Rezeki dalam Pandangan Al Qur'an Surat Ar-Rad ayat 26
Selasa, 20 Agustus 2024 - 13:10 WIB
Jika ingin mengetahui hakikat rezeki , kita dapat mentadaburi Surat Ar-Ra'd Ayat 26. Bagaimana sebenarnya penjelasan atau hakikat rezeki ini?
Dalam Al Qur'an, Surat Ar-Ra'd adalah surat ke-13 yang terdiri 43 ayat (golongan surat Madaniyah). Dinamakan Ar Ra'd yang berarti guruh karena dalam ayat 13 Allah berfirman "Dan guruh itu bertasbih sambil memuji-Nya." Ini menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan Allah.
Berikut firman Allah dalam Surat Ar-Ra'd Ayat 26:
Artinya: "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan Akhirat." (QS Ar-Ra'd Ayat 26)
Dalam tafsir ringkas Kemenag dijelaskan, Allah melapangkan dan memudahkan rezeki bagi sebagian hamba yang dikehendaki-Nya, sehingga mereka memperoleh rezeki yang lebih dari keperluan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan terampil mencari harta, dan melakukan bermacam-macam usaha. Selain itu, mereka hemat dan pandai mengelola dan mempergunakan hartanya.
Sebaliknya, Allah membatasi rezeki bagi sebagian hamba-Nya, sehingga rezeki yang mereka peroleh tidak lebih dari apa yang diperlukan sehari-hari. Mereka biasanya orang-orang pemalas dan tidak terampil dalam mencari harta. Atau tidak pandai mengelola dan mempergunakan harta tersebut.
Artinya, Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki hamba-Nya berdasarkan hikmah serta pengetahuan-Nya tentang masing-masing hamba itu.
Ada kalanya Allah menganugerahkan rezeki yang banyak kepada hamba-Nya yang kafir. Sebaliknya, kadang-kadang Allah menyempitkan rezeki bagi hamba yang beriman untuk menambah pahala yang kelak akan mereka dapat di akhirat. Maka kekayaan dan kemiskinan adalah dua hal yang dapat terjadi pada orang-orang beriman maupun yang kafir, yang saleh ataupun yang fasik.
Ayat ini selanjutnya menceritakan kaum musyrik Makkah yang suka memungkiri janji Allah, sangat bergembira dengan banyaknya harta benda yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa harta benda itu merupakan nikmat dan keberuntungan besar.
Pada akhir ayat ini Allah menunjukkan kekeliruan mereka dan menegaskan bahwa kenikmatan hidup duniawi ini hanyalah kenikmatan kecil, cepat hilang, dibanding dengan kenikmatan Akhirat yang abadi sepanjang masa. Karena itu, tidaklah layak bagi seorang muslim berbangga-bangga dengan kenikmatan di dunia.
Dikisahkan dari Ibnu Mas'ud beliau berkata: " Nabi Muhammad SAW pernah tidur di atas sehelai tikar kemudian beliau bangun dari tidurnya, dan kelihatan bekas tikar itu pada lambungnya. Lalu kami berkata, "Ya Rasulullah seandainya kami ambilkan tempat tidur untukmu?"
Rasulullah bersabda: "Apalah artinya dunia ini bagiku. Aku hidup di dunia ini hanya laksana seorang pengendara yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian ia berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu." (HR at-Tirmidzi)
Wallahu A'lam
Dalam Al Qur'an, Surat Ar-Ra'd adalah surat ke-13 yang terdiri 43 ayat (golongan surat Madaniyah). Dinamakan Ar Ra'd yang berarti guruh karena dalam ayat 13 Allah berfirman "Dan guruh itu bertasbih sambil memuji-Nya." Ini menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan Allah.
Berikut firman Allah dalam Surat Ar-Ra'd Ayat 26:
اَللّٰهُ يَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ يَّشَآءُ وَيَقۡدِرُؕ وَفَرِحُوۡا بِالۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا فِى الۡاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
Artinya: "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan Akhirat." (QS Ar-Ra'd Ayat 26)
Dalam tafsir ringkas Kemenag dijelaskan, Allah melapangkan dan memudahkan rezeki bagi sebagian hamba yang dikehendaki-Nya, sehingga mereka memperoleh rezeki yang lebih dari keperluan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan terampil mencari harta, dan melakukan bermacam-macam usaha. Selain itu, mereka hemat dan pandai mengelola dan mempergunakan hartanya.
Sebaliknya, Allah membatasi rezeki bagi sebagian hamba-Nya, sehingga rezeki yang mereka peroleh tidak lebih dari apa yang diperlukan sehari-hari. Mereka biasanya orang-orang pemalas dan tidak terampil dalam mencari harta. Atau tidak pandai mengelola dan mempergunakan harta tersebut.
Artinya, Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki hamba-Nya berdasarkan hikmah serta pengetahuan-Nya tentang masing-masing hamba itu.
Ada kalanya Allah menganugerahkan rezeki yang banyak kepada hamba-Nya yang kafir. Sebaliknya, kadang-kadang Allah menyempitkan rezeki bagi hamba yang beriman untuk menambah pahala yang kelak akan mereka dapat di akhirat. Maka kekayaan dan kemiskinan adalah dua hal yang dapat terjadi pada orang-orang beriman maupun yang kafir, yang saleh ataupun yang fasik.
Ayat ini selanjutnya menceritakan kaum musyrik Makkah yang suka memungkiri janji Allah, sangat bergembira dengan banyaknya harta benda yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa harta benda itu merupakan nikmat dan keberuntungan besar.
Pada akhir ayat ini Allah menunjukkan kekeliruan mereka dan menegaskan bahwa kenikmatan hidup duniawi ini hanyalah kenikmatan kecil, cepat hilang, dibanding dengan kenikmatan Akhirat yang abadi sepanjang masa. Karena itu, tidaklah layak bagi seorang muslim berbangga-bangga dengan kenikmatan di dunia.
Dikisahkan dari Ibnu Mas'ud beliau berkata: " Nabi Muhammad SAW pernah tidur di atas sehelai tikar kemudian beliau bangun dari tidurnya, dan kelihatan bekas tikar itu pada lambungnya. Lalu kami berkata, "Ya Rasulullah seandainya kami ambilkan tempat tidur untukmu?"
Rasulullah bersabda: "Apalah artinya dunia ini bagiku. Aku hidup di dunia ini hanya laksana seorang pengendara yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian ia berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu." (HR at-Tirmidzi)
Wallahu A'lam
(wid)