Masjid Arrahman Blitar Miniatur Masjid Nabawi Madinah, Jemaah: MasyaAllah Eloknya!
Sabtu, 01 April 2023 - 14:20 WIB
BLITAR - Masjid Arrahman yang berada di sisi utara jalan Ciliwung, Kepanjen Kidul Kota Blitar, Jawa Timur banyak disebut sebagai replika atau miniatur Masjid Nabawi Madinah. Sebuah masjid bergaya arsitektur era dinasti Utsmaniyah-Mamluk yang tidak hanya indah, tapi juga gagah.
Utamanya pada malam hari, di mana langit cerah bertabur bintang dan lampu-lampu masjid mulai dinyalakan. Dari seberang jalan, ornamen kuning emas semu merah tembaga bercampur putih perak pada dinding pilar masjid, terlihat berkilau-kilau.
Suasana malam ditambah pantulan cahaya lampu membuat seluruh ornamen masjid seolah memiliki nyawa. “Seperti dalam dongeng 1001 malam,” celetuk salah seorang rombongan pengunjung.
Rasa takjub sudah terlihat sejak kaki mereka memasuki pelataran Masjid Arrahman. Belum ke mana-mana, baru di area depan. Pandangan mata terpaku pada pilar gapura. Dua bangunan yang menjulur tinggi.
Formasinya menyilang dengan ujung teratas membentuk pola mirip rekal atau rehal, yakni perkakas untuk mendaras Al-Qur’an maupun kitab.
“MasyaAllah.. masyaAllah.. eloknya,” gumam seorang ibu-ibu yang datang dari Kediri.
Masjid Arrahman memiliki pelataran yang jembar. Hamparan luas lantai marmer yang bersih dan sekaligus suci. Sebuah tulisan “suci” dipasang pada batas terluar lantai. Oleh para marbot (pengurus masjid), lantai selalu dijaga kebersihannya.
“Jumlah marbot di Masjid Arrahman sebanyak 30 orang. Setiap hari dibagi dalam dua shif,” tutur Trisno salah seorang marbot yang kebetulan sedang mendapat shif malam.
Trisno menyarankan alas kaki pengunjung masjid Arrahman untuk disimpan di dalam loker. Ibu jarinya menunjuk sisi barat masjid. Arahannya tertuju kepada deretan loker bersusun panjang.
“Loker barat untuk pengunjung laki-laki dan sebelah timur untuk perempuan. Silakan alas kakinya disimpan di sana, kunci loker bisa dibawa sendiri,” terangnya.
Masjid Arrahman berdiri di atas lahan kurang lebih seluas 5.000 meter persegi. Pada 24 Desember 2018, awal pembangunan masjid dengan dua menara itu ditandai dengan peletakkan batu pertama. Pada 25 Desember 2019, proyek besar itu selesai.
Di pelataran masjid Arrahman, pandangan pengunjung juga berhenti pada pilar penyangga yang berarsitektur serupa payung, seperti yang ada di masjid Nabawi. Jumlah payung itu ada 10.
Selain tinggi menjulang, payung-payung itu juga gagah. Pada bagian teratas terpahat ornamen kuning emas bercampur merah tembaga. Untaian lampu-lampu yang menyala setiap hari mulai gelap, membuatnya semakin indah.
Dari pelataran masjid, Trisno mengajak pengunjung memasuki koridor atau lorong panjang. Terlihat ruangan-ruangan dan teras dengan deretan kursi serta loker yang bersandar pada dinding sebelah utara.
Tergantung plakat logam bertuliskan Koridor Hasan dan Husin. Hasan dan Husin merupakan nama cucu kanjeng Nabi Muhammad SAW atau putra kembar Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-zahra.
“Di sini, pengunjung masjid bisa duduk santai sambil menikmati kopi atau teh. Setiap hari Insyaallah tersedia,” tuturnya ramah.
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.
Tampak kran-kran air berbahan stainless yang terpasang memutar pada dinding kolam. Tepat di atas langit-langit kolam, terukir ornamen bulat yang dipenuhi bola lampu yang menyala terang.
“Sekarang, mari kita masuk ke dalam masjid,” ajak Trisno.
Masjid Arrahman memiliki 11 pintu masuk. Masing-masing memiliki tinggi tiga meter dengan lebar dua meter. Pintu kayu jati itu berlapis ornamen tembaga dengan ukiran kaligrafi yang cantik. Ornamen yang khusus didatangkan dari Boyolali Jawa Tengah.
Aroma harum langsung tercium. Aromanya medium, lembut. Tidak terlalu kuat, namun juga tidak lembah. Bau parfum yang serupa dipakai di Masjid Nabawi Madinah. Saat menginjak karpet ruangan, yang terasa hangat dan empuk.
Pengharum ruangan masjid, kata Trisno diimpor langsung dari Madinah. Begitu juga dengan karpet masjid, didatangkan langsung dari Turki. “Mungkin motif karpetnya ini juga sama dengan motif karpet di masjid Nabawi,” paparnya.
Dinding ruangan masjid penuh ornamen Timur Tengah. Langit-langitnya yang tinggi bertabur lampu-lampu yang menyala indah. Trisno mengajak mendatangi pengimaman.
Tampak sebuah ruangan yang didesain seolah jamaah sedang menghadap langsung di depan Kakbah. Pada dinding ruangan menempel kiswah (kain penutup Kakbah) asli yang terbuat dari sutra bersulam benang emas.
Kiswah yang didatangkan dari Makkah itu pernah menjadi penutup Kakbah pada tahun 2009 “Ini Kiswah yang pernah dipasang di Kakbah pada tahun 2009,” kata Trisno.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Arrahman juga didesain menjadi tempat untuk mengkaji Islam, yakni kajian kitab, termasuk kitab kuning. Lokasi kajian itu khusus pada sisi belakang masjid, di mana juga dilengkapi fasilitas videotron.
Lalu siapa penggagas Masjid Arrahman miniatur Masjid Nabawi Madinah ini? H Muhammad Hariyanto atau Abah Hariyanto. Abah Hariyanto merupakan pengusaha terkemuka di Blitar Raya.
Seorang konglomerat kaya raya yang bisnis utamanya di bidang usaha SPBU. Abah Hariyanto juga pernah mengetuai organisasi Hiswana Migas untuk wilayah eks karesidenan Kediri dan Madiun.
Keinginan Abah Hariyanto mendirikan miniatur masjid Nabawi di Blitar, kata Trisno timbul setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Ia percayakan seluruh proses pembangunan masjid Arrahman kepada arsitek asal Malang.
Trisno lantas mengajak mendekati sebuah bangunan yang di dalamnya tersekat dinding kaca. Di balik kaca yang berteralis logam itu, terlihat monumen dengan jejak sepasang telapak tangan dan kaki.
“Di sinilah peletakan batu pertama pembangunan masjid Arrahman. Dan itu adalah jejak tangan dan kaki abah (Abah Hariyanto),” pungkas Trisno.
Utamanya pada malam hari, di mana langit cerah bertabur bintang dan lampu-lampu masjid mulai dinyalakan. Dari seberang jalan, ornamen kuning emas semu merah tembaga bercampur putih perak pada dinding pilar masjid, terlihat berkilau-kilau.
Baca Juga
Suasana malam ditambah pantulan cahaya lampu membuat seluruh ornamen masjid seolah memiliki nyawa. “Seperti dalam dongeng 1001 malam,” celetuk salah seorang rombongan pengunjung.
Rasa takjub sudah terlihat sejak kaki mereka memasuki pelataran Masjid Arrahman. Belum ke mana-mana, baru di area depan. Pandangan mata terpaku pada pilar gapura. Dua bangunan yang menjulur tinggi.
Formasinya menyilang dengan ujung teratas membentuk pola mirip rekal atau rehal, yakni perkakas untuk mendaras Al-Qur’an maupun kitab.
“MasyaAllah.. masyaAllah.. eloknya,” gumam seorang ibu-ibu yang datang dari Kediri.
Masjid Arrahman memiliki pelataran yang jembar. Hamparan luas lantai marmer yang bersih dan sekaligus suci. Sebuah tulisan “suci” dipasang pada batas terluar lantai. Oleh para marbot (pengurus masjid), lantai selalu dijaga kebersihannya.
Baca Juga
“Jumlah marbot di Masjid Arrahman sebanyak 30 orang. Setiap hari dibagi dalam dua shif,” tutur Trisno salah seorang marbot yang kebetulan sedang mendapat shif malam.
Trisno menyarankan alas kaki pengunjung masjid Arrahman untuk disimpan di dalam loker. Ibu jarinya menunjuk sisi barat masjid. Arahannya tertuju kepada deretan loker bersusun panjang.
“Loker barat untuk pengunjung laki-laki dan sebelah timur untuk perempuan. Silakan alas kakinya disimpan di sana, kunci loker bisa dibawa sendiri,” terangnya.
Masjid Arrahman berdiri di atas lahan kurang lebih seluas 5.000 meter persegi. Pada 24 Desember 2018, awal pembangunan masjid dengan dua menara itu ditandai dengan peletakkan batu pertama. Pada 25 Desember 2019, proyek besar itu selesai.
Di pelataran masjid Arrahman, pandangan pengunjung juga berhenti pada pilar penyangga yang berarsitektur serupa payung, seperti yang ada di masjid Nabawi. Jumlah payung itu ada 10.
Selain tinggi menjulang, payung-payung itu juga gagah. Pada bagian teratas terpahat ornamen kuning emas bercampur merah tembaga. Untaian lampu-lampu yang menyala setiap hari mulai gelap, membuatnya semakin indah.
Dari pelataran masjid, Trisno mengajak pengunjung memasuki koridor atau lorong panjang. Terlihat ruangan-ruangan dan teras dengan deretan kursi serta loker yang bersandar pada dinding sebelah utara.
Tergantung plakat logam bertuliskan Koridor Hasan dan Husin. Hasan dan Husin merupakan nama cucu kanjeng Nabi Muhammad SAW atau putra kembar Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-zahra.
“Di sini, pengunjung masjid bisa duduk santai sambil menikmati kopi atau teh. Setiap hari Insyaallah tersedia,” tuturnya ramah.
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.
Tampak kran-kran air berbahan stainless yang terpasang memutar pada dinding kolam. Tepat di atas langit-langit kolam, terukir ornamen bulat yang dipenuhi bola lampu yang menyala terang.
“Sekarang, mari kita masuk ke dalam masjid,” ajak Trisno.
Masjid Arrahman memiliki 11 pintu masuk. Masing-masing memiliki tinggi tiga meter dengan lebar dua meter. Pintu kayu jati itu berlapis ornamen tembaga dengan ukiran kaligrafi yang cantik. Ornamen yang khusus didatangkan dari Boyolali Jawa Tengah.
Aroma harum langsung tercium. Aromanya medium, lembut. Tidak terlalu kuat, namun juga tidak lembah. Bau parfum yang serupa dipakai di Masjid Nabawi Madinah. Saat menginjak karpet ruangan, yang terasa hangat dan empuk.
Pengharum ruangan masjid, kata Trisno diimpor langsung dari Madinah. Begitu juga dengan karpet masjid, didatangkan langsung dari Turki. “Mungkin motif karpetnya ini juga sama dengan motif karpet di masjid Nabawi,” paparnya.
Dinding ruangan masjid penuh ornamen Timur Tengah. Langit-langitnya yang tinggi bertabur lampu-lampu yang menyala indah. Trisno mengajak mendatangi pengimaman.
Tampak sebuah ruangan yang didesain seolah jamaah sedang menghadap langsung di depan Kakbah. Pada dinding ruangan menempel kiswah (kain penutup Kakbah) asli yang terbuat dari sutra bersulam benang emas.
Kiswah yang didatangkan dari Makkah itu pernah menjadi penutup Kakbah pada tahun 2009 “Ini Kiswah yang pernah dipasang di Kakbah pada tahun 2009,” kata Trisno.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Arrahman juga didesain menjadi tempat untuk mengkaji Islam, yakni kajian kitab, termasuk kitab kuning. Lokasi kajian itu khusus pada sisi belakang masjid, di mana juga dilengkapi fasilitas videotron.
Lalu siapa penggagas Masjid Arrahman miniatur Masjid Nabawi Madinah ini? H Muhammad Hariyanto atau Abah Hariyanto. Abah Hariyanto merupakan pengusaha terkemuka di Blitar Raya.
Seorang konglomerat kaya raya yang bisnis utamanya di bidang usaha SPBU. Abah Hariyanto juga pernah mengetuai organisasi Hiswana Migas untuk wilayah eks karesidenan Kediri dan Madiun.
Keinginan Abah Hariyanto mendirikan miniatur masjid Nabawi di Blitar, kata Trisno timbul setelah menunaikan ibadah haji di tanah suci. Ia percayakan seluruh proses pembangunan masjid Arrahman kepada arsitek asal Malang.
Trisno lantas mengajak mendekati sebuah bangunan yang di dalamnya tersekat dinding kaca. Di balik kaca yang berteralis logam itu, terlihat monumen dengan jejak sepasang telapak tangan dan kaki.
“Di sinilah peletakan batu pertama pembangunan masjid Arrahman. Dan itu adalah jejak tangan dan kaki abah (Abah Hariyanto),” pungkas Trisno.
(shf)