Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi Menghancurkan Benteng Eropa di Dekat Rumah Nabi Ya'qub
Minggu, 07 Juli 2024 - 11:42 WIB
Peristiwa Shalahuddin Al-Ayyubi menghancurkan benteng yang dibangun Eropa di dekat rumah Nabi Ya'qub dikisahkan Ibnu al-Atsir dalam bukunya berjudul "Al-Mukhtar Min al-Kamil fi al-Tarikh; Qishshah Shalahuddin al-Ayyubi" yang diterjemahkan Abu Haytsam menjadi "Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pembebas Tanah Para Nabi".
Dikisahnya, kala itu Bangsa Eropa telah membangun sebuah benteng kokoh di Banyas, Negeri Syam, dekat rumah Nabi Yakqub as, di daerah yang bernama Makhadlat al-Ahzan.
Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi mendengar hal itu, ia segera bergerak dari Damaskus menuju Banyas. Ia lalu bermukim di sana dan menebarkan serangan ke negeri-negeri yang diduduki Eropa. Ia lalu bergerak ke arah benteng dan melakukan pengepungan sebagai pemberitahuan atas kedatangannya.
Kemudian ia kembali lagi ke benteng itu ketika bala tentaranya sudah berkumpul semua. Ketika sampai ke benteng itu, Shalahuddin menyerang semua orang Eropa yang ada di dalam benteng, lalu ia pun pulang.
Ketika memasuki tahun 575 H Shalahuddin tidak meninggalkan Banyas, bahkan ia bermukim di sana. Dengan kudanya ia menyerang negeri musuh. Ia mengirim sekelompok pasukannya bersama Gali al-Mirah. Mereka tidak menyadari bahwa bala tentara Eropa bersama rajanya telah menghadang mereka.
Mereka lalu mengirimkan surat kepada Shalahuddin untuk memberitahukan situasi. Ia pun segera bergerak bersama pasukannya dengan segala kemegahan untuk menyusul mereka, yang saat itu sedang berada di tengah pertempuran.
Shalahuddin lalu menggempur bala tentara Eropa dengan sengit. Akan tetapi bala tentara Eropa memberikan perlawanan hebat. Kemudian Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya dengan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin. Orang-orang Musyrik pun berhasil dikalahkan. Banyak korban tewas dan menjadi tawanan dari pihak mereka. Sementara itu raja mereka selamat seorang diri.
Di antara tawanan tersebut terdapat seorang putra Bierzan -penguasa Ramalah dan Nablus. Ia adalah seseorang yang memiliki kedudukan terhormat setelah Raja Eropa. Tentara Muslim juga menawan saudaranya - penguasa Jibyal- penguasa Thabariyah, panglima al-Dawiyah, panglima al-Aspatariyah, penguasa Jenin dan para ksatria dan penguasa mereka yang lain.
Adapun putra Bierzan menebus dirinya dengan uang sejumlah 150.000 Dinar Suriyah, dan pembebasan 1.000 orang tawanan tentara Muslimin.
Pada hari itu, orang yang paling banyak berjasa adalah Izzuddin Farakhsyah, keponakan Shalahuddin. Ia mengisahkan kejadian tersebut seraya mengatakan:
“Pada saat itu saya menyebutkan dua bait puisi yang ditulis oleh al-Mutanabbi, yaitu:
‘Apabila negeri-negeri bisa dibagi Niscaya itu pertama kali untuk mereka yang didatangi kematian tiba-tiba
Barangsiapa memandang rendah dunia atas jiwanya sejenak
Sebutir telur dalam jiwa pemberani adalah besi’.
Tatkala itu, kematian tampak ringan di mata saya. Saya pun terjun langsung ke tengah-tengah medan peperangan”.
Tindakan beraninya itulah yang menjadi penentu kemenangan pasukan Shalahuddin.
Kemudian Shalahuddin pulang kembali ke Banyas dari medan perang untuk mempersiapkan dirinya memasuki benteng pertahanan kota itu. Ia berniat melakukan blokade atasnya, dan mulai bergerak pada bulan Rabi`ul Awwal untuk mengepung benteng tersebut. Ambisinya menjadi kuat untuk mengalahkan benteng tersebut, sehingga ia menyebar pasukannya ke negeri Eropa itu untuk melakukan ekspansi.
Dikisahnya, kala itu Bangsa Eropa telah membangun sebuah benteng kokoh di Banyas, Negeri Syam, dekat rumah Nabi Yakqub as, di daerah yang bernama Makhadlat al-Ahzan.
Ketika Shalahuddin Al-Ayyubi mendengar hal itu, ia segera bergerak dari Damaskus menuju Banyas. Ia lalu bermukim di sana dan menebarkan serangan ke negeri-negeri yang diduduki Eropa. Ia lalu bergerak ke arah benteng dan melakukan pengepungan sebagai pemberitahuan atas kedatangannya.
Kemudian ia kembali lagi ke benteng itu ketika bala tentaranya sudah berkumpul semua. Ketika sampai ke benteng itu, Shalahuddin menyerang semua orang Eropa yang ada di dalam benteng, lalu ia pun pulang.
Ketika memasuki tahun 575 H Shalahuddin tidak meninggalkan Banyas, bahkan ia bermukim di sana. Dengan kudanya ia menyerang negeri musuh. Ia mengirim sekelompok pasukannya bersama Gali al-Mirah. Mereka tidak menyadari bahwa bala tentara Eropa bersama rajanya telah menghadang mereka.
Mereka lalu mengirimkan surat kepada Shalahuddin untuk memberitahukan situasi. Ia pun segera bergerak bersama pasukannya dengan segala kemegahan untuk menyusul mereka, yang saat itu sedang berada di tengah pertempuran.
Shalahuddin lalu menggempur bala tentara Eropa dengan sengit. Akan tetapi bala tentara Eropa memberikan perlawanan hebat. Kemudian Allah SWT menurunkan pertolongan-Nya dengan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin. Orang-orang Musyrik pun berhasil dikalahkan. Banyak korban tewas dan menjadi tawanan dari pihak mereka. Sementara itu raja mereka selamat seorang diri.
Di antara tawanan tersebut terdapat seorang putra Bierzan -penguasa Ramalah dan Nablus. Ia adalah seseorang yang memiliki kedudukan terhormat setelah Raja Eropa. Tentara Muslim juga menawan saudaranya - penguasa Jibyal- penguasa Thabariyah, panglima al-Dawiyah, panglima al-Aspatariyah, penguasa Jenin dan para ksatria dan penguasa mereka yang lain.
Adapun putra Bierzan menebus dirinya dengan uang sejumlah 150.000 Dinar Suriyah, dan pembebasan 1.000 orang tawanan tentara Muslimin.
Pada hari itu, orang yang paling banyak berjasa adalah Izzuddin Farakhsyah, keponakan Shalahuddin. Ia mengisahkan kejadian tersebut seraya mengatakan:
“Pada saat itu saya menyebutkan dua bait puisi yang ditulis oleh al-Mutanabbi, yaitu:
‘Apabila negeri-negeri bisa dibagi Niscaya itu pertama kali untuk mereka yang didatangi kematian tiba-tiba
Barangsiapa memandang rendah dunia atas jiwanya sejenak
Sebutir telur dalam jiwa pemberani adalah besi’.
Tatkala itu, kematian tampak ringan di mata saya. Saya pun terjun langsung ke tengah-tengah medan peperangan”.
Tindakan beraninya itulah yang menjadi penentu kemenangan pasukan Shalahuddin.
Kemudian Shalahuddin pulang kembali ke Banyas dari medan perang untuk mempersiapkan dirinya memasuki benteng pertahanan kota itu. Ia berniat melakukan blokade atasnya, dan mulai bergerak pada bulan Rabi`ul Awwal untuk mengepung benteng tersebut. Ambisinya menjadi kuat untuk mengalahkan benteng tersebut, sehingga ia menyebar pasukannya ke negeri Eropa itu untuk melakukan ekspansi.