Iman kepada Kitab-Kitab Allah Berdasar Prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Sabtu, 24 Februari 2024 - 15:43 WIB
Sesungguhnya Ahlus Sunnah wal Jamaah berjalan di atas prinsip-prinsip yang jelas dan kokoh baik dalam i’tiqad, amal maupun perilakunya. Seluruh prinsip-prinsip yang agung ini bersumber pada kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya dan apa-apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari kalangan sahabat, tabi’in dan pengikut mereka yang setia.
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat -Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya"
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada Kitab-kitab-Nya. Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, yakni membenarkan adanya kitab-kitab Allah beserta segala kandungannya baik yang berupa hidayah (petunjuk) dan cahaya serta mengimani bahwasanya yang menurunkan Kitab-kitab itu adalah Allah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia.
Selanjutnya bahwasanya yang paling agung di antara sekian banyak kitab-kitab itu adalah tiga kitab yaitu; Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan di antara kitab agung di atas yang teragung lagi adalah Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang agung.
Allah berfirman:
”Katakanlah (hai Muhammad): 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun sesama mereka saling bahu-membahu.” [ QS Al-Israa’/17 : 88].
Dan Ahlus Sunnah wal Jamaah mengimani bahwa Al Qur’an itu adalah kalam (firman) Allah, dan dia bukanlah makhluk, baik; huruf maupun maknanya.
Berbeda dengan pendapat golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk baik huruf maupun maknanya.
Berbeda pula dengan pendapat Asy’ariyah dan yang menyerupai mereka, yang mengatakan bahwa kalam (firman Allah) hanyalah maknanya saja, sedangkan huruf-hurufnya adalah makhluk.
Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah, kedua pendapat tersebut adalah batil, berdasarkan firman Allah:
“Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu maka lindungilah ia, sehingga ia sempat mendengar kalam Allah (Al- Qur’an)“. [ QS At Taubah/9 : 6].
“Mereka itu ingin mengubah kalam Allah“. [ QS Al Fath/48 : 15].
Dalam ayat-ayat di atas, tegas dinyatakan bahwa Al Qur’an sebagai Kalam Allah, bukan kalam yang selainnya.
"Prinsip-prinsip tersebut teringkas dalam butir-butir berikut," tulis Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzandalam bukunya yang diterjemahkan Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf berjudul "Prinsip-Prinsip Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah" (IslamHouse).
Prinsip pertama: Beriman kepada Allah, para malaikat -Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya"
Ini kali kita bahas tentang tentang beriman kepada Kitab-kitab-Nya. Menurut Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, yakni membenarkan adanya kitab-kitab Allah beserta segala kandungannya baik yang berupa hidayah (petunjuk) dan cahaya serta mengimani bahwasanya yang menurunkan Kitab-kitab itu adalah Allah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia.
Selanjutnya bahwasanya yang paling agung di antara sekian banyak kitab-kitab itu adalah tiga kitab yaitu; Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan di antara kitab agung di atas yang teragung lagi adalah Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang agung.
Allah berfirman:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرً
”Katakanlah (hai Muhammad): 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun sesama mereka saling bahu-membahu.” [ QS Al-Israa’/17 : 88].
Dan Ahlus Sunnah wal Jamaah mengimani bahwa Al Qur’an itu adalah kalam (firman) Allah, dan dia bukanlah makhluk, baik; huruf maupun maknanya.
Berbeda dengan pendapat golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk baik huruf maupun maknanya.
Berbeda pula dengan pendapat Asy’ariyah dan yang menyerupai mereka, yang mengatakan bahwa kalam (firman Allah) hanyalah maknanya saja, sedangkan huruf-hurufnya adalah makhluk.
Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah, kedua pendapat tersebut adalah batil, berdasarkan firman Allah:
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ
“Dan jika ada seorang dari kaum musyrikin meminta perlindungan kepadamu maka lindungilah ia, sehingga ia sempat mendengar kalam Allah (Al- Qur’an)“. [ QS At Taubah/9 : 6].
يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ
“Mereka itu ingin mengubah kalam Allah“. [ QS Al Fath/48 : 15].
Dalam ayat-ayat di atas, tegas dinyatakan bahwa Al Qur’an sebagai Kalam Allah, bukan kalam yang selainnya.
Baca Juga
(mhy)