Tadabbur Surat Al-Qalam Ayat 1: Allah Bersumpah dengan Pena
Selasa, 15 Agustus 2023 - 21:55 WIB
Tadabbur ayat kali ini kita mengulas kandungan yang terdapat dalam Surat Al-Qalam Ayat 1. Surat Al-Qalam merupakan surat ke-68 terdiri atas 52 ayat (golongan surat-surat Makkiyah).
Surat ini diturunkan sesudah Surat Al-'Alaq. Nama Al-Qalam sendirti diambil dari kata Al-Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya pena. Surat ini dinamai pula dengan Surat Nun (huruf Nun).
Mari kita simak firman Allah berikut:
Nuun; walqalami wa maa yasthuruun.
Artinya: "Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan." (QS Al-Qalam Ayat 1)
Penjelasan
Para Mufasir berbeda pendapat tentang arti huruf "Nun" di awal ayat ini. Beberapa surat dalam Al-Qur'an dibuka dengan huruf Hijaiyah seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Raa dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah. Ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an.
Mengutip tafsir ringkas Kemenag, pada ayat ini Allah bersumpah dengan Qalam (pena) dan segala sesuatu yang ditulis dengannya. Hal itu untuk menyatakan bahwa Qalam itu termasuk nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia, di samping nikmat berbicara dan menjelaskan sesuatu kepada orang lain.
Banyak sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an seperti wal-'asr (demi masa), was-sama' (demi langit), wal-fajr (demi fajar), dan sebagainya. Seakan-akan dengan sumpah itu, Allah mengingatkan kepada manusia agar memperhatikan masa, langit, fajar, dan sebagainya. Suatu sumpah dilakukan untuk meyakinkan pendengar atau orang yang diajak berbicara bahwa ucapan atau perkataan yang disampaikan itu adalah benar, tidak diragukan sedikit pun.
Dengan Qalam, orang dapat mencatat ajaran agama Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya, dan mencatat pengetahuan-pengetahuan Allah yang baru ditemukannya. Dengan surat yang ditulis dengan Qalam, orang dapat menyampaikan berita gembira dan berita duka kepada keluarga dan teman akrabnya. Dengan Qalam, orang dapat mencerdaskan dan mendidik bangsanya, dan banyak lagi nikmat yang diperoleh manusia dengan Qalam itu.
Pada masa Rasulullah ﷺ , masyarakat Arab telah mengenal Qalam untuk menulis segala sesuatu yang terasa, yang terpikir, dan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kendati demikian, masih banyak yang buta huruf dan ilmu pengetahuan belum berkembang.
Pada masa itu, kegunaan pena sebagai sarana menyampaikan agama Allah sangat dirasakan. Ayat-ayat Al-Qur'an ditulis di pelepah-pelepah kurma dan tulang-tulang binatang atas perintah Rasulullah. Beliau sendiri sangat menghargai orang-orang yang pandai menulis dan membaca. Hal ini tampak pada keputusan Nabi Muhammad ﷺ pada Perang Badar, yaitu seorang kafir yang ditawan kaum Muslimin dapat dibebaskan dengan cara membayar uang tebusan atau mengajar kaum Muslimin menulis dan membaca.
Dengan ayat ini, seakan-akan Allah mengisyaratkan kepada kaum Muslimin bahwa ilmu-Nya sangat luas, tiada batas dan tiada terhingga. Karena itu, cari dan tuntutlah ilmu-Nya yang sangat luas itu agar dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan.
Masa turun ayat ini dekat dengan ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ, yaitu lima ayat pertama Surah Al-'Alaq. Setelah Nabi menerima ayat 1-5 Surat Al-'Alaq itu, beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar dan ketakutan. Setelah hilang rasa takutnya, Nabi kemudian dibawa Khadijah istri beliau, ke rumah Waraqah bin Naufal, anak dari saudara ayahnya (saudara sepupu).
Semua yang terjadi atas diri Rasulullah di gua Hira itu disampaikan kepada Waraqah, dan menanggapi hal itu, ia berkata, "Yang datang kepada Muhammad itu adalah seperti yang pernah datang kepada Nabi-nabi sebelumnya. Karena itu, yang disampaikan Malaikat Jibril itu adalah agama yang benar-benar berasal dari Allah." Kemudian Waraqah mengatakan bahwa ia akan mengikuti agama yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ.
Surat ini diturunkan sesudah Surat Al-'Alaq. Nama Al-Qalam sendirti diambil dari kata Al-Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya pena. Surat ini dinamai pula dengan Surat Nun (huruf Nun).
Mari kita simak firman Allah berikut:
نٓ ۚ وَالۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُوۡنَۙ
Nuun; walqalami wa maa yasthuruun.
Artinya: "Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan." (QS Al-Qalam Ayat 1)
Penjelasan
Para Mufasir berbeda pendapat tentang arti huruf "Nun" di awal ayat ini. Beberapa surat dalam Al-Qur'an dibuka dengan huruf Hijaiyah seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Raa dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah. Ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an.
Mengutip tafsir ringkas Kemenag, pada ayat ini Allah bersumpah dengan Qalam (pena) dan segala sesuatu yang ditulis dengannya. Hal itu untuk menyatakan bahwa Qalam itu termasuk nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia, di samping nikmat berbicara dan menjelaskan sesuatu kepada orang lain.
Banyak sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an seperti wal-'asr (demi masa), was-sama' (demi langit), wal-fajr (demi fajar), dan sebagainya. Seakan-akan dengan sumpah itu, Allah mengingatkan kepada manusia agar memperhatikan masa, langit, fajar, dan sebagainya. Suatu sumpah dilakukan untuk meyakinkan pendengar atau orang yang diajak berbicara bahwa ucapan atau perkataan yang disampaikan itu adalah benar, tidak diragukan sedikit pun.
Dengan Qalam, orang dapat mencatat ajaran agama Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya, dan mencatat pengetahuan-pengetahuan Allah yang baru ditemukannya. Dengan surat yang ditulis dengan Qalam, orang dapat menyampaikan berita gembira dan berita duka kepada keluarga dan teman akrabnya. Dengan Qalam, orang dapat mencerdaskan dan mendidik bangsanya, dan banyak lagi nikmat yang diperoleh manusia dengan Qalam itu.
Pada masa Rasulullah ﷺ , masyarakat Arab telah mengenal Qalam untuk menulis segala sesuatu yang terasa, yang terpikir, dan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kendati demikian, masih banyak yang buta huruf dan ilmu pengetahuan belum berkembang.
Pada masa itu, kegunaan pena sebagai sarana menyampaikan agama Allah sangat dirasakan. Ayat-ayat Al-Qur'an ditulis di pelepah-pelepah kurma dan tulang-tulang binatang atas perintah Rasulullah. Beliau sendiri sangat menghargai orang-orang yang pandai menulis dan membaca. Hal ini tampak pada keputusan Nabi Muhammad ﷺ pada Perang Badar, yaitu seorang kafir yang ditawan kaum Muslimin dapat dibebaskan dengan cara membayar uang tebusan atau mengajar kaum Muslimin menulis dan membaca.
Dengan ayat ini, seakan-akan Allah mengisyaratkan kepada kaum Muslimin bahwa ilmu-Nya sangat luas, tiada batas dan tiada terhingga. Karena itu, cari dan tuntutlah ilmu-Nya yang sangat luas itu agar dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan.
Masa turun ayat ini dekat dengan ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ, yaitu lima ayat pertama Surah Al-'Alaq. Setelah Nabi menerima ayat 1-5 Surat Al-'Alaq itu, beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan gemetar dan ketakutan. Setelah hilang rasa takutnya, Nabi kemudian dibawa Khadijah istri beliau, ke rumah Waraqah bin Naufal, anak dari saudara ayahnya (saudara sepupu).
Semua yang terjadi atas diri Rasulullah di gua Hira itu disampaikan kepada Waraqah, dan menanggapi hal itu, ia berkata, "Yang datang kepada Muhammad itu adalah seperti yang pernah datang kepada Nabi-nabi sebelumnya. Karena itu, yang disampaikan Malaikat Jibril itu adalah agama yang benar-benar berasal dari Allah." Kemudian Waraqah mengatakan bahwa ia akan mengikuti agama yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ.
(rhs)
Lihat Juga :