Kemuliaan dan Rahasia Ibadah Haji Menurut Syaikh At-Tuwaijri
Jum'at, 17 Mei 2024 - 16:55 WIB
Haji merupakan ekspresi pelaksanaan persaudaraan Islam dan persatuan umat Islam. Di mana sirna dalam ibadah haji segala perbedaan jenis, warna, bahasa, tanah air dan tingkatan, dan nampak hakikat penghambaan dan persaudaraan. Semua dengan satu pakaian, menghadap kepada satu kiblat dan menyembah satu Ilah (Tuhan).
Dalam buku "Ringkasan Fiqih Islam" karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijridisebutkan haji merupakan madrasah , padanya seorang muslim membiasakan diri untuk sabar, ingat hari kiamat dan huru haranya, merasakan kelezatan menyembah Allah SWT, mengenal keagungan Rabb-nya, dan fakirnya semua makhluk kepada-Nya.
Haji adalah musim besar untuk memperoleh pahala, dilipatgandakan kebaikan dan ditebus segala kesalahan padanya. Padanya hamba bersimpuh di hadapan Rabb-nya dengan berikrar mentauhidkan-Nya, mengakui dosanya dan lemahnya ia dalam melaksanakan hak Rabb-nya. Sehingga ia pulang dari haji dalam keadaan bersih dari dosa, seperti hari ia dilahirkan ibunya.
Ibadah haji mengingatkan keadaan para nabi dan rasul ‘alaihimusshalatu wassalaam dan ibadah, dakwah dan jihad serta akhlak mereka, dan menanamkan jiwa berpisah keluarga dan anak.
Haji adalah timbangan, yang dengannya kaum muslimin mengenal keadaan dan kondisi mereka dalam hal ilmu pengetahuan dan kebodohan, kaya dan fakir, istiqamah atau penyimpangan.
Keutamaan Haji dan Umrah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata:
‘Rasulullah SAW ditanya, Amalan apakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.’ Beliau ditanya lagi, ‘Kemudian apa? Beliau menjawab, ‘Jihad fi sabilillah.’ Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya lagi,’Kemudian apa? Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur.’ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari no. 1519, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 83].
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
‘Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa yang berhaji karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu ia tidak berkata keji dan tidak melakukan tindakan fasik, niscaya ia kembali seperti hari ibunya melahirkannya.’ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari, ini adalah lafazhnya, dan Muslim]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Satu umrah kepada umrah yang lain sebagai kafarat (penebus dosa) yang ada di antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya selain surga.‘ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari dan Muslim]
Barang siapa yang meninggal dunia orang yang mendapat kewajiban haji, sedangkan ia belum melaksanakan haji, wajib dikeluarkan dari harta peninggalannya untuk menghajikannya (badal haji).
Dalam buku "Ringkasan Fiqih Islam" karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijridisebutkan haji merupakan madrasah , padanya seorang muslim membiasakan diri untuk sabar, ingat hari kiamat dan huru haranya, merasakan kelezatan menyembah Allah SWT, mengenal keagungan Rabb-nya, dan fakirnya semua makhluk kepada-Nya.
Haji adalah musim besar untuk memperoleh pahala, dilipatgandakan kebaikan dan ditebus segala kesalahan padanya. Padanya hamba bersimpuh di hadapan Rabb-nya dengan berikrar mentauhidkan-Nya, mengakui dosanya dan lemahnya ia dalam melaksanakan hak Rabb-nya. Sehingga ia pulang dari haji dalam keadaan bersih dari dosa, seperti hari ia dilahirkan ibunya.
Ibadah haji mengingatkan keadaan para nabi dan rasul ‘alaihimusshalatu wassalaam dan ibadah, dakwah dan jihad serta akhlak mereka, dan menanamkan jiwa berpisah keluarga dan anak.
Haji adalah timbangan, yang dengannya kaum muslimin mengenal keadaan dan kondisi mereka dalam hal ilmu pengetahuan dan kebodohan, kaya dan fakir, istiqamah atau penyimpangan.
Keutamaan Haji dan Umrah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سُئل رسول الله- صلى الله عليه وسلم- أي الأعمال أفضل؟ قال:«إيمَانٌ بِالله وَرَسُولِهِ»قيل: ثم ماذا؟ قال:«جِهَادٌ فِي سَبِيلِ الله»قيل: ثم ماذا؟ قال:«حَجٌّ مَبْرُورٌ». متفق عليه
‘Rasulullah SAW ditanya, Amalan apakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.’ Beliau ditanya lagi, ‘Kemudian apa? Beliau menjawab, ‘Jihad fi sabilillah.’ Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya lagi,’Kemudian apa? Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur.’ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari no. 1519, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 83].
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت النبي- صلى الله عليه وسلم- يقول:«مَنْ حَجَّ للهِ، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَومِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ». متفق عليه.
‘Saya mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa yang berhaji karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu ia tidak berkata keji dan tidak melakukan tindakan fasik, niscaya ia kembali seperti hari ibunya melahirkannya.’ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari, ini adalah lafazhnya, dan Muslim]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال:«العُمْرَةُ إلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إلَّا الجَنَّةُ». متفق عليه.
‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Satu umrah kepada umrah yang lain sebagai kafarat (penebus dosa) yang ada di antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya selain surga.‘ Muttafaqun ‘alaih.[HR. al-Bukhari dan Muslim]
Barang siapa yang meninggal dunia orang yang mendapat kewajiban haji, sedangkan ia belum melaksanakan haji, wajib dikeluarkan dari harta peninggalannya untuk menghajikannya (badal haji).
(mhy)