Al-Musanna Pahlawan Asal Bahrain Pelopor Pembebasan Irak
Sabtu, 13 Januari 2024 - 14:02 WIB
Al-Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani adalah pemimpin pasukan dalam awal masa penaklukan Kekaisaran Sasaniyah di era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq . Beliau wafat sebelum kemenangan pasukan Muslim dalam Pertempuran Qadisiyyah.
Ia menjadi tokoh yang dihormati dalam sejarah Irak modern karena keterlibatan militernya tersebut, dan namanya pernah dijadikan nama gerakan politik Pan Arabisme Nadi al-Muthanna di Irak. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama Kegubernuran Al Muthanna yang terletak di selatan Irak.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkan tatkala Abu Bakar tengah menimbang akan membebaskan Irak dan Syam , ia mendengar Musanna bersama pasukannya sudah bergerak menuju arah utara Bahrain, sampai ke Qatif dan Hajar, dan sudah mencapai muara Tigris dan Furat.
Dalam perjalanannya itu sekaligus ia membersihkan orang-orang Persia serta wakil-wakilnya yang dulu membantu kaum murtad.
Abu Bakar tidak mengenal siapa Musanna. Akhirnya khalifah diberitahu bahwa Musanna berasal dari Bahrain. Ia dari kabilah Banu Bakr bin Wa'il. Sebelumnya ia bergabµng dengan utusan Khalifah Abu Bakar, Ala' bin al-Hadrami, memerangi kaum murtad di Bahrain.
Musanna meneruskan perjalanan menelusuri pantai Teluk Persia ke utara, hingga mencapai tempat kabilah-kabilah Arab yang tinggal di delta kedua sungai itu.
Dalam pembicaraan dengan mereka telah tercapai suatu persetujuan.
Abu Bakar menilai Musanna adalah orang yang dihormati dan dapat dipercaya, seperti dikatakan Qais bin Asim al-Minqari tentang orang ini: "Dia bukan tidak dikenal, asal usulnya diketahui, juga bukan orang yang hina. Dia inilah al-Musanna bin Harisah asy-Syaibani."
Abu Bakar pun mencoba memikirkan kembali tentang pengiriman pasukan Muslimin ke luar daerah Semenanjung supaya mereka tidak mengulangi perbuatan mereka dulu, memberontak kepada pemerintahan Madinah.
Abu Bakar pun mempertimbangkan untuk memerintahkan Musanna menyusup masuk ke jantung Irak dan membukakan pintu bagi kaum Muslimin. Kala itu, pintu-pintu Syam masih sulit dibuka. Sedangkan Irak pada saat itu di bawah Persia.
Heraklius sudah dapat mengalahkan Persia sebelum Rasulullah wafat, dan menghancurkan pasukannya di Nineveh dan di Destgerd terus ke pintu gerbang Mada'in, ibu kota pemerintahannya.
Begitu lemahnya kekuasaan Persia ketika itu sampai-sampai Yaman pun lepas dari genggamannya dan Bazan pun bergabung dengan Rasulullah.
Di samping itu mereka tak berdaya merebut kembali semua daerah itu, sejak kekuasaannya berangsur surut dari Bahrain dan dari semua daerah jajahannya yang terletak di Teluk Persia dan Teluk Aden.
Tak seorang pun dari raja-raja itu yang berpikir hendak merebut kembali kekuasaan itu. Betapa mereka akan berpikir ke arah itu sedangkan di dalam istana sendiri kekacauan sudah begitu parah.
Setiap calon raja berusaha hendak membunuh siapa saja yang menduduki singgasana kerajaan, lalu ia akan tampil menggantikan tempatnya. Sehingga pernah terjadi, selama empat tahun takhta itu harus mengorbankan sembilan pangeran yang saling bunuh memperebutkan kedudukan itu, kadang terang-terangan, kadang dengan pembunuhan gelap.
Tidak heran bahwa memang benar apa yang dikatakan orang kepada Abu Bakar tentang Musanna ini dan peranannya itu. Juga tidak heran jika kemudian Abu Bakar mengarahkan pikirannya ke Irak.
Kedatangan Musanna ke Madinah
Ia menjadi tokoh yang dihormati dalam sejarah Irak modern karena keterlibatan militernya tersebut, dan namanya pernah dijadikan nama gerakan politik Pan Arabisme Nadi al-Muthanna di Irak. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama Kegubernuran Al Muthanna yang terletak di selatan Irak.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) mengisahkan tatkala Abu Bakar tengah menimbang akan membebaskan Irak dan Syam , ia mendengar Musanna bersama pasukannya sudah bergerak menuju arah utara Bahrain, sampai ke Qatif dan Hajar, dan sudah mencapai muara Tigris dan Furat.
Dalam perjalanannya itu sekaligus ia membersihkan orang-orang Persia serta wakil-wakilnya yang dulu membantu kaum murtad.
Abu Bakar tidak mengenal siapa Musanna. Akhirnya khalifah diberitahu bahwa Musanna berasal dari Bahrain. Ia dari kabilah Banu Bakr bin Wa'il. Sebelumnya ia bergabµng dengan utusan Khalifah Abu Bakar, Ala' bin al-Hadrami, memerangi kaum murtad di Bahrain.
Musanna meneruskan perjalanan menelusuri pantai Teluk Persia ke utara, hingga mencapai tempat kabilah-kabilah Arab yang tinggal di delta kedua sungai itu.
Dalam pembicaraan dengan mereka telah tercapai suatu persetujuan.
Abu Bakar menilai Musanna adalah orang yang dihormati dan dapat dipercaya, seperti dikatakan Qais bin Asim al-Minqari tentang orang ini: "Dia bukan tidak dikenal, asal usulnya diketahui, juga bukan orang yang hina. Dia inilah al-Musanna bin Harisah asy-Syaibani."
Abu Bakar pun mencoba memikirkan kembali tentang pengiriman pasukan Muslimin ke luar daerah Semenanjung supaya mereka tidak mengulangi perbuatan mereka dulu, memberontak kepada pemerintahan Madinah.
Abu Bakar pun mempertimbangkan untuk memerintahkan Musanna menyusup masuk ke jantung Irak dan membukakan pintu bagi kaum Muslimin. Kala itu, pintu-pintu Syam masih sulit dibuka. Sedangkan Irak pada saat itu di bawah Persia.
Heraklius sudah dapat mengalahkan Persia sebelum Rasulullah wafat, dan menghancurkan pasukannya di Nineveh dan di Destgerd terus ke pintu gerbang Mada'in, ibu kota pemerintahannya.
Begitu lemahnya kekuasaan Persia ketika itu sampai-sampai Yaman pun lepas dari genggamannya dan Bazan pun bergabung dengan Rasulullah.
Di samping itu mereka tak berdaya merebut kembali semua daerah itu, sejak kekuasaannya berangsur surut dari Bahrain dan dari semua daerah jajahannya yang terletak di Teluk Persia dan Teluk Aden.
Tak seorang pun dari raja-raja itu yang berpikir hendak merebut kembali kekuasaan itu. Betapa mereka akan berpikir ke arah itu sedangkan di dalam istana sendiri kekacauan sudah begitu parah.
Setiap calon raja berusaha hendak membunuh siapa saja yang menduduki singgasana kerajaan, lalu ia akan tampil menggantikan tempatnya. Sehingga pernah terjadi, selama empat tahun takhta itu harus mengorbankan sembilan pangeran yang saling bunuh memperebutkan kedudukan itu, kadang terang-terangan, kadang dengan pembunuhan gelap.
Tidak heran bahwa memang benar apa yang dikatakan orang kepada Abu Bakar tentang Musanna ini dan peranannya itu. Juga tidak heran jika kemudian Abu Bakar mengarahkan pikirannya ke Irak.
Kedatangan Musanna ke Madinah