Hakikat Wakaf dan Amal Jariyah Menurut Syaikh Al-Qardhawi

Selasa, 04 Juli 2023 - 05:15 WIB
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi (Foto/Ilustrasi : new arab)
Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengatakan di antara persoalan penting yang ditekankan dalam Islam adalah sedekah jariyah . Yakni sedekah yang terus menerus bermanfaat sampai setelah matinya orang yang memberi sedekah.

"Inilah yang secara istilah disebut wakaf Khairi," ujar al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).

Tentang wakaf khairi ini, menurut dia, secara definitif dapat diuraikan sebagai berikut, "Harta yang dikeluarkan dari (berasal) milik perorangan, untuk diambil manfaatnya oleh salah satu lembaga sosial Islam, karena mencari pahala dari Allah SWT"

Rasulullah SAW pernah mengisyaratkan (memerintahkan) kepada Umar bin Khattab untuk mewakafkan hartanya di Khaibar, dan tidak ada seorang pun dari sahabat, kecuali mereka memiliki kemampuan dalam berwakaf.

Siapa saja yang membaca sejarah tentang alasan wakaf dan syarat-syarat orang yang mewakafkan maka akan nampak jelas baginya bagaimana hakikat takaful (saling menanggung) dalam masyarakat Islam yang dilakukan berdasarkan kemurnian hati untuk berbuat kebajikan dan perasaan kasih sayang yang mendalam serta pancaran nilai-nilai kemanusiaan yang mulia. "Sehingga kebaikannya tidak hanya terbatas pada manusia, tetapi bahkan sampai pada binatang dan tanaman," demikian al-Qardhawi.





Takaful antargenerasi



Di sisi lain, Al-Qardhawi mengatakan di sana ada salah satu bentuk takaful yang jarang diperhatikan oleh para ulama dan kami telah berulang kali mengingatkan di dalam kitab-kitab kami. "Yang dimaksud di sini adalah takaful antara umat dari generasi ke generasi setelahnya," katanya..

"Ini juga meliputi takaful antar negara-negara Islam satu dengan yang lainnya. Ini semua merupakan takaful zamani (sepanjang masa, kapan saja), selain juga merupakan takaful makaani (berlaku di mana saja)."



Menurutnya, yang dimaksud dengan takaful Aiyyaal (antar generasi) adalah hendaknya satu generasi itu jangan rakus dengan kekayaan bumi baik yang tersimpan maupun yang tersebar hanya untuk kepentingan hari ini saja, sementara ia tidak menyisakan sedikit pun untuk generasi setelahnya.



Wajib bagi generasi kini untuk memperhitungkan generasi mendatang. Hendaknya mereka berbuat seperti seorang bapak yang penuh perhitungan, di mana ia sedang berupaya untuk dapat meninggalkan anak turunnya dalam keadaan berkecukupan. Dan hendaknya mereka bersikap sederhana dalam berinfaq dan mengatur pengeluaran, sehingga bisa meninggalkan sesuatu yang bermanfaat untuk generasi sesudahnya. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu dalam berkecakupan itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kemiskinan (yang kemudian) memita-minta kepada manusia. (HR Muttafaqun 'Alaih)

Abu Bakar ra berkata, "Saya tidak senang dengan seorang kafir yang memakan rezeki (yang mestinya cukup untuk berhari-hari) tetapi dimakan dalam satu hari."



Ini bisa kita analogikan dengan generasi juga, yang mestinya cukup untuk beberapa generasi, tetapi dimakan dalam satu generasi.

Itulah yang membuat Umar bin Khathab tidak mau membagikan tanah Iraq untuk para Mujahidin yang telah menaklukkannya, karena dia merupakan kekayaan besar yang bisa dinikmati oleh generasi (anak turun) mereka. Kamu tidak akan mendapatkan generasi mendatang yang mampu membela kehormatan ummat dan agamanya jika mereka tidak terurus. Apa yang kita tinggalkan adalah untuk mempersiapkan bekal mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَـنِيۡنَ وَالۡقَنَاطِيۡرِ الۡمُقَنۡطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالۡفِضَّةِ وَالۡخَـيۡلِ الۡمُسَوَّمَةِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَـرۡثِ‌ؕ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ‌ۚ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.

(QS. Ali 'Imran Ayat 14)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More