Diam Adalah Puncak Maqom Pengetahuan

Sabtu, 15 Agustus 2020 - 20:10 WIB
"Inilah akhir perjumpaan antara diriku dan dirimu.."

Akhirnya, Khidir menyingkapkan semua hikmah dari setiap peristiwa mulai perahu milik nelayan miskin yang dirusak, ternyata hikmahnya adalah penyelamatan dari perampasan raja zhalim yang merampas semua perahu yang masih bagus kondisinya.

Pembunuhan seorang anak itu juga dalam rangka penyelamatan terhadap orang tuanya yang shaleh yang kelak akan menjadi petaka bagi keduanya. Semua merupakan rahasia dalam ilmu Allah yang hanya diketahui Khaidir.

Pembenahan dan penegakkan dinding yang roboh juga dalam rangka isyarat harta warisan yang terpendam di bawah tanahnya yang ditingggalkan oleh seorang yang shaleh yang telah wafat terhadap anak-anaknya.

Nabi Musa yang tidak memahami kedalaman ilmu Khaidir cenderung tidak bisa diam untuk tidak bertanya atau sekedar berkomentar. Kisah ini bukan sekedar kisah pengajaran di dalam Al-Qur'an untuk kisah masa lalu, tapi merupakan itibar untuk umat hari ini.

Betapa banyak kita akan temui orang-orang yang senang berkomentar dan selalu senang mengomentari setiap peristiwa apa pun yang dilihat dan di dengarnya. Seakan komentar itu menunjukkan betapa banyaknya pengetahuannya. Padahal, belum tentu demikian adanya.

Padahal dalam perjalanan maqom keilmuannya selanjutnya, manakala ada orang yang memilih untuk lebih banyak diam, lebih banyak merenung, mengamati dan memperhatikan hikmah dibalik setiap peristiwa dan kejadian yang terjadi di sanalah sesungguhnya puncak ilmu akan diketahui.

Salah seorang wali Abdal ditanya, "dengan cara apa Anda memperoleh maqam ini?" Dijawabnya dengan cara banyak diam dari berkomentar dan berkata-kata yang tidak berfaidah."

Ketika seseorang telah menyadari kelemahan dirinya, maka dia akan terdiam. Manakala seseorang telah terpukau pada keindahan dan keelokan Tuhannya, maka membuatnya akan terdiam. Diam adalah puncak dari pemahaman. ( )

Wallahu A'lam
(rhs)
Halaman :
Follow
cover top ayah
اَفَاَمِنَ اَهۡلُ الۡـقُرٰٓى اَنۡ يَّاۡتِيَهُمۡ بَاۡسُنَا بَيَاتًا وَّهُمۡ نَآٮِٕمُوۡنَؕ‏ (٩٧) اَوَاَمِنَ اَهۡلُ الۡقُرٰٓى اَنۡ يَّاۡتِيَهُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًى وَّهُمۡ يَلۡعَبُوۡنَ (٩٨) اَفَاَمِنُوۡا مَكۡرَ اللّٰهِ‌ ۚ فَلَا يَاۡمَنُ مَكۡرَ اللّٰهِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ (٩٩)
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah yang tidak terduga-duga? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.

(QS. Al-A'raf Ayat 97-99)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More