7 Amalan Prioritas di Bulan Ramadan, Mulai Qiyamul Lail hingga Iktikaf
Kamis, 07 Maret 2024 - 05:15 WIB
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma telah menyifati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat juud (dermawan). Dan sifat dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan lebih meningkat dibanding bulan-bulan lainnya.
Tak sampai di situ, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menganalogikan sifat dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan angin yang berhembus (ar-Riih ar-Mursalah). Maknanya, bersegeranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kedermawanan melebihi kecepatan hembusan angin.
Faedah utama yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah motivasi untuk semangat berderma dan melakukan amal kebajikan di setiap waktu, dan lebih ditingkatkan lagi intensitasnya di bulan Ramadhan.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi petunjuk kepadanya,
“Jika datang bulan Ramadan, laksanakanlah Umrah, karena Umrah di bulan Ramadan bagaikan ibadah Haji.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadits sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, hadis nomor 1804, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.”(HR Bukhari No 1804)
Jabir bin Abdullah pernah menasihati, sebagaimana terdapat dalam Riwayat Ibnu Abi Syaibah, dalam kitabnya al-Mushannaf nomor 8880,
“Jika engkau puasa, maka puasakan pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dan dusta dan berbagai bentuk dosa. Jangan engkau sakiti pembantumu. Tetap bersikap tenang saat sedang puasa. Jangan engkau anggap sama hari-harimu ketika tidak berpuasa dengan hari-harimu ketika sedang puasa.”
Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahih-nya, hadits nomor 1145, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Rabb kita Tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?’”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, teladan kita, selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah ini.
Tak sampai di situ, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menganalogikan sifat dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan angin yang berhembus (ar-Riih ar-Mursalah). Maknanya, bersegeranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kedermawanan melebihi kecepatan hembusan angin.
Faedah utama yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah motivasi untuk semangat berderma dan melakukan amal kebajikan di setiap waktu, dan lebih ditingkatkan lagi intensitasnya di bulan Ramadhan.
4. Umrah
Dalam kitab Shahih al-Bukhari, hadis nomor 1690, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma pernah menyampaikan peristiwa wanita Anshar yang tidak ikut berangkat Haji lantaran Kendaraan yang dimiliki hanya cukup ditumpangi oleh suami dan anaknya.Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi petunjuk kepadanya,
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِي فِيهِ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika datang bulan Ramadan, laksanakanlah Umrah, karena Umrah di bulan Ramadan bagaikan ibadah Haji.”
5. Menjauhi Ghibah, Namimah, dan Dusta
Puasa bukan hanya ibadah yang sekedar menahan untuk tidak makan dan tidak minum. Namun, puasa juga ibadah yang menahan diri dari seluruh bentuk perkataan dan perbuatan yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadits sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, hadis nomor 1804, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.”(HR Bukhari No 1804)
Jabir bin Abdullah pernah menasihati, sebagaimana terdapat dalam Riwayat Ibnu Abi Syaibah, dalam kitabnya al-Mushannaf nomor 8880,
إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَآثِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَيَوْمَ صِيَامِكَ سَوَاءً
“Jika engkau puasa, maka puasakan pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dan dusta dan berbagai bentuk dosa. Jangan engkau sakiti pembantumu. Tetap bersikap tenang saat sedang puasa. Jangan engkau anggap sama hari-harimu ketika tidak berpuasa dengan hari-harimu ketika sedang puasa.”
6. Berdoa
Salah satu cara kita memanfaatkan kemuliaan bulan Ramadan adalah dengan memperbanyak doa dan tobat. Keutamaan berdoa di akhir malam lebih besar dari paruh waktu lainnya. Di bulan Ramadan, berdoa di waktu sepuluh hari terakhir juga memiliki keutamaan tersendiri. Karena pada waktu itu terdapat lailatul qadar, malam yang keutamaannya setara dengan seribu bulan.Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahih-nya, hadits nomor 1145, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita Tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?’”
7. I’tikaf
I’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan amalan di bulan Ramadan yang keutamaannya sangat besar.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, teladan kita, selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah ini.