Kisah Nabi Musa Pingsan Ketika Allah Menampakkan Zat-Nya
Rabu, 06 Desember 2023 - 19:37 WIB
Nabi Musa 'alaihissalam pernah mengalami pingsan ketika Allah Ta'ala menampakkan keagungan Zat-Nya. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raf Ayat 143.
Nabi Musa adalah seorang Rasul yang digelari Kalimullah atau orang yang diajak berbicara oleh Allah dan menerima wahyu langsung dari Allah. Beliau termasuk Nabi Ulul 'Azmi yang diutus kepada kaum Bani Israil.
Dikisahkan, ketika Nabi Musa datang untuk bermunajat pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 40 malam, maka Allah berfirman langsung kepadanya. Namun, Nabi Musa ingin mendapatlan lebih dari. Dia berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah Zat Engkau yang Maha Suci dan berilah aku kekuatan untuk dapat melihat-Mu dengan jelas." Maka Allah menjawab, "Hai Musa kamu tidak akan dapat melihat-Ku."
Selanjutnya Allah berkata kepada Musa, "Melihatlah ke bukit, jika bukit itu tetap kokoh dan kuat seperti sediakala setelah melihat-Ku, tentulah kamu dapat pula melihat-Ku, karena kamu dan gunung itu adalah sama-sama makhluk ciptaan-Ku. Tetapi jika bukit yang kokoh dan kuat itu tidak tahan dan hancur setelah melihat-Ku bagaimana pula kamu dapat melihat-Ku. Karena seluruh makhluk yang aku ciptakan tidak mampu dan tidak sanggup untuk melihat-Ku."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Ketika Musa memohon kepada Tuhannya, "Perlihatkanlah Zat Engkau kepadaku," Allah menjawab: "Kamu sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku." Kemudian Allah menegaskan lagi, "Kamu tidak akan dapat melihat-Ku untuk selama-lamanya hai Musa." Tidak seorang pun yang sanggup melihat-Ku, lalu sesudah itu ia tetap hidup."
Akhirnya Allah berkata, "Lihatlah ke bukit yang tinggi lagi besar itu. Jika bukit itu tetap di tempatnya, tidak bergoncang dan hancur, tentulah ia melihat kebesaran-Ku, mudah-mudahan kamu dapat melihatnya pula, sedangkan kamu benar-benar lemah dan rendah. Sesungguhnya gunung itu berguncang dan hancur bagaimana pun juga kuat dan dahsyatnya, sedang kamu lebih lemah dan rendah."
Berikut dialog Nabi Musa dan Allah diabadikan dalam Al-Qur'an:
Artinya: "Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman." (QS Al-A'raf Ayat 143)
Dalam Hadis Nabi disebutkan: "Dari Abu Musa, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Hijab (pembatas) Allah ialah Nur (cahaya). Sekiranya Nur itu disingkapkan niscaya keagungan sinar wajahnya akan membakar seluruh makhluk yang sampai pandangan Tuhan kepadanya." (HR Muslim)
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa gunung itu jebol dan jatuh menggelinding ke laut. Sedangkan Nabi Musa ikut bersama gunung itu. Ada yang berpendapat bahwa gunung itu amblas ke dalam bumi dan tidak akan muncul lagi sampai hari Kiamat.
Dari Urwah ibnu Ruwayyim yang mengatakan bahwa sebelum Allah menampakkan Diri-Nya kepada Musa di Tursina, gunung-gunung itu dalam keadaan rata lagi licin. Tetapi setelah Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa di Tursina, maka hancur leburlah gunungnya, sedangkan gunung-gunung lainnya terbelah dan retak-retak serta terbentuklah gua-gua.
Allah memandang gunung itu, maka gunung itu tidak kuat, lalu hancur luluh sampai ke akarnya. Melihat pemandangan yang terjadi pada gunung itu, maka Nabi Musa jatuh pingsan.
Setelah Nabi Musa sadar dari pingsannya, beliau merasa telah berbuat dosa. Karena itu beliau memohon dan berdoa kepada Allah: سُبۡحٰنَكَ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ (Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman)
Nabi Musa menyadari bahwa yang dimintanya di luar batas kemampuanku menerimanya. Karena itu beliau bertaubat dan tidak akan mengulangi kesalahannya. Demikianlah Allah menggambarkan keagungan Zat-Nya yang tidak dapat dilihat oleh makhluk di muka bumi.
Wallahu A'lam
Nabi Musa adalah seorang Rasul yang digelari Kalimullah atau orang yang diajak berbicara oleh Allah dan menerima wahyu langsung dari Allah. Beliau termasuk Nabi Ulul 'Azmi yang diutus kepada kaum Bani Israil.
Dikisahkan, ketika Nabi Musa datang untuk bermunajat pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 40 malam, maka Allah berfirman langsung kepadanya. Namun, Nabi Musa ingin mendapatlan lebih dari. Dia berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah Zat Engkau yang Maha Suci dan berilah aku kekuatan untuk dapat melihat-Mu dengan jelas." Maka Allah menjawab, "Hai Musa kamu tidak akan dapat melihat-Ku."
Selanjutnya Allah berkata kepada Musa, "Melihatlah ke bukit, jika bukit itu tetap kokoh dan kuat seperti sediakala setelah melihat-Ku, tentulah kamu dapat pula melihat-Ku, karena kamu dan gunung itu adalah sama-sama makhluk ciptaan-Ku. Tetapi jika bukit yang kokoh dan kuat itu tidak tahan dan hancur setelah melihat-Ku bagaimana pula kamu dapat melihat-Ku. Karena seluruh makhluk yang aku ciptakan tidak mampu dan tidak sanggup untuk melihat-Ku."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Ketika Musa memohon kepada Tuhannya, "Perlihatkanlah Zat Engkau kepadaku," Allah menjawab: "Kamu sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku." Kemudian Allah menegaskan lagi, "Kamu tidak akan dapat melihat-Ku untuk selama-lamanya hai Musa." Tidak seorang pun yang sanggup melihat-Ku, lalu sesudah itu ia tetap hidup."
Akhirnya Allah berkata, "Lihatlah ke bukit yang tinggi lagi besar itu. Jika bukit itu tetap di tempatnya, tidak bergoncang dan hancur, tentulah ia melihat kebesaran-Ku, mudah-mudahan kamu dapat melihatnya pula, sedangkan kamu benar-benar lemah dan rendah. Sesungguhnya gunung itu berguncang dan hancur bagaimana pun juga kuat dan dahsyatnya, sedang kamu lebih lemah dan rendah."
Berikut dialog Nabi Musa dan Allah diabadikan dalam Al-Qur'an:
وَلَمَّا جَآءَ مُوۡسٰى لِمِيۡقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ ۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِىۡۤ اَنۡظُرۡ اِلَيۡكَ ؕ قَالَ لَنۡ تَرٰٮنِىۡ وَلٰـكِنِ انْظُرۡ اِلَى الۡجَـبَلِ فَاِنِ اسۡتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوۡفَ تَرٰٮنِىۡ ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوۡسٰى صَعِقًا ۚ فَلَمَّاۤ اَفَاقَ قَالَ سُبۡحٰنَكَ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ
Artinya: "Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman." (QS Al-A'raf Ayat 143)
Dalam Hadis Nabi disebutkan: "Dari Abu Musa, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Hijab (pembatas) Allah ialah Nur (cahaya). Sekiranya Nur itu disingkapkan niscaya keagungan sinar wajahnya akan membakar seluruh makhluk yang sampai pandangan Tuhan kepadanya." (HR Muslim)
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa gunung itu jebol dan jatuh menggelinding ke laut. Sedangkan Nabi Musa ikut bersama gunung itu. Ada yang berpendapat bahwa gunung itu amblas ke dalam bumi dan tidak akan muncul lagi sampai hari Kiamat.
Dari Urwah ibnu Ruwayyim yang mengatakan bahwa sebelum Allah menampakkan Diri-Nya kepada Musa di Tursina, gunung-gunung itu dalam keadaan rata lagi licin. Tetapi setelah Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa di Tursina, maka hancur leburlah gunungnya, sedangkan gunung-gunung lainnya terbelah dan retak-retak serta terbentuklah gua-gua.
Allah memandang gunung itu, maka gunung itu tidak kuat, lalu hancur luluh sampai ke akarnya. Melihat pemandangan yang terjadi pada gunung itu, maka Nabi Musa jatuh pingsan.
Setelah Nabi Musa sadar dari pingsannya, beliau merasa telah berbuat dosa. Karena itu beliau memohon dan berdoa kepada Allah: سُبۡحٰنَكَ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ (Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman)
Nabi Musa menyadari bahwa yang dimintanya di luar batas kemampuanku menerimanya. Karena itu beliau bertaubat dan tidak akan mengulangi kesalahannya. Demikianlah Allah menggambarkan keagungan Zat-Nya yang tidak dapat dilihat oleh makhluk di muka bumi.
Wallahu A'lam
(rhs)