Keutamaan Surat Yasin Ayat 20-27
Jum'at, 30 Agustus 2024 - 14:05 WIB
Keutamaan Surat Yasin ayat 20-27 memberitahukan kepada kita tentang kisah-kisah umat terdahulu. Kisah mempunyai kedudukan yang penting karena berfungsi sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Menurut Tafsir Ath-Thabari, surat Yasin ayat 20-27 menceritakan kisah Habib bin Mari. Penafsiran Ath-Thabari mengenai surat Yasin ayat 20-27 menjelaskan tentang suatu kisah dakwah yang isinya terdapat beberapa aktor yaitu para utusan Allah, pemuda, dan suatu kaum.
Para utusan tersebut ditugaskan untuk mengajak kaumnya beriman kepada Allah. Adapun seorang pemuda tersebut dijelaskan mempunyai nama Habib bin Mari, akan tetapi kebanyakan literatur lain menyebutkan bahwa namanya Habib An Najjar.
Dalam al-Qur’an, nama Habib An-Najjar tidak disebutkan secara langsung seperti contoh kisah Nabi Yunus , Nabi Yusuf dan sebagainya, tetapi penyebutan nama Habib An Najjar menggunakan isyarat kata “rojulun”.
Al-Jazairi menjelaskan bahwa Habib An-Najjar merupakan seorang laki-laki tua yang beriman serta mengesakan Allah dalam beribadah, dan tinggal di ujung kota ia datang bergegas, lalu memerintahkan penduduk Anthakia untuk beriman dan melarang mereka melakukan kekufuran.
Kemudian dengan lantang ia menyatakan keimanannya, sehingga ia pun ditendangi dan diinjak-injak oleh penduduk negeri itu.
Ia berperan sebagai orang yang mengajak kaum tersebut untuk mengikuti para utusan. Namun kaum tersebut membangkang. Oleh sebab itu mereka diadzab.
Pesan moral yang didapatkan dari kisah Habib Bin Mari yaitu berdakwah harus ikhlas, berserah diri hanya kepada Allah dan rela menerima kesulitan bahkan syahid dalam berdakwah.
Berikut ini Surat Yasin ayat 20-27:
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".
Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa'at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?
Menurut Tafsir Ath-Thabari, surat Yasin ayat 20-27 menceritakan kisah Habib bin Mari. Penafsiran Ath-Thabari mengenai surat Yasin ayat 20-27 menjelaskan tentang suatu kisah dakwah yang isinya terdapat beberapa aktor yaitu para utusan Allah, pemuda, dan suatu kaum.
Para utusan tersebut ditugaskan untuk mengajak kaumnya beriman kepada Allah. Adapun seorang pemuda tersebut dijelaskan mempunyai nama Habib bin Mari, akan tetapi kebanyakan literatur lain menyebutkan bahwa namanya Habib An Najjar.
Dalam al-Qur’an, nama Habib An-Najjar tidak disebutkan secara langsung seperti contoh kisah Nabi Yunus , Nabi Yusuf dan sebagainya, tetapi penyebutan nama Habib An Najjar menggunakan isyarat kata “rojulun”.
Al-Jazairi menjelaskan bahwa Habib An-Najjar merupakan seorang laki-laki tua yang beriman serta mengesakan Allah dalam beribadah, dan tinggal di ujung kota ia datang bergegas, lalu memerintahkan penduduk Anthakia untuk beriman dan melarang mereka melakukan kekufuran.
Kemudian dengan lantang ia menyatakan keimanannya, sehingga ia pun ditendangi dan diinjak-injak oleh penduduk negeri itu.
Ia berperan sebagai orang yang mengajak kaum tersebut untuk mengikuti para utusan. Namun kaum tersebut membangkang. Oleh sebab itu mereka diadzab.
Pesan moral yang didapatkan dari kisah Habib Bin Mari yaitu berdakwah harus ikhlas, berserah diri hanya kepada Allah dan rela menerima kesulitan bahkan syahid dalam berdakwah.
Baca Juga
Berikut ini Surat Yasin ayat 20-27:
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَىٰ قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".
اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?
أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa'at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?
إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ