Bahaya Ambisi terhadap Kehormatan melalui Jabatan

Jum'at, 16 Februari 2024 - 11:15 WIB
Ambisi terhadap kehormatan sangat membahayakan pelakunya. Ilustrasi: Ist
Berikut ini adalah hadis yang diriwayatan Imam Ahmad , Nasa’, Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Dari Ka’ab bin Malik Al-Anshari ra dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ


“Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan”.

Imam Tirmidzi berkata (tentang) hadis ini: “Hasan shahih”. Muhammad Shubhi Hasan Hallaq menyatakan: “Hadis ini telah dishahihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Albani dan selain mereka.





Hadis ini berisi permisalan yang sangat agung, yaitu Nabi SAW mencontohkan kerusakan pada dien seorang muslim dengan sebab ambisi terhadap harta dan kehormatan di dunia. Hadis ini mengisyaratkan bahwa orang yang berambisi terhadap harta dan kehormatan (dunia) tidak akan selamat dari keutuhan keislamannya, kecuali sedikit orang yang selamat.

Ambisi seseorang terhadap kehormatan lebih membinasakan daripada ambisi terhadap harta. Sesungguhnya mencari kehormatan dunia, ketinggian dan mengejar pangkat dan jabatan karena senang menjadi pemimpin orang banyak dan melakukan kesombongan di dunia. Hal itu lebih berbahaya bagi seseorang dibandingkan dengan bahaya yang ditimbulkan akibat ambisi seseorang untuk mengejar harta.

Bahkan mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan hartanya demi mencapai kekuasaan dan kepemimpinan atas manusia serta mendapatkan kehormatan di dunia.

Ambisi terhadap kehormatan antara lain melalui jabatan, Kekuasaan dan harta.



Hal ini berbahaya sekali karena biasanya akan menghalangi nikmat akhirat dan kemuliannya. Allah berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَيُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ


“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” [al-Qashash/28:83]

Dalam Shahih Bukhari no. 7148 dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ …


“Kalian akan berambisi atas kekuasaan dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat…”.

Ketahuilah, bahwa ambisi terhadap kehormatan sangat membahayakan pelakunya. Ia akan menghalalkan segala macam cara dalam usahanya mencapai tujuan. Selanjutnya, ketika telah mendapatkan kehormatan di dunia, dengan cara mempertahankan statusnya meskipun harus melakukan kezaliman, kesombongan dan kerusakan-kerusakan yang lain sebagaimana dilakukan oleh penguasa yang zalim.



Di antara bahaya ambisi terhadap kehormatan adalah, biasanya orang yang memiliki kehormatan karena harta atau kekuasaannya, ia akan suka dipuji dengan perbuatannya dan ia menginginkan pujian dari manusia, meskipun terkadang perbuatan itu lebih tepat disebut sebagai perbuatan tercela dari pada perbuatan terpuji.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Allah 'azza wajalla telah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.  Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'  Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya.

(HR. Muslim No. 1944)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More