Dalil-dalil Tentang Ramadan Bulan Penghapusan Dosa
Rabu, 20 Maret 2024 - 10:43 WIB
Bulan Ramadan dikenal sebagai bulan ampunan dan bulan penghapusan dosa. Mengapa disebut demikian? Karena bulan Ramadan merupakan bulan di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni hamba-hambaNya.
Di antara dalil–dalil yang menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan dan penghapusan dosa yaitu hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
“Salat lima waktu, mengerjakan salat jumat kepada salat jumat yang lain, berpuasa Ramadan adalah penghapus-penghapus dosa di antaranya jika dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
Hadis ini menurut Ustadz Ahmad Zainuddin Lc memberikan pelajaran bahwasannya berpuasa pada bulan Ramadan menghapuskan dosa. Begitu juga dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan karena berharap pahala, niscaya diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini juga hadis memberikan pelajaran kepada kita bahwa salah satu keistimewaan Ramadan , hal yang sangat dicari di dalam Ramadan adalah terhapusnya dosa bagi siapa yang masuk ke dalam bulan Ramadan dan berpuasa, beribadah beribadah Ramadan.
Kemudian juga hadis-hadis yang lain yang menunjukkan bahwa Ramadan adalah penghapus dosa. Di antaranya hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, juga dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa:
“Barangsiapa yang bangun malam salat Tarawih di dalam bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini juga hadis menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan ampunan pada bulan tersebut.
Kemudian kalau kita perhatikan lagi hadis yang lain, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda tentang hadis beribadah pada Lailatul Qadar. Yaitu hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
“Barangsiapa yang bangun malam pada Lailatul Qadar karena iman dan karena berharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Hadis ini juga menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan. Salah satu yang dicari di dalam bulan Ramadan yaitu ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam menaiki mimbar.”
“Lalu beliau mengucapkan sebanyak tiga kali: Aamiin.”
Dan arti aamiin adalah “Ya Allah, kabulkanlah.” Ini berarti beliau seakan-akan mengatakan: “Ya Allah kabulkan, Ya Allah kabulkanlah, Ya Allah kabulkanlah.” Beliau ketika naik ke atas mimbar mengucapkan itu tiga kali.
Lalu beliau ditanya:
“Wahai Rasulallah, engkau belum pernah melakukan ini sebelumnya. Ada apa?”
Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda.
Yang pertama:
“Jibril ‘Alaihis Salam berkata kepadaku: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang ia masuk kedalam bulan Ramadan lalu tidak diampuni dosanya.’ Kata Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Aku pun mengucapkan: Aamiin (Ya Allah, kabulkanlah).'”
Tentu aneh, bulan ampunan tapi tidak diampuni. Dari hadis ini kita tahu bahwa ada orang-orang yang tidak diampuni dalam Ramadhan. Maka ini hati-hati.
Lalu yang kedua:
“Jibril ‘Alaihis Salam berdoa: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang disebutkan nama engkau di hadapannya lalu ia tidak berselawat atasmu.’ Maka aku pun mengucapkan: ‘Ya Allah, kabulkanlah'”
Ini adalah orang yang semestinya disebutkan Nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di hadapannya dia berselawat. Dan selawat amalannya mudah. Menggerakkan lisan, tidak sulit, tetapi dia tidak mau berselawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka saya nasihatkan kepada para pemirsa, jika anda mendengar televisi dan di dalamnya ada orang yang mengucapkan nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berselawatlah. Karena amalannya muda. Tapi ada orang yang aturan amalannya mudah tapi dia tetap tidak mau beramal. Ini sangat merugi.
Yang ketiga:
“Jibril ‘Alaihis Salam berdoa: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang mendapai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya lalu ia tidak masuk surga.’ Maka aku pun mengucapkan: ‘Ya Allah, kabulkanlah'”
Ada orang yang mempunyai kesempatan masuk surga, yaitu mengurus kedua orang tua, ternyata dia tidak mengurus, akhirnya tidak memasukkannya ke dalam surga. padahal dia mendapati orang tuanya atau salah satu dari keduanya untuk dia berbakti kepadanya, tetapi dia tidak mau berbakti, akhirnya dia tidak masuk ke dalam surga.
Inilah yang menjadi dasar tema kita, “Tidak diampuni di dalam Ramadan.”
Di sana ada hadis lain riwayat Imam Tirmidzi dan hadisnya dishahihkan Imam Al-Albani Rahimahullah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sungguh sangat merugikan seseorang yang disebutkan namaku di hadapannya tetapi dia tidak bershalawat atasku. Dan sungguh sangat rugi seseorang yang ia masuk dalam bulan Ramadhan kemudian berlalu Ramadhan sebelum diampuni dosanya. Sungguh sangat rugi seseorang mendapati di sisinya (orang tua tersebut tinggal bersamanya) kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dalam keadaan tua tetapi tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi)
Sangat rugi sekali. Dan itu berarti ada, bukan angan-angan, bukan hanya asumsi, bukan hanya hayalan, tidak. Ada seorang muslim yang masuk dalam bulan Ramadan lalu Ramadan berlalu tapi tidak diampuni dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini sangat menyedihkan tentunya.
Maksud lafaz “dalam keadaan tua” adalah karena mengurus orang tua yang sudah lanjut usia tidak sama dengan mengurus orang tua yang masih muda. Perlu perjuangan, perlu pengorbanan harta, waktu dan perasaan.
Wallahu A'lam
Di antara dalil–dalil yang menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan dan penghapusan dosa yaitu hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ، مُكَفِّرَاتُ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Salat lima waktu, mengerjakan salat jumat kepada salat jumat yang lain, berpuasa Ramadan adalah penghapus-penghapus dosa di antaranya jika dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
Hadis ini menurut Ustadz Ahmad Zainuddin Lc memberikan pelajaran bahwasannya berpuasa pada bulan Ramadan menghapuskan dosa. Begitu juga dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan karena berharap pahala, niscaya diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini juga hadis memberikan pelajaran kepada kita bahwa salah satu keistimewaan Ramadan , hal yang sangat dicari di dalam Ramadan adalah terhapusnya dosa bagi siapa yang masuk ke dalam bulan Ramadan dan berpuasa, beribadah beribadah Ramadan.
Kemudian juga hadis-hadis yang lain yang menunjukkan bahwa Ramadan adalah penghapus dosa. Di antaranya hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, juga dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang bangun malam salat Tarawih di dalam bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini juga hadis menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan ampunan pada bulan tersebut.
Kemudian kalau kita perhatikan lagi hadis yang lain, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda tentang hadis beribadah pada Lailatul Qadar. Yaitu hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang bangun malam pada Lailatul Qadar karena iman dan karena berharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Hadis ini juga menunjukkan bahwasannya Ramadan adalah bulan ampunan. Salah satu yang dicari di dalam bulan Ramadan yaitu ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang Tidak Diampuni di Bulan Ramadan
Ustaz Ahmad Zainuddin Lc juga mengatakan, hadis riwayat Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ahmad, Imam Baihaqi, Imam Bukhari dalam kitabnya 'Al-Adabul Mufrad' dan hadisnya dishahihkan oleh Imam Al-Albani Rahimahullah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu beliau bercerita:أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقِيَ الْمِنْبَرَ
“Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam menaiki mimbar.”
فَقَالَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ
“Lalu beliau mengucapkan sebanyak tiga kali: Aamiin.”
Dan arti aamiin adalah “Ya Allah, kabulkanlah.” Ini berarti beliau seakan-akan mengatakan: “Ya Allah kabulkan, Ya Allah kabulkanlah, Ya Allah kabulkanlah.” Beliau ketika naik ke atas mimbar mengucapkan itu tiga kali.
Lalu beliau ditanya:
“Wahai Rasulallah, engkau belum pernah melakukan ini sebelumnya. Ada apa?”
Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda.
Yang pertama:
قَالَ لِي جِبْرِيلُ : رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ : آمِينَ
“Jibril ‘Alaihis Salam berkata kepadaku: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang ia masuk kedalam bulan Ramadan lalu tidak diampuni dosanya.’ Kata Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Aku pun mengucapkan: Aamiin (Ya Allah, kabulkanlah).'”
Tentu aneh, bulan ampunan tapi tidak diampuni. Dari hadis ini kita tahu bahwa ada orang-orang yang tidak diampuni dalam Ramadhan. Maka ini hati-hati.
Lalu yang kedua:
ثُمَّ قَالَ : رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ : آمِينَ
“Jibril ‘Alaihis Salam berdoa: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang disebutkan nama engkau di hadapannya lalu ia tidak berselawat atasmu.’ Maka aku pun mengucapkan: ‘Ya Allah, kabulkanlah'”
Ini adalah orang yang semestinya disebutkan Nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di hadapannya dia berselawat. Dan selawat amalannya mudah. Menggerakkan lisan, tidak sulit, tetapi dia tidak mau berselawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka saya nasihatkan kepada para pemirsa, jika anda mendengar televisi dan di dalamnya ada orang yang mengucapkan nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berselawatlah. Karena amalannya muda. Tapi ada orang yang aturan amalannya mudah tapi dia tetap tidak mau beramal. Ini sangat merugi.
Yang ketiga:
ثُمَّ قَالَ : رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، فَقُلْتُ : آمِينَ
“Jibril ‘Alaihis Salam berdoa: ‘Sungguh sangat merugi seseorang yang mendapai kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya lalu ia tidak masuk surga.’ Maka aku pun mengucapkan: ‘Ya Allah, kabulkanlah'”
Ada orang yang mempunyai kesempatan masuk surga, yaitu mengurus kedua orang tua, ternyata dia tidak mengurus, akhirnya tidak memasukkannya ke dalam surga. padahal dia mendapati orang tuanya atau salah satu dari keduanya untuk dia berbakti kepadanya, tetapi dia tidak mau berbakti, akhirnya dia tidak masuk ke dalam surga.
Inilah yang menjadi dasar tema kita, “Tidak diampuni di dalam Ramadan.”
Di sana ada hadis lain riwayat Imam Tirmidzi dan hadisnya dishahihkan Imam Al-Albani Rahimahullah. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
“Sungguh sangat merugikan seseorang yang disebutkan namaku di hadapannya tetapi dia tidak bershalawat atasku. Dan sungguh sangat rugi seseorang yang ia masuk dalam bulan Ramadhan kemudian berlalu Ramadhan sebelum diampuni dosanya. Sungguh sangat rugi seseorang mendapati di sisinya (orang tua tersebut tinggal bersamanya) kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dalam keadaan tua tetapi tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi)
Sangat rugi sekali. Dan itu berarti ada, bukan angan-angan, bukan hanya asumsi, bukan hanya hayalan, tidak. Ada seorang muslim yang masuk dalam bulan Ramadan lalu Ramadan berlalu tapi tidak diampuni dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini sangat menyedihkan tentunya.
Maksud lafaz “dalam keadaan tua” adalah karena mengurus orang tua yang sudah lanjut usia tidak sama dengan mengurus orang tua yang masih muda. Perlu perjuangan, perlu pengorbanan harta, waktu dan perasaan.
Wallahu A'lam
(wid)