Kisah Tragis Suksesi Kekhalifahan di Bani Umayyah setelah Yazid bin Abdul Malik
Senin, 23 September 2024 - 05:15 WIB
Yazid bin Abdul Malik menjadi khalifah Dinasti Umayyah pada tahun 720-724 M. Ia menggantikan Khalifah Umar bin Abdul Aziz . Yazid terkenal sebagai khalifah yang senang berfoya-foya, berhura-hura dan bersenang-senang dengan wanita.
Dalam buku berjudul "Sejarah Peradaban Islam" karya Syamruddin Nasution disebutkan di atas semua itu, begitu berkuasa Yazid mengembalikan tanah-tanah dan hadiah-hadiah yang telah di ambil Umar untuk Baitul Mal kepada para pemiliknya semula, sehingga harta di Baitul Mal menjadi kosong dan rakyat kembali hidup melarat.
Yazid menunjuk saudaranya Hisyam bin Abdul Malik sebagai khalifah sebagai penggantinya dan anaknya al-Walid sesudahnya.
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama selama 20 tahun (724 – 743 M). Dia termasuk salah seorang khalifah terbaik Bani Umayyah.
Terkenal sebagai seorang penyantun dan pribadi yang bersih, cermat, hemat. Ada tiga ahli politik dari Bani Umaiyah : Muawiyah, Abdul Malik dan Hisyam.
Abu Jafar al-Mansur telah meneladani Hisyam dalam sekian banyak langkah yang ditempuhnya kelak pada masa Daulah Abbasiyah .
Pada masanya, Khalifah Hisyam mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan Baitul Mal. Demikian juga perhitungan keuangan negara. Dengan demikian keuangan negara menjadi lancar, teratur, sehingga tidak ada lagi kesempatan menggelapkan uang negara yang seharusnya menjadi milik Baitul Mal.
Dia mengatur pemasukan dan pengeluaran Baitul Mal dengan cermat dan hemat. Dia tidak mau mengambil haknya dari Baitul Mal kecuali setelah disaksikan empat puluh orang.
Khalifah Hisyam lebih memperhatikan perkembangan ekonomi. Dia membangun irigasi dan pelabuhan, juga industri pakaian sutera dan beludru. Tetapi hasil perkembangan ekonomi itu tidak dapat cukup menutupi kekurangan kas di Baitul Mal.
Dalam rangka menutupi kekurangan kas Baitul Mal Hisyam menetapkan beban pajak yang cukup memberatkan kepada kaum Mawali, yang sudah dihapuskan dulu pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Hal itu membuat mereka kaget karena jumlahnya yang cukup besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Akibat dari kebijaksanaan Hisyam itu, membuat kaum Mawali memberontak.
Bangkitlah al-Harits bin Suraij memberontak dengan semboyan memerangi kaum Umaiyah (Arab) orang-orang yang menzalimi mereka.
Selain itu, Hisyam pun cukup dendam kepada kaum Alawi (Syi’ah) dan menghukum mereka setiap ada kesempatan. Sebagai contoh adalah hukuman yang ditimpakannya kepada Yazid dan Yahya, dua putra Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Faktor-faktor di atas mengakibatkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan yang terus menerus dari kaum Persia, Syi’ah yang mengakibatkan kehancuran pemerintahannya.
Al-Walid bin Yazid menggantikan Hisyam sebagai Khalifah atas penunjukan ayahnya Yazid sesudah Hisyam.
Al-Walid sama dengan ayahnya Yazid mempunyai sifat berfoya-foya, bermental bejat, dikelilingi dayang-dayang. Dia dapat menghabiskan harta benda yang melimpah ruah yang diwariskan Hisyam. Akibat perilakunya yang buruk itu dia dibunuh oleh Yazid bin al-Walid.
Selanjutnya, Yazid bin al-Walid menggantikan al-Walid bin Yazid hanya memerintah lima bulan karena penduduk Hims memberontak kepadanya dan menuntut bela atas kematian al-Walid yang membawa kepada kematiannya.
Sebelum wafatnya, dia menunjuk saudaranya Ibrahim bin al-Walid menjadi khalifah. Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dua bulan, kedudukannya sebagai khalifah tidak disepakati kaum Muslimin, ada yang memanggil dia “khalifah” ada pula yang memanggilnya “amir”.
Marwan bin Muhammad membawa pasukan besar ke Syam menuntut bela atas kematian al-Walid bin Yazid, pasukan Marwan membunuh Ibrahim dan mereka membai’at Marwan bin Muhammad sebagai khalifah.
Marwan naik tahta pada saat pakaian khalifah Umayyah sudah sangat lusuh dan tipis, walaupun dia ingin memperbaiki keadaan, tetapi tidak ada lagi harapan untuk memperbaikinya, tiada tempat lagi untuk menambal kain.
Karena banyak pemberontakan terus berkobar kepadanya. Golongan Khawarij, golongan Syiah, orang-orang Hijaz, dan orang-orang Khurasan, bagaikan air bah datang ke Damaskus memberontak memaksa Marwan melarikan diri ke Mesir dan terbunuh di sana pada tahun 132 H.
Dalam buku berjudul "Sejarah Peradaban Islam" karya Syamruddin Nasution disebutkan di atas semua itu, begitu berkuasa Yazid mengembalikan tanah-tanah dan hadiah-hadiah yang telah di ambil Umar untuk Baitul Mal kepada para pemiliknya semula, sehingga harta di Baitul Mal menjadi kosong dan rakyat kembali hidup melarat.
Yazid menunjuk saudaranya Hisyam bin Abdul Malik sebagai khalifah sebagai penggantinya dan anaknya al-Walid sesudahnya.
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama selama 20 tahun (724 – 743 M). Dia termasuk salah seorang khalifah terbaik Bani Umayyah.
Terkenal sebagai seorang penyantun dan pribadi yang bersih, cermat, hemat. Ada tiga ahli politik dari Bani Umaiyah : Muawiyah, Abdul Malik dan Hisyam.
Abu Jafar al-Mansur telah meneladani Hisyam dalam sekian banyak langkah yang ditempuhnya kelak pada masa Daulah Abbasiyah .
Pada masanya, Khalifah Hisyam mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan Baitul Mal. Demikian juga perhitungan keuangan negara. Dengan demikian keuangan negara menjadi lancar, teratur, sehingga tidak ada lagi kesempatan menggelapkan uang negara yang seharusnya menjadi milik Baitul Mal.
Dia mengatur pemasukan dan pengeluaran Baitul Mal dengan cermat dan hemat. Dia tidak mau mengambil haknya dari Baitul Mal kecuali setelah disaksikan empat puluh orang.
Khalifah Hisyam lebih memperhatikan perkembangan ekonomi. Dia membangun irigasi dan pelabuhan, juga industri pakaian sutera dan beludru. Tetapi hasil perkembangan ekonomi itu tidak dapat cukup menutupi kekurangan kas di Baitul Mal.
Dalam rangka menutupi kekurangan kas Baitul Mal Hisyam menetapkan beban pajak yang cukup memberatkan kepada kaum Mawali, yang sudah dihapuskan dulu pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Hal itu membuat mereka kaget karena jumlahnya yang cukup besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Akibat dari kebijaksanaan Hisyam itu, membuat kaum Mawali memberontak.
Bangkitlah al-Harits bin Suraij memberontak dengan semboyan memerangi kaum Umaiyah (Arab) orang-orang yang menzalimi mereka.
Selain itu, Hisyam pun cukup dendam kepada kaum Alawi (Syi’ah) dan menghukum mereka setiap ada kesempatan. Sebagai contoh adalah hukuman yang ditimpakannya kepada Yazid dan Yahya, dua putra Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Faktor-faktor di atas mengakibatkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan yang terus menerus dari kaum Persia, Syi’ah yang mengakibatkan kehancuran pemerintahannya.
Al-Walid bin Yazid menggantikan Hisyam sebagai Khalifah atas penunjukan ayahnya Yazid sesudah Hisyam.
Al-Walid sama dengan ayahnya Yazid mempunyai sifat berfoya-foya, bermental bejat, dikelilingi dayang-dayang. Dia dapat menghabiskan harta benda yang melimpah ruah yang diwariskan Hisyam. Akibat perilakunya yang buruk itu dia dibunuh oleh Yazid bin al-Walid.
Selanjutnya, Yazid bin al-Walid menggantikan al-Walid bin Yazid hanya memerintah lima bulan karena penduduk Hims memberontak kepadanya dan menuntut bela atas kematian al-Walid yang membawa kepada kematiannya.
Sebelum wafatnya, dia menunjuk saudaranya Ibrahim bin al-Walid menjadi khalifah. Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dua bulan, kedudukannya sebagai khalifah tidak disepakati kaum Muslimin, ada yang memanggil dia “khalifah” ada pula yang memanggilnya “amir”.
Marwan bin Muhammad membawa pasukan besar ke Syam menuntut bela atas kematian al-Walid bin Yazid, pasukan Marwan membunuh Ibrahim dan mereka membai’at Marwan bin Muhammad sebagai khalifah.
Marwan naik tahta pada saat pakaian khalifah Umayyah sudah sangat lusuh dan tipis, walaupun dia ingin memperbaiki keadaan, tetapi tidak ada lagi harapan untuk memperbaikinya, tiada tempat lagi untuk menambal kain.
Karena banyak pemberontakan terus berkobar kepadanya. Golongan Khawarij, golongan Syiah, orang-orang Hijaz, dan orang-orang Khurasan, bagaikan air bah datang ke Damaskus memberontak memaksa Marwan melarikan diri ke Mesir dan terbunuh di sana pada tahun 132 H.
(mhy)