4 Macam Pembagian Rezeki Menurut Ulama
Senin, 22 Mei 2023 - 17:15 WIB
Secara umum, rejeki itu ada dua macam yaitu rejeki yang datang dan rejeki yang mesti didatangi. Namun, para ulama membagi rezeki menjadi empat macam. Apa saja? Simak ulasan berikut ini.
Sebagai kabar gembira bagi umat muslim, Allah berfirman: "...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga." (QS At-Thalaq ayat 2-3)
Mengutip keterangan Pustaka Pejaten, Tsauban radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaktian (al-Birr) dan tidak ada yang dapat menolak takdir (al-Qadr) kecuali doa. Seseorang itu benar-benar terhalang dari rezeki karena dosa yang ia perbuat." (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Berikut empat macam pembagian rezeki manusia menurut para Ulama:
1. Rezeki yang Sudah Dijamin
Ketika janin dalam kandungan berusia 120 hari maka Allah Ta'ala mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh ke janin dan mencatatkan empat hal, yaitu: umur, rezeki, perbuatan dan suka dukanya. Rezeki yang dicatat ini adalah rezeki yang dijamin pasti akan didapatkan oleh orang tersebut karena bersesuaian dengan umurnya. Jika rezeki ini habis maka ajal pun tiba, atau jika sudah datang ajal maka rezeki ini pun habis. Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian menganggap rezeki datang terlambat karena seorang hamba tidak akan mati hingga rezeki yang menjadi haknya sampai kepadanya. Oleh karena itu baguskanlah usaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Hibban)
2. Rezeki yang Digantungkan pada Usaha (Kasab)
Rezeki jenis ini merupakan karunia Allah (fadhullah) yang diberikan kepada siapa yang mencarinya. Allah Ta'ala menciptakan tangan dengan tujuan tertentu, demikian pula kaki, mata, telinga, mulut dan otak bahkan langit dan bumi. Jika seorang menggunakan ciptaan-ciptaan sesuai tujuan penciptaannya maka itu merupakan bagian dari ungkapan syukur. Semakin seseorang mengaktualisasikan potensi yang Allah berikan padanya semakin banyak pula rezeki terlimpah padanya. Itu sebabnya manusia diperintahkan untuk bekerja dan ikhtiar menjemput karunia Allah Ta'ala, apalagi jika tubuhnya sehat dan kuat.
3. Rezeki yang Dijanjikan
Rejeki jenis ini biasanya dikaitkan dengan suatu amal tertentu, misalnya sedekah, silaturahmi, istighfar dan lain sebagainya. Apalagi rezeki yang bakal diterima di Akhirat nanti tergantung dari amal-amal yang telah dilakukan oleh seseorang. Karena itu, seorang muslim dianjurkan memperbanyak zikir dan amal saleh untuk membuka pintu-pintu rezeki tersebut.
4. Rezeki dari Arah Tidak Diduga
Rezeki ini termasuk bagian dari rezeki yang dijanjikan, tetapi karena keistimewaannya maka tidak salah jika dimasukkan dalam bagian tersendiri. Hanya ada dua amal yang dapat mengundang datangnya rezeki dari arah yang tidak diduga ini. Pertama yang disebutkan dalam Al-Qur'an yaitu "Takwa". Kedua disebutkan melalui Hadis yaitu: "Melanggengkan istighfar".
Perlu dipahami bahwa rezeki seseorang bisa bertambah (meluas) dan berkurang (menyempit) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. "Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan membatasi (rezeki siapa saja yang Dia kehendaki)..." (QS Ar-Ra'd Ayat 26)
Abu Hurairah mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa suka rezekinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai kabar gembira bagi umat muslim, Allah berfirman: "...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga." (QS At-Thalaq ayat 2-3)
Mengutip keterangan Pustaka Pejaten, Tsauban radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaktian (al-Birr) dan tidak ada yang dapat menolak takdir (al-Qadr) kecuali doa. Seseorang itu benar-benar terhalang dari rezeki karena dosa yang ia perbuat." (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Berikut empat macam pembagian rezeki manusia menurut para Ulama:
1. Rezeki yang Sudah Dijamin
Ketika janin dalam kandungan berusia 120 hari maka Allah Ta'ala mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh ke janin dan mencatatkan empat hal, yaitu: umur, rezeki, perbuatan dan suka dukanya. Rezeki yang dicatat ini adalah rezeki yang dijamin pasti akan didapatkan oleh orang tersebut karena bersesuaian dengan umurnya. Jika rezeki ini habis maka ajal pun tiba, atau jika sudah datang ajal maka rezeki ini pun habis. Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian menganggap rezeki datang terlambat karena seorang hamba tidak akan mati hingga rezeki yang menjadi haknya sampai kepadanya. Oleh karena itu baguskanlah usaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Hibban)
2. Rezeki yang Digantungkan pada Usaha (Kasab)
Rezeki jenis ini merupakan karunia Allah (fadhullah) yang diberikan kepada siapa yang mencarinya. Allah Ta'ala menciptakan tangan dengan tujuan tertentu, demikian pula kaki, mata, telinga, mulut dan otak bahkan langit dan bumi. Jika seorang menggunakan ciptaan-ciptaan sesuai tujuan penciptaannya maka itu merupakan bagian dari ungkapan syukur. Semakin seseorang mengaktualisasikan potensi yang Allah berikan padanya semakin banyak pula rezeki terlimpah padanya. Itu sebabnya manusia diperintahkan untuk bekerja dan ikhtiar menjemput karunia Allah Ta'ala, apalagi jika tubuhnya sehat dan kuat.
3. Rezeki yang Dijanjikan
Rejeki jenis ini biasanya dikaitkan dengan suatu amal tertentu, misalnya sedekah, silaturahmi, istighfar dan lain sebagainya. Apalagi rezeki yang bakal diterima di Akhirat nanti tergantung dari amal-amal yang telah dilakukan oleh seseorang. Karena itu, seorang muslim dianjurkan memperbanyak zikir dan amal saleh untuk membuka pintu-pintu rezeki tersebut.
4. Rezeki dari Arah Tidak Diduga
Rezeki ini termasuk bagian dari rezeki yang dijanjikan, tetapi karena keistimewaannya maka tidak salah jika dimasukkan dalam bagian tersendiri. Hanya ada dua amal yang dapat mengundang datangnya rezeki dari arah yang tidak diduga ini. Pertama yang disebutkan dalam Al-Qur'an yaitu "Takwa". Kedua disebutkan melalui Hadis yaitu: "Melanggengkan istighfar".
Perlu dipahami bahwa rezeki seseorang bisa bertambah (meluas) dan berkurang (menyempit) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. "Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan membatasi (rezeki siapa saja yang Dia kehendaki)..." (QS Ar-Ra'd Ayat 26)
Abu Hurairah mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa suka rezekinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
(rhs)