Catatan Emas Jihad di Zona Laut Daulah Umayyah
loading...
A
A
A
Daulah Umayyah atau Umawiyah yang didirikan Muawiyah bin Abu Sufyan sampai kini dikenang sebagai dinasti mujahid di zona laut, selain tentu saja darat. Pada masa kekuasaan pengganti Khulafaurasyidin ini, angkatan laut dibangun sangat kuat. Muawiyah pun berjuluk pelopor angkatan laut Islam.
Selama kekuasaan dinasti ini (661-750 M atau 41-132 H), Daulah Umayyah menjadikan angkatan laut sebagai kekuatan besar yang mampu melakukan jihad di wilayah laut di berbagai lokasi dan dalam waktu yang bersamaan.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan sejarah angkatan laut Islam bermula seiring dengan penaklukan wilayah Syam dan Mesir dengan garis pantainya yang luas.
Muawiyah bin Abu Sufyan dinilai sebagai pendiri angkatan laut Islam, sejak ia menjadi gubernur Syam pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab dan Utsman bin Affan.
Saat menjadi khalifah, Muawiyah mengembangkan angkatan laut dengan mendirikan beberapa pabrik pembuatan kapal di kota Iskandariya dan Akka. Untuk mendukung upayanya itu, ia memanfaatkan tenaga-tenaga trampil yang memahami seluk-beluk dunia maritim.
Strategi maritim yang handal menjadikan Umayyah berhasil menaklukkan beberapa kota di wilayah Laut Mediterania seperti: Cyprus, Arwad, dan Rhodes.
Kota-kota ini kelak menjadi benteng pertahanan maritim Islam dalam menghadapi ancaman angkatan laut Byzantium, bahkan kelak menjadi kota utama yang balik mengancam pertahanan Byzantium.
Bermula dari kota ini, angkatan laut Islam beberapa kali melancarkan serangan ke Byzantium.
Di zaman Khulafaurrasyidin, angkatan laut Islam menahan serangan Byzantium atas Iskandariya tahun 25 H dan dalam Perang Dzatu Shawari tahun 34 H.
Blokade Konstantinopel
Sedangkan pemerintahan Daulah Umayyah berhasil menorehkan prestasi yang belum pernah diraih sebelumnya, yaitu beberapa kali melakukan blokade atas kota Konstantinopel dari tahun 54-60 H dari tahun 98-99 H.
Blokade tersebut dilakukan dengan tujuan menaklukkan kota tersebut. Blokade ini merupakan lompatan besar yang dilakukan oleh angkatan laut Islam.
Manuver besar Daulah Umayyah tidak hanya dilakukan di belahan bumi timur. Angkatan laut Islam didukung oleh angkatan daratnya bahkan melakukan perang besar melawan penjajah Byzantium yang didukung oleh kabilah-kabilah Barbar di negeri Maghribi dan Afrika Utara.
Beberapa kali angkatan laut Islam berusaha menaklukkan Pulau Sicilia pada tahun 46 H. Upaya ini menjadi bukti kemajuan angkatan laut Islam di wilayah Maghribi.
Angkatan Laut Mesir
Angkatan laut Mesir adalah pioner yang memimpin ekspedisi laut di Afrika Utara. Angkatan laut Mesir inilah yang menyerang Sicilia pada tahun 46 H. Angkatan laut Mesir-lah yang melakukan peperangan di lautan di bawah pimpinan Ugbah bin Nafi pada tahun 49 H. Angkatan laut Mesir pula yang melakukan perang melawan Byzantium di wilayah di bawah pimpinan Hissan bin An-Nu'man.
Pada tahun 79 H, angkatan laut Mesir mendapatkan kemenangan gemilang atas Byzantium di wilayah perairan Cartagena.
Di masa pemerintahan Marwan bin Abdul Malik, angkatan laut Mesir turut serta dalam menyerang Pulau Sardania.
Angkatan laut Mesir terus berpartisipasi dalam perang laut, sampai kemudian Hissan bin An-Nu'man membangun pabrik pembuatan kapal di Tunisia pada tahun 89 H. Itu dilakukan setelah Mesir mendapatkan tekanan berat dari angkatan laut Byzantium di pantai-pantai Mesir sendiri.
Byzantium melakukan manuver itu dengan tujuan membendung agar jangan sampai angkatan laut Mesir menguasai pantai-pantai di wilayah Maghribi.
Selama kekuasaan dinasti ini (661-750 M atau 41-132 H), Daulah Umayyah menjadikan angkatan laut sebagai kekuatan besar yang mampu melakukan jihad di wilayah laut di berbagai lokasi dan dalam waktu yang bersamaan.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan sejarah angkatan laut Islam bermula seiring dengan penaklukan wilayah Syam dan Mesir dengan garis pantainya yang luas.
Muawiyah bin Abu Sufyan dinilai sebagai pendiri angkatan laut Islam, sejak ia menjadi gubernur Syam pada era pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab dan Utsman bin Affan.
Saat menjadi khalifah, Muawiyah mengembangkan angkatan laut dengan mendirikan beberapa pabrik pembuatan kapal di kota Iskandariya dan Akka. Untuk mendukung upayanya itu, ia memanfaatkan tenaga-tenaga trampil yang memahami seluk-beluk dunia maritim.
Strategi maritim yang handal menjadikan Umayyah berhasil menaklukkan beberapa kota di wilayah Laut Mediterania seperti: Cyprus, Arwad, dan Rhodes.
Kota-kota ini kelak menjadi benteng pertahanan maritim Islam dalam menghadapi ancaman angkatan laut Byzantium, bahkan kelak menjadi kota utama yang balik mengancam pertahanan Byzantium.
Bermula dari kota ini, angkatan laut Islam beberapa kali melancarkan serangan ke Byzantium.
Di zaman Khulafaurrasyidin, angkatan laut Islam menahan serangan Byzantium atas Iskandariya tahun 25 H dan dalam Perang Dzatu Shawari tahun 34 H.
Blokade Konstantinopel
Sedangkan pemerintahan Daulah Umayyah berhasil menorehkan prestasi yang belum pernah diraih sebelumnya, yaitu beberapa kali melakukan blokade atas kota Konstantinopel dari tahun 54-60 H dari tahun 98-99 H.
Blokade tersebut dilakukan dengan tujuan menaklukkan kota tersebut. Blokade ini merupakan lompatan besar yang dilakukan oleh angkatan laut Islam.
Manuver besar Daulah Umayyah tidak hanya dilakukan di belahan bumi timur. Angkatan laut Islam didukung oleh angkatan daratnya bahkan melakukan perang besar melawan penjajah Byzantium yang didukung oleh kabilah-kabilah Barbar di negeri Maghribi dan Afrika Utara.
Beberapa kali angkatan laut Islam berusaha menaklukkan Pulau Sicilia pada tahun 46 H. Upaya ini menjadi bukti kemajuan angkatan laut Islam di wilayah Maghribi.
Angkatan Laut Mesir
Angkatan laut Mesir adalah pioner yang memimpin ekspedisi laut di Afrika Utara. Angkatan laut Mesir inilah yang menyerang Sicilia pada tahun 46 H. Angkatan laut Mesir-lah yang melakukan peperangan di lautan di bawah pimpinan Ugbah bin Nafi pada tahun 49 H. Angkatan laut Mesir pula yang melakukan perang melawan Byzantium di wilayah di bawah pimpinan Hissan bin An-Nu'man.
Pada tahun 79 H, angkatan laut Mesir mendapatkan kemenangan gemilang atas Byzantium di wilayah perairan Cartagena.
Di masa pemerintahan Marwan bin Abdul Malik, angkatan laut Mesir turut serta dalam menyerang Pulau Sardania.
Angkatan laut Mesir terus berpartisipasi dalam perang laut, sampai kemudian Hissan bin An-Nu'man membangun pabrik pembuatan kapal di Tunisia pada tahun 89 H. Itu dilakukan setelah Mesir mendapatkan tekanan berat dari angkatan laut Byzantium di pantai-pantai Mesir sendiri.
Byzantium melakukan manuver itu dengan tujuan membendung agar jangan sampai angkatan laut Mesir menguasai pantai-pantai di wilayah Maghribi.