Jakarta Darurat Polusi, LPLH MUI Ajak Umat Islam Jalan Kaki ke Masjid
Senin, 21 Agustus 2023 - 15:18 WIB
Buruknya polusi udara di Jakarta terus menjadi perbincangan hangat di ibukota. Pemprov DKI Jakarta sampai memberlakukan kebijakan WFH (bekerja dari rumah) bagi 50% aparatur ASN-nya.
Terkait memburuknya polusi udara di Jakarta, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (LPLH) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan dua rekomendasi sebagai solusi jangka panjang. Ketua LPLH MUI, Hayu Susilo Prabowo mengatakan, sumber utama emisi atau polusi udara di Jakarta berasal dari penggundulan hutan disertai kebakaran lahan, kendaraan bermotor, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dan pembakaran sampah.
"Karena Jakarta itu dikelilingi, petanya ada tuh, kalau tidak salah terdapat lima pembangkit listrik batu bara. Jakarta juga kekurangan hutan, mangrove-nya juga banyak yang rusak dan kebetulan kondisi sekarang kemarau," kata Hayu dilansir dari laman MUI Digital (18/8/2023).
Dua hal yang bisa dijadikan solusi yaitu:
1. Pentingnya Kesadaran Masyarakat dalam Mengurangi Emisi Melalui Sikap Bijak dalam Bepergian.
Wmisi yang dihasilkan dari penggunaan motor dan mobil sedikit banyak menyumbang pencemaran udara. "Kurangi keluar, saling lebih menjaga terhadap sesama. Misalnya kalau ke masjid bisa jalan, iya jalan kaki ajalah, tidak usah pakai motor, atau juga bisa pakai transportasi publik," paparnya.
2. Melakukan Mitigasi dengan Cara Memperbanyak Menanam Pohon.
Menurut Hayu, selain karbondioksida kembali terserap oleh pepohonan, menanam pohon merupakan bagian dari hal yang dianjurkan dalam agama Islam. Pihaknya juga sedang merumuskan fatwa terkait tingginya emisi atau polusi udara. "Jadi efek jangka pendeknya itu untuk kesehatan, dan jangka panjangnya untuk perubahan iklim," kata dia.
Hayu mengimbau agar umat memiliki sikap yang ramah terhadap lingkungan. MUI sendiri telah menyampaikan imbauan agar umat dapat peduli terhadap kondisi, lingkungan sekitar, seperti fatwa mengelola sampah, menanam pohon, menjaga satwa langka. Artinya, kita harus sadar bahwa kehidupan manusia bergantung pada bumi. Kalau buminya rusak, punahlah kita semua.
Terkait memburuknya polusi udara di Jakarta, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (LPLH) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan dua rekomendasi sebagai solusi jangka panjang. Ketua LPLH MUI, Hayu Susilo Prabowo mengatakan, sumber utama emisi atau polusi udara di Jakarta berasal dari penggundulan hutan disertai kebakaran lahan, kendaraan bermotor, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dan pembakaran sampah.
"Karena Jakarta itu dikelilingi, petanya ada tuh, kalau tidak salah terdapat lima pembangkit listrik batu bara. Jakarta juga kekurangan hutan, mangrove-nya juga banyak yang rusak dan kebetulan kondisi sekarang kemarau," kata Hayu dilansir dari laman MUI Digital (18/8/2023).
Dua hal yang bisa dijadikan solusi yaitu:
1. Pentingnya Kesadaran Masyarakat dalam Mengurangi Emisi Melalui Sikap Bijak dalam Bepergian.
Wmisi yang dihasilkan dari penggunaan motor dan mobil sedikit banyak menyumbang pencemaran udara. "Kurangi keluar, saling lebih menjaga terhadap sesama. Misalnya kalau ke masjid bisa jalan, iya jalan kaki ajalah, tidak usah pakai motor, atau juga bisa pakai transportasi publik," paparnya.
2. Melakukan Mitigasi dengan Cara Memperbanyak Menanam Pohon.
Menurut Hayu, selain karbondioksida kembali terserap oleh pepohonan, menanam pohon merupakan bagian dari hal yang dianjurkan dalam agama Islam. Pihaknya juga sedang merumuskan fatwa terkait tingginya emisi atau polusi udara. "Jadi efek jangka pendeknya itu untuk kesehatan, dan jangka panjangnya untuk perubahan iklim," kata dia.
Hayu mengimbau agar umat memiliki sikap yang ramah terhadap lingkungan. MUI sendiri telah menyampaikan imbauan agar umat dapat peduli terhadap kondisi, lingkungan sekitar, seperti fatwa mengelola sampah, menanam pohon, menjaga satwa langka. Artinya, kita harus sadar bahwa kehidupan manusia bergantung pada bumi. Kalau buminya rusak, punahlah kita semua.
(rhs)