain HP. Kebanyakan orang tua beralasan: anak mendesak minta HP, karena rata-rata temannya punya HP. Atau karena orang tua merasa bahwa HP adalah solusi agar anak anteng, tidak rewel dan tidak bolak-balik mengganggu aktivitas orang tuanya. Padahal telah terbukti betapa dahsyatnya dampak buruk penggunaan HP secara serampangan. Jika orang dewasa -yang akalnya sudah sempurna- saja bisa rusak keimanannya gara-gara HP, apalagi anak kecil yang akalnya belum sempurna.
Adapun terkait dengan teman bermain yang merusak akhlak anak, ini juga terkadang luput dari perhatian orang tua. Sebagian orang tua beralasan, jika anak berada di dalam rumah, suka mengganggu, sering berpolah menjengkelkan dan membuat masalah. Mendingan disuruh bermain di luar saja. Sayangnya tidak diperhatikan siapa teman-teman bermain anak di luar rumah. Akibatnya saat pulang bermain, anak membawa kosakata buruk baru, atau perilaku negatif baru.
Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan,
“Kami pernah keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi undangan makan. Di tengah perjalanan, kami mendapati Husain sedang bermain di jalan. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bergegas mendahului kami dan membentangkan kedua tangannya. Husain pun lari menghindar kesana dan kemari. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terus mencandainya, hingga beliau berhasil menangkapnya. Salah satu tangan beliau memegang dagu Husain dan satunya memegang kepala, lalu beliau memeluknya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Husain bagian dariku dan aku bagian darinya. Semoga Allah mencintai orang yang mencintai Hasan dan Husain; kedua cucuku”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad dan dinilai hasan oleh al-Albaniy)
Banyak sekali manfaat yang dihasilkan dari meluangkan waktu untuk bermain bersama anak. Contohnya:
- Akan membangun keakraban orang tua dengan anak.
- Mengurangi ketergantungan orang tua dan anak terhadap HP.
- Menghindarkan anak dari teman-teman bermain yang tidak baik.
Wallahu A'lam
"Mereka lupa, fitrahnya anak adalah bermain . Karena itu, sekarang muncul orang tua dengan dua kubu yang bertolak belakang. Ada ekstrem kanan, ada ekstrim kiri,"ungkap Ustadz Abdullah Zaen dalam kajian tentang 'Fiqih Pendidikan Anak', yang digelar kajian Dakwah Sunnah di Jakarta.
Dai lulusan Univeristas Islam Madinah ini menjelaskan, orang tua ekstrim kanan adalah yang melarang anaknya bermain atau tidak memberikan jatah bermain yang cukup untuk anak. Salah satu alasan yang sering dikemukakan bagi orang tua jenis ini adalah agar anak fokus belajar. Tentu niat ini bagus. Tapi niat yang bagus saja tidak cukup. "Di dalam agama kita, yang harus diperhatikan itu bukan hanya niat, tapi juga caranya harus benar,"tuturnya.
Ketika anak dihalangi dari kebutuhan dasarnya (yaitu bermain), itu malah akan membuat anak jadi tidak fokus belajar. Karena anak jadi tidak tersalurkan potensinya untuk bermain. Bahayanya bisa-bisa anak jadi stress. Akhirnya dia meluapkan stressnya itu dengan perilaku yang diluar nalar. Misalnya teriak-teriak, marah-marah, memukul, membanting. Sampai ada sebagian orang tua mengira anaknya kesurupan.
Jadi justru kalau anak diberi kesempatan bermain, ini akan membuat anak fokus belajar. Karena suasana batinnya riang, senang, gembira. Kalau orang sudah gembira, maka ketika diajak belajar dia akan nyaman.
Orang tua ekstrim kiri adalah orang tua yang terlalu longgar dalam memberikan hak bermain pada anak. Contoh kesalahan ini banyak sekali. Di antara contohnya: keliru dalam memberikan media (alat) bermain untuk anak, atau terlalu longgar dalam memberikan teman bermain.
Ustda Abdullah Zaen mencontohkan, salah satu media bermain yang kerap disediakan orang tua untuk anaknya adalah handphone (HP). Di zaman ini sudah bukan merupakan pemandangan asing, anak-anak SD pegang HP. Bahkan anak batita sudah diberi kesempatan untuk bermain HP. Kebanyakan orang tua beralasan: anak mendesak minta HP, karena rata-rata temannya punya HP. Atau karena orang tua merasa bahwa HP adalah solusi agar anak anteng, tidak rewel dan tidak bolak-balik mengganggu aktivitas orang tuanya. Padahal telah terbukti betapa dahsyatnya dampak buruk penggunaan HP secara serampangan. Jika orang dewasa -yang akalnya sudah sempurna- saja bisa rusak keimanannya gara-gara HP, apalagi anak kecil yang akalnya belum sempurna.
Adapun terkait dengan teman bermain yang merusak akhlak anak, ini juga terkadang luput dari perhatian orang tua. Sebagian orang tua beralasan, jika anak berada di dalam rumah, suka mengganggu, sering berpolah menjengkelkan dan membuat masalah. Mendingan disuruh bermain di luar saja. Sayangnya tidak diperhatikan siapa teman-teman bermain anak di luar rumah. Akibatnya saat pulang bermain, anak membawa kosakata buruk baru, atau perilaku negatif baru.
Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan,
خَرجنَا مَع النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ودُعِينَا إِلَى طَعامٍ، فَإِذا حُسينٌ يَلعبُ فِي الطَّريق، فَأسرعَ النبيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمامَ القَومِ ثُم بَسطَ يَديهِ، فَجَعلَ الغُلامُ يَفِر هَهُنا وهَهُنا، ويُضَاحِكُه النَبيُ صلى الله عليه وسلم، حَتى أَخذهُ، فَجعلَ إِحدى يَديهِ فِي ذَقْنِهِ والأُخرَى فِي رَأسهِ، ثُم اعتَنَقَه، ثُم قَال النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (حُسينٌ مِني وَأنَا مِنهُ، أَحبَّ اللهُ مَن أَحبَّ الحَسنَ والحُسينَ سبطان مِن الأسباط)
“Kami pernah keluar bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi undangan makan. Di tengah perjalanan, kami mendapati Husain sedang bermain di jalan. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bergegas mendahului kami dan membentangkan kedua tangannya. Husain pun lari menghindar kesana dan kemari. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terus mencandainya, hingga beliau berhasil menangkapnya. Salah satu tangan beliau memegang dagu Husain dan satunya memegang kepala, lalu beliau memeluknya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Husain bagian dariku dan aku bagian darinya. Semoga Allah mencintai orang yang mencintai Hasan dan Husain; kedua cucuku”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad dan dinilai hasan oleh al-Albaniy)
Banyak sekali manfaat yang dihasilkan dari meluangkan waktu untuk bermain bersama anak. Contohnya:
- Akan membangun keakraban orang tua dengan anak.
- Mengurangi ketergantungan orang tua dan anak terhadap HP.
- Menghindarkan anak dari teman-teman bermain yang tidak baik.
Wallahu A'lam
(wid)