10 Paus yang Menyerukan Perang Salib: Shalahuddin Al Ayyubi Bebaskan Baitul Maqdis
Jum'at, 26 Juli 2024 - 10:54 WIB
Perang Salib merupakan sebuah perang yang diserukan oleh Paus di Roma . Paus yang merupakan pemimpin tertinggi Kristen Katolik sehingga keputusan yang diambil Paus harus dipatuhi oleh umat Katolik bahkan seorang raja tetap mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada seorang Paus.
Berikut ini adalah Paus yang menyerukan Perang Salib sebagaimana dinukil dari buku berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" karya Jati Pamungkas, S.Hum, M.A.:
1. Paus Urbanus II menyerukan Perang Salib I.
Urbanus II yang menjadi Paus sejak 1088 hingga 1099. Paus Urbanus II merupakan orang Prancis sehingga himbauan Perang Salib I mayoritas diikuti oleh Pasukan Salib asal Prancis.
Paus Urbanus II menyetujui permohonan Alexios I, Raja Byzantium agar dapat mengalahkan pasukan Turki Seljuk Rum dan membalaskan kekalahan dalam Perang Manzikert 1071. Momentum tersebut dimanfaatkan untuk membebaskan Yerusalem setelah membantu Kerajaan Byzantium di Asia Minor.
Asia Minor dahulu merupakan istilah dalam menamakan daerah Turki pada masa sekarang. Asia Minor termasuk dalam peradaban Yunani Kuno karena letaknya berdekatan dengan Yunani dan juga Laut Aegea.
2. Paus Eugene III menyerukan Perang Salib II.
Eugene III menjadi Paus menggantikan Paus Lucius II pada tahun 1145. Pemerintahan Kristen Edessa yang jatuh ke tangan muslim di akhir tahun 1144 membuat Paus Eugene menyerukan Perang Salib II dan menggalang kekuatan Pasukan Salib di Eropa.
Perang Salib II tidak diikuti pasukan lokal lagi seperti Perang Salib I namun diikuti oleh raja yaitu Conrad III dan Louis VII. Hal tersebut membuat Perang Salib II memiliki banyak harapan karena pasukan yang dibawa akan lebih besar karena dipimpin oleh seorang raja.
Perang Salib II baru terjadi tahun 1147 berselang 3 tahun dari keruntuhan Edessa.
3. Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib III.
Jatuhnya Yerusalem tahun 1187 oleh Shalahuddin Al Ayyubi membuat Paus Gregory VIII bertindak cepat dalam mengambil keputusan.
Takluknya Yerusalem sebenarnya terjadi pada masa Paus Urbanus III. Paus Urbanus III meninggal hanya 2 minggu setelah Yerusalem dapat direbut Shalahuddin.
Paus Gregory yang mencetuskan Perang Salib III juga meninggal setelah dia menyerukan Perang Salib III di pertengahan Desember 1187.
Kepemimpinan Gregory VIII hanya berlangsung kurang dari dua bulan. Selanjutnya Perang Salib III dikawal oleh Paus Clemens III.
4. Paus Inosentius III menyerukan Perang Salib IV.
Gagalnya Richard I dari Inggris merebut Yerusalem walaupun memenangkan keseluruhan Perang Salib III melawan Shalahuddin tetap membuat kecewa Kepausan Roma.
Paus Inosentius akhirnya menyerukan pengiriman pasukan lagi ke Yerusalem melalui jalur laut dengan bantuan armada laut Venesia.
Pasukan Salib akhirnya menuju ke Konstantinopel terlibat konflik internal di kerajaan tersebut. Perang Salib IV tidak menghasilkan apa-apa mengenai pembebasan Yerusalem namun membuat Kerajaaan Byzantium menjadi terpecah menjadi dua.
5. Paus Honorius III menyerukan Perang Salib V.
Seruan Paus Honorius III dijawab dengan positif dari raja-raja di Eropa Barat. Hampir semua raja-raja di Eropa Barat yang beraliran Katolik mengikuti Perang Salib V. Perintah dari Honorius cukup jelas yaitu merebut Yerusalem yang ditaklukkan Shalahuddin tahun 1187. Kenyataanya Pasukan Salib menyerang Mesir pada Perang Salib V.
6. Paus Gregory IX adalah Paus pada masa Perang Salib VI.
Paus Gregory IX menjadi Paus menggantikan Paus Honorius III. Perang Salib VI tidak terjadi karena perjanjian damai disepakati oleh Frederick II dengan Sultan al-Kamil pada tahun 1229.
Perjanjian tersebut menyepakati bahwa Yerusalem diberikan kepada Pasukan Salib selama 15 tahun dan diberikan kepada Dinasti Ayyubiah pada tahun 1244. Walaupun tidak terjadi perang, kehadiran Frederick II dengan pasukannya di Timur Tengah juga atas izin Paus Gregoy IX sebagai pemimpin tertinggi Kristen Katolik.
7. Paus Inosentius IV.
Ia menjadi Paus ketika Perang Salib VII yang dipimpin oleh Louis IX pada tahun 1248-1254. Paus Inosentius menyerukan Perang Salib VII dan memutuskan Louis IX sebagai pemimpinnya pada tahun 1245 di Konsili Lyon.
Seruan Paus Inosentius IV tidak ditanggapi dengan baik oleh kerajaan-kerajaan lain di Eropa karena bertentangan dengan perjanjian penyerahan Yerusalem pada tahun 1244. Oleh sebab itu Perang Salib VII hanya diikuti Pasukan Salib dari Perancis.
8. Perang Salib VIII gagal karena kematian Louis IX di Tunis.
Pada tahun 1268-1271, jabatan Paus di Roma kosong karena konflik antar kardinal dalam pemilihan Paus. Jadi Perang Salib VIII murni gagasan dari Louis IX ketika Kepausan di Roma sedang mempunyai masalah internal.
9. Perang Salib IX merupakan lanjutan dari Perang Salib VIII.
Pasukan Salib yang telah berada di Tunis bergerak menuju Yerusalem setelah kematian Louis IX. Pada tahun yang sama yaitu 1271, Paus bari telah terpilih yaitu Paus Gregory X.
Melanjutkan perjuangan Louis IX merupakan tujuan Perang Salib IX. Jadi Paus Gregory IX juga tidak pernah menyerukan Perang Salib.
10. Perang Salib X lebih diwarnai kepentingan perdagangan daripada kepentingan Kekristenan apalagi gagasan dalam merebut Yerusalem. Republik Genoa dan Kerajaan Siprus menyerbu Alexandria, kota pelabuhan Dinasti Mamlukiah. Pertempuran Alexandria tersebut terjadi pada tahun 1365 dan Paus Ubanus V tidak mempunyai hubungan politik dengan hal tersebut karena tidak pernah menyerukan menyerang Dinasti Mamlukiah.
Jati Pamungkas mengatakan dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Perang Salib yang melibatkan peran Paus di Roma adalah Perang Salib I hingga Perang Salib VII.
Perang Salib VIII dan IX tidak ada perintah Paus karena Kepausan di Roma mengalami konflik internal. Perang Salib X merupakan gagasan Republik Venesia dan Kerajaan Siprus tanpa melibatkan Paus Urbanus V.
Oleh sebab itu Peang Salib X tidak akui sebagai Perang Salib karena tidak ada restu paus dalam pertempuran tersebut.
Berikut ini adalah Paus yang menyerukan Perang Salib sebagaimana dinukil dari buku berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" karya Jati Pamungkas, S.Hum, M.A.:
1. Paus Urbanus II menyerukan Perang Salib I.
Urbanus II yang menjadi Paus sejak 1088 hingga 1099. Paus Urbanus II merupakan orang Prancis sehingga himbauan Perang Salib I mayoritas diikuti oleh Pasukan Salib asal Prancis.
Paus Urbanus II menyetujui permohonan Alexios I, Raja Byzantium agar dapat mengalahkan pasukan Turki Seljuk Rum dan membalaskan kekalahan dalam Perang Manzikert 1071. Momentum tersebut dimanfaatkan untuk membebaskan Yerusalem setelah membantu Kerajaan Byzantium di Asia Minor.
Asia Minor dahulu merupakan istilah dalam menamakan daerah Turki pada masa sekarang. Asia Minor termasuk dalam peradaban Yunani Kuno karena letaknya berdekatan dengan Yunani dan juga Laut Aegea.
2. Paus Eugene III menyerukan Perang Salib II.
Eugene III menjadi Paus menggantikan Paus Lucius II pada tahun 1145. Pemerintahan Kristen Edessa yang jatuh ke tangan muslim di akhir tahun 1144 membuat Paus Eugene menyerukan Perang Salib II dan menggalang kekuatan Pasukan Salib di Eropa.
Perang Salib II tidak diikuti pasukan lokal lagi seperti Perang Salib I namun diikuti oleh raja yaitu Conrad III dan Louis VII. Hal tersebut membuat Perang Salib II memiliki banyak harapan karena pasukan yang dibawa akan lebih besar karena dipimpin oleh seorang raja.
Perang Salib II baru terjadi tahun 1147 berselang 3 tahun dari keruntuhan Edessa.
3. Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib III.
Jatuhnya Yerusalem tahun 1187 oleh Shalahuddin Al Ayyubi membuat Paus Gregory VIII bertindak cepat dalam mengambil keputusan.
Takluknya Yerusalem sebenarnya terjadi pada masa Paus Urbanus III. Paus Urbanus III meninggal hanya 2 minggu setelah Yerusalem dapat direbut Shalahuddin.
Paus Gregory yang mencetuskan Perang Salib III juga meninggal setelah dia menyerukan Perang Salib III di pertengahan Desember 1187.
Kepemimpinan Gregory VIII hanya berlangsung kurang dari dua bulan. Selanjutnya Perang Salib III dikawal oleh Paus Clemens III.
4. Paus Inosentius III menyerukan Perang Salib IV.
Gagalnya Richard I dari Inggris merebut Yerusalem walaupun memenangkan keseluruhan Perang Salib III melawan Shalahuddin tetap membuat kecewa Kepausan Roma.
Paus Inosentius akhirnya menyerukan pengiriman pasukan lagi ke Yerusalem melalui jalur laut dengan bantuan armada laut Venesia.
Pasukan Salib akhirnya menuju ke Konstantinopel terlibat konflik internal di kerajaan tersebut. Perang Salib IV tidak menghasilkan apa-apa mengenai pembebasan Yerusalem namun membuat Kerajaaan Byzantium menjadi terpecah menjadi dua.
5. Paus Honorius III menyerukan Perang Salib V.
Seruan Paus Honorius III dijawab dengan positif dari raja-raja di Eropa Barat. Hampir semua raja-raja di Eropa Barat yang beraliran Katolik mengikuti Perang Salib V. Perintah dari Honorius cukup jelas yaitu merebut Yerusalem yang ditaklukkan Shalahuddin tahun 1187. Kenyataanya Pasukan Salib menyerang Mesir pada Perang Salib V.
6. Paus Gregory IX adalah Paus pada masa Perang Salib VI.
Paus Gregory IX menjadi Paus menggantikan Paus Honorius III. Perang Salib VI tidak terjadi karena perjanjian damai disepakati oleh Frederick II dengan Sultan al-Kamil pada tahun 1229.
Perjanjian tersebut menyepakati bahwa Yerusalem diberikan kepada Pasukan Salib selama 15 tahun dan diberikan kepada Dinasti Ayyubiah pada tahun 1244. Walaupun tidak terjadi perang, kehadiran Frederick II dengan pasukannya di Timur Tengah juga atas izin Paus Gregoy IX sebagai pemimpin tertinggi Kristen Katolik.
7. Paus Inosentius IV.
Ia menjadi Paus ketika Perang Salib VII yang dipimpin oleh Louis IX pada tahun 1248-1254. Paus Inosentius menyerukan Perang Salib VII dan memutuskan Louis IX sebagai pemimpinnya pada tahun 1245 di Konsili Lyon.
Seruan Paus Inosentius IV tidak ditanggapi dengan baik oleh kerajaan-kerajaan lain di Eropa karena bertentangan dengan perjanjian penyerahan Yerusalem pada tahun 1244. Oleh sebab itu Perang Salib VII hanya diikuti Pasukan Salib dari Perancis.
8. Perang Salib VIII gagal karena kematian Louis IX di Tunis.
Pada tahun 1268-1271, jabatan Paus di Roma kosong karena konflik antar kardinal dalam pemilihan Paus. Jadi Perang Salib VIII murni gagasan dari Louis IX ketika Kepausan di Roma sedang mempunyai masalah internal.
9. Perang Salib IX merupakan lanjutan dari Perang Salib VIII.
Pasukan Salib yang telah berada di Tunis bergerak menuju Yerusalem setelah kematian Louis IX. Pada tahun yang sama yaitu 1271, Paus bari telah terpilih yaitu Paus Gregory X.
Melanjutkan perjuangan Louis IX merupakan tujuan Perang Salib IX. Jadi Paus Gregory IX juga tidak pernah menyerukan Perang Salib.
10. Perang Salib X lebih diwarnai kepentingan perdagangan daripada kepentingan Kekristenan apalagi gagasan dalam merebut Yerusalem. Republik Genoa dan Kerajaan Siprus menyerbu Alexandria, kota pelabuhan Dinasti Mamlukiah. Pertempuran Alexandria tersebut terjadi pada tahun 1365 dan Paus Ubanus V tidak mempunyai hubungan politik dengan hal tersebut karena tidak pernah menyerukan menyerang Dinasti Mamlukiah.
Jati Pamungkas mengatakan dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Perang Salib yang melibatkan peran Paus di Roma adalah Perang Salib I hingga Perang Salib VII.
Perang Salib VIII dan IX tidak ada perintah Paus karena Kepausan di Roma mengalami konflik internal. Perang Salib X merupakan gagasan Republik Venesia dan Kerajaan Siprus tanpa melibatkan Paus Urbanus V.
Oleh sebab itu Peang Salib X tidak akui sebagai Perang Salib karena tidak ada restu paus dalam pertempuran tersebut.
(mhy)