Kalimat Tauhid, Zikir yang Paling Berat Timbangannya di Yaumul Hisab
Sabtu, 04 November 2023 - 08:48 WIB
Zikir ringan yang amalannya paling berat di timbangan di Yaumul Hisab, adalah zikir kalimat tauhid . Satu kalimat yang sangat pendek dan singkat, namun paling berat timbangannya di akhirat kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda mengisahkan percakapan nabi Musa dengan Allah subhanahu wata’ala,
“Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu.”
Allah berfirman, “Ucapkan hai Musa laa ilaha illallah.”
Musa berkata, “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu.”
Allah berfirman, “Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya—selain Aku—dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat laa ilaha illallah diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaha illallah lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban No. 6218)
Rukun pertama: an-Nafyu (negasi)
Rukun kedua: al-Itsbat (penetapan)
Rukun tauhid an-Nafyu ini terdapat pada kalimat Laa Ilaaha. Kalimat laa ilaaha secara bahasa artinya adalah tidak ada sesembahan. Maknanya, menegasikan, menafikan, atau meniadakan segala bentuk sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian, rukun tauhid al-Itsbat ini terdapat pada kalimat illallaah. Kalimat illallaah secara bahasa artinya kecuali Allah. Maknanya, menetapkan sifat sesembahan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala saja.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” (QS Al Baqarah : 256)
Ketika ia benar-benar mengimplementasikan prinsip tersebut dengan sebenar-benarnya dalam seluruh sisi kehidupannya, maka ia telah mengimplementasikan Islam pada seluruh kehidupannya.
Dengan demikian, ia berhak mendapatkan balasan terbaik dari Allah subhanahu wata’ala berupa keselamatan di dunia dan di akhirat.
"Namun, apabila ia mengucapkan kalimat tauhid tersebut hanya sebatas ucapan lisan saja tanpa diiringi dengan amalan yang selaras dengan tuntutan pada makna kalimat tersebut, maka kalimat tersebut tidak akan memberikan makna dan manfaat yang berarti bagi dirinya,"ungkap dai asal Jakarta tersebut.
Dahulu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendakwahi orang-orang kafir Quraisy. Beliau menyeru mereka untuk mengikrarkan Laa ilaaha illallaah.
Apa yang yang terjadi, orang-orang kafir Quraisy tersebut justru malah mengatakan, sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam al-Quran surat Shad ayat 5,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda mengisahkan percakapan nabi Musa dengan Allah subhanahu wata’ala,
“Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu.”
Allah berfirman, “Ucapkan hai Musa laa ilaha illallah.”
Musa berkata, “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu.”
Allah berfirman, “Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya—selain Aku—dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat laa ilaha illallah diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaha illallah lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban No. 6218)
Dua Rukun Kalimat Laa ilaaha illallaah
Kalimat Laa ilaaha illallaah mengandung dua unsur penting yang menjadikan kalimat ini begitu dahsyat. Dalam kitab-kitab referensi ilmu akidah dua unsur ini disebut dengan rukun kalimat Laa ilaaha illallaah .Rukun pertama: an-Nafyu (negasi)
Rukun kedua: al-Itsbat (penetapan)
Rukun tauhid an-Nafyu ini terdapat pada kalimat Laa Ilaaha. Kalimat laa ilaaha secara bahasa artinya adalah tidak ada sesembahan. Maknanya, menegasikan, menafikan, atau meniadakan segala bentuk sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala.
Kemudian, rukun tauhid al-Itsbat ini terdapat pada kalimat illallaah. Kalimat illallaah secara bahasa artinya kecuali Allah. Maknanya, menetapkan sifat sesembahan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala saja.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا
“Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” (QS Al Baqarah : 256)
Tadabbur Kalimat Laa ilaaha illallaah
Menurut Ustadz Sodiq Jafar, setiap muslim yang mengucapkan kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah sejatinya ia sedang mendeklarasikan diri untuk berlepas diri dari segala bentuk perbuatan syirik berikut pelakunya, lalu mendedikasikan diri untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala saja dengan ikhlas sepenuh hati.Ketika ia benar-benar mengimplementasikan prinsip tersebut dengan sebenar-benarnya dalam seluruh sisi kehidupannya, maka ia telah mengimplementasikan Islam pada seluruh kehidupannya.
Dengan demikian, ia berhak mendapatkan balasan terbaik dari Allah subhanahu wata’ala berupa keselamatan di dunia dan di akhirat.
"Namun, apabila ia mengucapkan kalimat tauhid tersebut hanya sebatas ucapan lisan saja tanpa diiringi dengan amalan yang selaras dengan tuntutan pada makna kalimat tersebut, maka kalimat tersebut tidak akan memberikan makna dan manfaat yang berarti bagi dirinya,"ungkap dai asal Jakarta tersebut.
Dahulu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendakwahi orang-orang kafir Quraisy. Beliau menyeru mereka untuk mengikrarkan Laa ilaaha illallaah.
Apa yang yang terjadi, orang-orang kafir Quraisy tersebut justru malah mengatakan, sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam al-Quran surat Shad ayat 5,