Khaulah Binti Al Azwar, sang Bidadari Besi di Medan Pertempuran

Selasa, 11 Februari 2025 - 12:45 WIB
loading...
Khaulah Binti Al Azwar,...
Khaulah binti Al Azwar dianggap sebagai salah satu sosok pahlawan Muslimah di medan jihad, ia adalah perempuan pemberani dan mahir mengendarai kuda dan dijuluki sebagai bidadari besi serta perempuan si pedang Allah. Foto ilustrasi/ist.
A A A
Sejarah Islam banyak mencatat nama-nama wanita yang diabadikan karena rekam jejaknya yang cemerlang. Salah satunya adalah Khaulah Binti Al Azwar, kesatria wanita yang dijalin dengan epos kepahlawanan dan keberaniannya di medan pertempuran untuk kejayaan Islam.

Tentang rekam jejaknya memang masih ada perdebatan di kalangan peneliti sejarah, namun sumber-sumber yang menyampaikan kisah-kisah Khaulah ini sebagian besar berasal dari kitab “Futuh al-Sham” karya al-Waqidi.

Khaulah dianggap sebagai salah satu sosok pahlawan Muslimah di medan jihad. Ia adalah perempuan pemberani dan mahir mengendarai kuda. Ia tercatat dalam sejarah sebagai pahlawan dan mujahidah yang terkemuka, hingga “Perempuan Pedang Allah”, “Bidadari besi”, atau “Faritsul mulatsam” seringkali menjadi julukan baginya. Keberaniannya disejajarkan dengan “Sang Pedang Allah”, Khalid bin Walid.

Silsilah Keluarga Khaulah binti Al Azwar

Khaulah dilahirkan dari keluarga Arab murni milik Bani Asad, dan dia adalah saudara perempuan dari seorang ksatria pemberani yang dikenal dalam sejarah sebagai Dhirar bin Al-Azwar. Khaulah tumbuh di lingkungan Arab yang otentik, tempat dia mempelajari seni menunggang kuda dan etiket bertempur, selain dikenal karena kefasihan dan ekspresinya yang kuat.

Buku-buku sejarah menceritakan bahwa Khaulah masuk Islam bersama saudara laki-lakinya setelah penaklukan Makkah, dan masuk Islamnya merupakan titik balik dalam hidupnya. Dia mendedikasikan dirinya kepada Tuhan dan memutuskan untuk menjadi pedang Islam. Dia terampil dalam menunggang kuda dan seni bela diri, dan dikenal karena kecerdasannya yang tajam dan kelihaiannya dalam pertempuran.

Kisah Heroik Khaulah

Ketika kaum muslimin bangkit menaklukkan Syam, Khaulah berada di barisan terdepan para pejuang wanita. Dia pergi bersama saudara laki-lakinya Dhirar, yang dipilih Khalid ibn al-Walid sebagai pemimpin atas lima ribu pejuang. Di sana, dia menulis - menurut catatan - epos kepahlawanan dan pengorbanan yang paling menakjubkan.

Salah satu aksi heroiknya yang paling terkenal adalah kisah menyelamatkan kakaknya dari penawanan. Ketika kakaknya, Dhirar, jatuh ke tangan Romawi setelah pertempuran sengit, Khaulah tidak bisa tidur. Dia menyamar sebagai seorang ksatria, menaiki kudanya, dan berangkat untuk membelah barisan musuh. Mengintimidasi para petarung dengan keganasan dan tekadnya yang kuat.

Tidak ada yang mengetahui identitas aslinya sampai Khalid ibn al-Walid radhiyallahu 'anhu mendekatinya dan bertanya tentang identitas ksatria pemberani ini. Kemudian dia mengungkapkan identitasnya dengan malu-malu sambil berkata: “Wahai pangeran, aku hanya berpaling darimu karena rasa malu di hadapanmu. Anda adalah seorang pangeran yang mulia dan saya adalah salah satu wanita pengasingan dan putri kesopanan. Apa yang mendorongku melakukan ini adalah karena aku membara demi saudaraku Dhirar.”

“Lalu siapa engkau sebenarnya?” tanya Khalid. Orang itu menjawab, ”Aku adalah Khaulah binti Azwar Al-Kindi. Tadinya aku sedang bersama perempuan-perempuan dari kaumku, tetapi tiba-tiba seorang datang memberitahuku bahwa saudara laki-lakiku telah ditahan oleh pasukan musuh. Maka aku pun bergegas menaiki kuda, lalu melakukan apa yang telah engkau lihat.”

Mendengar itu, Khalid dan para tentaranya berteriak, lalu melakukan peperangan. Khaulah juga ikut melakukan penyerangan bersama mereka. Ia pun terus ikut berjihad hingga saudara laki-lakinya dapat diselamatkan.

Seorang Penyair Brilian

Khaulah ternyata juga seorang penyair yang brilian dan banyak puisi yang diriwayatkan tentangnya, termasuk puisinya yang berkabung untuk saudara laki-lakinya, di mana dia berkata:

"jadi bagaimana seseorang yang kelopak matanya sakit bisa tidur?
Aku akan menangis selama aku hidup untuk saudara laki-lakiku
siapa yang lebih aku sayangi daripada mata kananku
Jika aku berhasil menyusulnya dalam keadaan mati,
itu akan mudah bagi saya, karena itu tidak mudah.
Kita satu kelompok, siapa pun yang mati di antara kita
tidak mati atas kematian orang yang tunduk.
Jika dikatakan Dhirar telah meninggal dunia,
Aku akan menangis dengan akhir yang harmonis dan bahagia.
'

Dalam Budaya dan Sastra

Terlepas dari keraguan sejarah yang melingkupinya, kisah Khaulah binti Al-Azwar meninggalkan dampak yang besar terhadap budaya Arab dan Islam. Ini menginspirasi sejumlah penulis dan penyair sepanjang zaman, dan menjadi simbol wanita yang kuat dan berjuang. Kisah-kisahnya terus diceritakan dalam pertemuan-pertemuan dan buku-buku, menginspirasi generasi-generasi berikutnya.

Khaulah binti Al-Azwar meninggal pada tahun 35 H dan konon dimakamkan di Al-Balqa.

(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3356 seconds (0.1#10.140)