Suasana Jemaah Haji Melontar Jumrah Aqabah, Prosesi Melempari Setan di Jamarat

Senin, 17 Juni 2024 - 15:07 WIB
Suasana jemaah haji melontar jumrah di Jamarat yang menjadi lokasi melontar jumrah. Foto/SINDOnews/Andryanto Wisnuwidodo
MAKKAH - Jemaah haji Indonesia melontar jumrah di Jamarat yang menjadi lokasi melontar jumrah, setelah mabit di Muzdalifah, Sabtu 15 Juni 2024. Dalam kondisi tidak tidur setelah melaksanakan tugas mengawal jemaah haji yang mabit di Muzdalifah, saya dan beberapa teman Media Center Haji (MCH) Bandara memutuskan melontar jumrah Aqabah di waktu duha sekitar pukul 11.00.

Waktu ini sebenarnya tidak disarankan karena akan berbarengan dengan jemaah dari Afrika dan Turki yang berbadan besar. Sehingga jemaah Indonesia bisa tergencet jika tidak hati-hati.

Sejak Sabtu pagi, jemaah berjubel dari segala penjuru, namun masih terkendali. Dari maktab Misi Haji di Mina yang berjarak sekitar 7 kilometer, berbondong-bondong jemaah haji hendak melontar.

Suhu Mina siang itu cukup panas menyengat. Jemaah berpayung untuk menghindari panas berjalan menuju jamarat.

Suasana ramai di depan tiang yang diperumpamakan sebagai "setan". Para jemaah memekikkan "Bismillahi Allahu Akbar" dan melemparkan kerikil seukuran seruas jari kelingking ke tembok setan.

Saya pun juga semangat dengan diawali niat melempar jumrah. Usai melempar jumrah aqabah, jemaah bertahalul. Maka tidak heran terjadi antrean di barbershop sekitar jamarat.

Tempat itu khusus untuk laki-laki menggunduli rambutnya. Tidak ada contoh model rambut ala tampilan zoom meeting yang dipajang di barbershop seperti di tempat cukur Indonesia.

Ada ratusan tukang cukur yang bekerja di Jamarat. Tarifnya antara 20 riyal hingga 30 riyal. Prosedurnya tidak ribet. Ambil antrean, bayar di depan, bawa kertas antrean ke lantai atas yang ber-AC sayup-sayup, duduk dan cukur. Semua selesai dalam 5 menit.

Mencukur rambut atau bertahalul hukumnya wajib bagi jemaah haji yang telah selesai melontar jumrah aqabah. Apakah wajib botak? Sebenarnya tidak juga. Tapi jemaah haji laki-laki rata-rata memilih membabat habis rambut mereka sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Begini ceritanya. Sejarah tahalul ternama yaitu kisah saat Rasulullah SAW menunaikan haji wada’ (perpisahan). Karena rambut beliau masih tersimpan hingga sekarang di berbagai negeri. Salah satunya di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, sebuah keluarga keturunan suku Khasraj dari Anshar Madinah al Munawwarah menyimpan koleksi rambut Rasulullah SAW.

Rambut Nabi SAW lainnya tersimpan di Masjid Rambut Nabi yang juga dikenal sebagai Jame Mu Mobarak sebuah masjid di dekat Kabul Bazaar, di kota Kandahar, Afghanistan. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 oleh Kohendil Khan.

Sebuah kanal melintasi halaman masjid yang teduh dilengkapi dengan rumah peristirahatan musafir. Rambut Nabi SAW disimpan di kapel samping masjid dalam sarung emas di dalam peti.

Di Indonesia penyanyi Aunur Rofiq Lil Firdaus (Opick) mengaku mendapat sehelai rambut Rasulullah SAW dari pemerintah Turki dan Dewan Ulama Thariqah Internasional yang memercayainya untuk menyimpan. Opick menyimpan rambut itu di di Rumah Umat Tombo Ati, Pulo Gebang, Jakarta Timur.

Menurut riwayat, Nabi SAW memiliki dua ‘tukang cukur’ yaitu Kharish bin Umayah dan Muammar bin Abdullah. Kharish mencukur rambut Nabi SAW saat di Hudaibiyah (10,4 kilometer dari Mekah). Sedangkan Muammar mencukur Nabi SAW saat Haji Wada’ (Perpisahan). Karena tiga bulan setelah haji ini Nabi SAW wafat.

Haji Wada dimulai pada Sabtu, 25 Dzulqa'dah 10 Hijriah atau 22 Februari 632 Masehi. Pada hari itu, Nabi Muhammad SAW bertolak dari Madinah bersama 140.000 umat Islam, termasuk istri-istrinya. Berangkat selepas zuhur tiba di lembah Dzul Hulaifah -sekarang Bir Ali-, 7 kilometer selepas Masjid Nabawi, sebelum Ashar. Nabi SAW bermalam dan meneruskan perjalanan selepas zuhur esok harinya.
(maf)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam. Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam penuh.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 468)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More