Grand Syaikh Al Azhar Ahmed Al Tayyed Silaturami ke Kantor PP Muhammadiyah

Jum'at, 12 Juli 2024 - 17:49 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menerima Grand Syaikh al Azhar Ahmed al Tayyed. Foto: PP Muhammadiyah
JAKARTA - Grand Syaikh Al Azhar , Ahmed Al Tayyed bersilaturahmi ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah , ke Menteng, Jakarta Pusat, Kamis. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir beserta jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyambut langsung tamu penting tersebut. Dalam pertemuan dibahas sejumlah topik mulai dari isu-isu keagamaan, pendidikan, hingga kemanusiaan.

Saat tiba di Gedung Dakwah, Grand Syekh Al Azhar itu diberikan cenderamata berupa Kalender Hijriah Global Tunggal 1446 Hijriah.

Haedar mengatakan hubungan antara Muhammadiyah dengan Al Azhar memiliki sejarah panjang. Para tokoh-tokoh Muhammadiyah belajar dan mengembangkan serta mengimplementasikan pikiran-pikiran yang diperoleh saat studi di Al Azhar, di Indonesia.

Kiai Dahlan juga memperoleh inspirasi dari Muhammad Abduh yang itu tidak lain adalah Syekh Al-Azhar. Yang kedua juga banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah Kiai Mas Mansur yang terbilang empat serangkai, tokoh nasional yang juga Ketua PP Muhammadiyah juga lulusan Al Azhar,” kata Haedar.



Haedar ingin pertemuan dengan Grand Syekh Al Azhar bersifat intim dan tidak terlalu formal.

“Biarpun kami punya hotel di Yogja, punya hotel di Malang, dan seterusnya, kami menerima (Grand Syekh) di gedung ini untuk (menunjukkan) juga bahwa hubungan antara kami dengan Al Azhar itu juga hubungan yang kekeluargaan dan tidak terlalu formalistik,” jelas Haedar.

Moderasi

Sementara itu, Grand Syekh Al-Azhar menekankan pentingnya prinsip wasathiyah atau moderasi dalam beragama, yang berakar pada ajaran agama masing-masing.

“Bagi Islam, prinsip beragam itu merujuk pada Al Quran dan Al Sunah, dan tidak boleh ingkar sunah. Banyak hal substansial dari Al Quran yang memerlukan penjelasan dari Al Sunah,” kata Haedar, mengutip Grand Syekh.

Haedar megatakan bahwa Grand Syekh juga menyoroti pentingnya ilmu dirasah islamiyah yang sangat mendalam dan kompleks. Ia menyebutkan bahwa umat Islam memiliki perangkat ilmu yang sangat kokoh dan teruji dalam sejarah, termasuk ilmu hadis.

“Untuk mencapai kebenaran satu hadis saja, penelitian sanad dan periwayatannya sangat detail. Tidak ada sub ilmu yang begitu kompleks selain ilmu hadis,” tambahnya. Grand Syekh mendorong umat Islam untuk mencintai ilmu dan nilai-nilai orientasi kemajuan.



Kerja sama

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pula tentang peningkatan kerja sama antara Muhammadiyah dan Al-Azhar. Kerja sama ini tidak hanya mencakup moderasi, tetapi juga membawa kemajuan umat. Perbedaan paham dan mazhab tidak menjadi kendala untuk bersatu dan maju bersama.

Haedar Nashir juga menekankan bahwa moderasi saja tidak cukup; perlu ada nilai-nilai agama yang membawa kemajuan peradaban. “Itulah yang kami maknai dari Al-Baqarah 143, umat tengahan yang menjadi saksi. Maksudnya adalah menjadi saksi dalam kontribusi kemajuan peradaban. Di mana umat Islam ada, di situ ia menjadi problem solver,” ujar Haedar.

Haedar mengatakan bahwa Grand Syekh juga menggarisbawahi hubungan erat antara Indonesia dan Mesir, yang dieratkan oleh Islam dan Al-Azhar. Organisasi-organisasi Islam berperan penting sebagai perekat persatuan.

“Selain perbedaan, kedepankan persatuan, karena dengan bersatu dan bersama kita bisa lebih maju,” tegasnya.



Dalam upaya mendukung pendidikan, Grand Syekh menambahkan tawaran beasiswa untuk Muhammadiyah. Al-Azhar setiap tahun terus menambah beasiswa untuk Indonesia, termasuk bagi kader Muhammadiyah. Ini menunjukkan komitmen tinggi terhadap pendidikan dan pengembangan ulama-ulama yang kuat dalam ilmu dirasah islamiyah, menguasai kehidupan, dan menjadi penerang bagi kemajuan zaman.

Selain kemajuan yang telah diperoleh, Haedar juga menyoroti bahwa umat Islam masih tertinggal di bidang ekonomi, yang berdampak pada konstelasi politik internasional dan penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi.

“Penguasaan sains dan teknologi itu menjadi sebuah keniscayaan,” ujar Haedar Nashir.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian? Orang-orang menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

(HR. Bukhari No. 801)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More