Mengapa Manusia Diberi Ujian Hidup? Begini Penjelasannya

Kamis, 20 Juli 2023 - 13:29 WIB
Maka, sesiapa yang taat dan selalu menjauhi larangan-larangan Allah, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan naungan Allah Ta’ala di hari kiamat.

3. Ujian Kenikmatan yang Harus Disyukuri

Dalam kehidupan manusia, Allah telah banyak sekali mengaruniakan nikmat, baik yang terlihat, seperti harta, kesehatan, dan keluarga, maupun nikmat yang tak terlihat, seperti sel dalam tubuh, syaraf-syaraf, nafas, dan akal. Semua ini merupakan bentuk ujian manusia yang Allah berikan kepada para hamba-Nya agar mereka pandai bersyukur atas karunia yang telah diberikan atasnya.

Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan kenikmatan yang amat agung. Kenikmatan tersebut berupa kerajaan yang menjulang tinggi, pasukan yang kuat dari kalangan jin dan bintang, dan kemampuan berbicara dengan binatang serta mengendalikan awan (Al-Qurthubi, al-Jami’ li al-Ahkam Al-Qur’an, 15/202).

Namun, ini semua merupakan ujian Allah yang disadari oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, sehingga ia berkata sebagaimana yang diabadikan Allah dalam firman-Nya,

هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ


“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya, Mahamulia.” (QS. Al-Naml: 40).

Dengan kesadaran tersebut, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam lulus dari ujian itu lantaran ia selalu menggunakan kenikmatan tersebut guna mendekatkan diri kepada Allah. Allah pun mengabarkan bahwa ia termasuk sebaik-baik hamba karena ketaatan dan rasa syukurnya (QS. Shad: 30).

Maka, siapa yang senantiasa bersyukur atas karunia yang Allah berikan, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan gelar sebagai sebaik-baik hamba.

4. Ujian Kesusahan yang Harus Disabari

Selain dari kenikmatan yang Allah karuniakan, dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari sesuatu yang tidak disenangi, baik berupa musibah, penyakit, kesusahan, maupun berbagai hal yang tidak sesuai dengan harapan. Semua itu merupakan ujian yang Allah berikan agar seseorang menjadi insan yang pandai bersabar.

Untuk itu, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Ayub ‘alaihissalam, di mana Allah mengujinya dengan penyakit yang menyerang seluruh tubuhnya, kecuali hati dan lisannya. Sehingga dengan keduanya ia selalu berbaik sangka dan berdzikir kepada Allah Ta’ala.

Bahkan karena penyakit yang begitu parah, Nabi Ayub dijauhi masyarakat dan orang-orang terdekatnya, hingga diasingkan di dekat pembuangan sampah (Al-Syaqawi, Qishah Nabiyillah Ayyub, 1). Namun, dalam kondisi demikian Nabi Ayub ‘alaihissalam tetap bersabar, hingga Allah pun menyatakan lulus dan menyembuhkannya dari segala penyakit tersebut.

Demikianlah Nabi Ayub ‘alaihissalam lulus dan Allah kabarkan kepadanya, bahwa ia termasuk dari sebaik-baik hamba karena ketaatan dan kesabarannya atas musibah yang diberikan (QS. Shad: 38). Maka, siapa yang senantiasa bersabar atas musibah dan kesusahan yang ada, ia layak dinyatakan sebagai pemilik iman yang jujur dan layak mendapatkan gelar sebagai sebaik-baik hamba.

5. Ujian dari Musuh-Musuh Allah

Selain ujian perintah-larangan dan kenikmatan-kesusahan, bentuk ujian manusia yang lain adalah adanya musuh-musuh Islam, baik dari kalangan jin maupun manusia (QS. Fatir: 6; QS. Al-Nas: 6).

Untuk itu, peperangan antara haq dan batil akan terus ada hingga hari kiamat. Semua ini merupakan ujian, agar manusia kembali mengingat Tuhannya, memerhatikan urusan saudaranya, dan menjaga ukhuwah serta persatuan Islam.

Oleh karenanya, mari kita mengingat kembali kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau selalu mendapat hinaan, cacian, siksaan, bahkan mendapat ancaman serta konspirasi pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Makkah dan jin yang menyamar menjadi manusia.

Namun demikian, Rasulullah tidak gentar dalam menyuarakan kebenaran. Rasulullah pun sangat memperhatikan urusan kaum muslimin dan bekerja sama untuk menjalin ukhuwah Islam demi tercapainya cita-cita mulia, yaitu membebaskan manusia dari peribadahan selain Allah, menuju kesucian ibadah hanya kepada-Nya.

Untuk itu, beliau adalah sebaik-baik nabi dan rasul yang diutus untuk seluruh manusia hingga hari kiamat. Sehingga siapa yang mencintai dan mengikuti jejak beliau, maka ia merupakan pemilik iman yang jujur dan akan masuk surga bersama kekasih tercintanya, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.



Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰهَ مُخۡلِفَ وَعۡدِهٖ رُسُلَهٗؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ ذُوۡ انْتِقَامٍؕ (٤٧) يَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَيۡرَ الۡاَرۡضِ وَالسَّمٰوٰتُ‌ وَبَرَزُوۡا لِلّٰهِ الۡوَاحِدِ الۡقَهَّارِ‏ (٤٨)
Maka karena itu jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Allah mengingkari janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. Sungguh, Allah Mahaperkasa dan mempunyai pembalasan. Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan mereka (manusia) berkumpul di Padang Mahsyar menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.

(QS. Ibrahim Ayat 47-48)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More