Jika Jemaah Haji Bertalbiyah Maknanya Sedang Mengikrarkan Pernyataan Tauhid
Kamis, 08 Juni 2023 - 08:50 WIB
Syaikh Prof Dr Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr mengatakan ketika jemaah haji atau umrah mengumandangkan talbiyah , sebenarnya mereka sedang mengikrarkan pernyataan tauhid kepada Allah SWT dan mengikrarkan pernyataan anti syirik .
Dalam bukunya berjudul "al-Jaami’ lil-Buhuts war-Rasaa`il" (Daar Kunuuz Isybiliya, 2005), Al-Badr mengutip penjelasan seorang sahabat Nabi SAW bernama Jabir bin Abdillah ra tentang sifat haji Rasulullah SAW .
Nabi bertalbiyah dengan tauhid, yaitu:
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan hanyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. (HR Muslim)
Jabir bin Abdillah menyifati talbiyah Nabi tersebut sebagai talbiyah dengan tauhid. "Sebab di dalamnya berisi pemurnian peribadatan hanya kepada Allah dan membuang kemusyrikan," katanya.
Menurut, Al-Badr, hal ini juga membuktikan bahwa kalimat-kalimat talbiyah itu bukan semata lafal-lafal kosong, tetapi mengandung makna agung yang merupakan roh dan asas agama, yaitu tauhidullah.
"Oleh karena itu, setiap orang yang mengumandangkan kalimat-kalimat talbiyah wajib menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga ia menjadi orang yang benar dalam bertalbiyah, kata-katanya cocok dengan kenyataannya, ia benar-benar berpegang pada ajaran tauhid dan menjaga hak-hak tauhid. Menjauhi segala hal yang dapat membatalkan tauhid, baik itu kemusyrikan maupun yang lainnya," jelasnya.
Ia pun menjadi orang yang tidak akan meminta kecuali kepada Allah. Tidak akan ber-istighatsah (bersambat) kecuali kepada Allah. Tidak bertawakal kecuali kepada Allah. Tidak akan meminta bantuan serta pertolongan kecuali kepada Allah. Dan tidak akan mengarahkan salah satu macam ibadahpun kecuali hanya kepada Allah saja.
"Sebab hanya di tangan Allah dan hanya menjadi kewenangan-Nya sajalah hak untuk memberi, menahan pemberian, melimpahkan anugerah, melimpahkan manfaat dan menimpakan madharat," ujar Al-Badr.
Allah SWT berfirman:
"Atau siapakah yang dapat mengabulkan (doanya) orang yang tengah didesak kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan siapakah yang dapat menghilangkan kesusahan dan dapat menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada sesembahan lain yang berhak disembah di samping Allah? Amat sedikitlah kamu mengingat kepada-Nya." ( QS an-Naml/27 : 62).
Dalam bukunya berjudul "al-Jaami’ lil-Buhuts war-Rasaa`il" (Daar Kunuuz Isybiliya, 2005), Al-Badr mengutip penjelasan seorang sahabat Nabi SAW bernama Jabir bin Abdillah ra tentang sifat haji Rasulullah SAW .
Nabi bertalbiyah dengan tauhid, yaitu:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ. رواه مسلم
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan hanyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. (HR Muslim)
Jabir bin Abdillah menyifati talbiyah Nabi tersebut sebagai talbiyah dengan tauhid. "Sebab di dalamnya berisi pemurnian peribadatan hanya kepada Allah dan membuang kemusyrikan," katanya.
Menurut, Al-Badr, hal ini juga membuktikan bahwa kalimat-kalimat talbiyah itu bukan semata lafal-lafal kosong, tetapi mengandung makna agung yang merupakan roh dan asas agama, yaitu tauhidullah.
"Oleh karena itu, setiap orang yang mengumandangkan kalimat-kalimat talbiyah wajib menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga ia menjadi orang yang benar dalam bertalbiyah, kata-katanya cocok dengan kenyataannya, ia benar-benar berpegang pada ajaran tauhid dan menjaga hak-hak tauhid. Menjauhi segala hal yang dapat membatalkan tauhid, baik itu kemusyrikan maupun yang lainnya," jelasnya.
Ia pun menjadi orang yang tidak akan meminta kecuali kepada Allah. Tidak akan ber-istighatsah (bersambat) kecuali kepada Allah. Tidak bertawakal kecuali kepada Allah. Tidak akan meminta bantuan serta pertolongan kecuali kepada Allah. Dan tidak akan mengarahkan salah satu macam ibadahpun kecuali hanya kepada Allah saja.
"Sebab hanya di tangan Allah dan hanya menjadi kewenangan-Nya sajalah hak untuk memberi, menahan pemberian, melimpahkan anugerah, melimpahkan manfaat dan menimpakan madharat," ujar Al-Badr.
Allah SWT berfirman:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
"Atau siapakah yang dapat mengabulkan (doanya) orang yang tengah didesak kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan siapakah yang dapat menghilangkan kesusahan dan dapat menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada sesembahan lain yang berhak disembah di samping Allah? Amat sedikitlah kamu mengingat kepada-Nya." ( QS an-Naml/27 : 62).
(mhy)