Kisah Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia di Era Utsman bin Affan
Senin, 14 Oktober 2024 - 05:15 WIB
Pada saat Utsman bin Affan dilantik sejumlah wilayah melakukan pemberontakan. Di antara wilayah itu adalah Azerbaijan dan Armenia .
Muhammadi Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebut sejatinya sebelum kekhalifahan Umar bin Khattab , Armenia merupakan negeri merdeka, kemudian pada kurun waktu yang lain dibagi-bagi antara Persia dengan Romawi .
"Letak Armenia berdekatan sekali dengan negeri-negeri yang sudah dibebaskan oleh pasukan muslim yang kala itu di bawah Walid bin Uqbah," ujar Haekal.
Menurut Haekal, kala ituArmenia lebih luas daripada yang kita kenal sekarang. Al-Balazuri menyebutkan bahwa Armenia terbagi menjadi Armenia Pertama, Armenia Kedua, Armenia Ketiga dan Armenia Keempat, dengan menyebutkan nama-nama kota yang terletak di tiap-tiap daerah itu. Armenia yang terbentang dari Syamsyat di sebelah barat sampai ke Taglib dan Laut Kaspia di sebelah timur.
Tatkala dalam kekhalifahan Umar pihak Muslimin berhasil mengusir Heraklius dari Syam kemudian menaklukkan Antakiah, Hims dan seluruh Syam bagian utara, Khalid bin Walid berangkat ke Armenia dan menyerang Mar'asy,
Hanya saja, pada saat itu Syamsyat dan kota-kota di dekatnya masih berada di bawah kekuasaan Romawi. Dan Khalid bin Walid balik ke Syam dengan membawa hasil rampasan perang dan jarahan tanpa membuat perjanjian keamanan atau jizyah dengan mereka. Khalid kemudian ditempatkan Khalifah Umar di Kinnasrin.
Kesempatan itu dimanfaatkan Romawi. Kerajaan itu mengirimkan pasukan dengan kapal-kapal ke Antakiah lalu memberontak, dan kota-kota Hims, Halab (Aleppo) dan daerah-daerah di utara Syam juga bergolak,
Menanggapi itu, kaum musliminmengerahkan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki ke kawasan itu. Mereka mengepung pasukan Romawi dan berhasil mengusirnya.
Kemudian Iyad bin Ganam menyeberanginya sementara Khalid bin Walid dan anak buahnya menuju Armenia dan meneruskan perjalanan sampai ke Amid dan Ruha.
Dalam perjalanan itu, Khalid berhasil membebaskan beberapa kawasan dan membawa hasil rampasan perang serta membuat orang dalam ketakutan.
Dengan jumlah rampasan yang cukup besar ia kembali ke Kinnasrin. Menurut Haekal, baikKhalid atau Iyad bin Ganam tidak membuat persetujuan keamanan dan jizyah dengan pihak Armenia. Dengan begitu, Armenia tetap lepasdari pihak Muslimin.
Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia
Azerbaijan dan Armenia memberontak tak lama sesudah Utsman bin Affan dilantik sebagai Khalifah. Mereka melihat suatu kesempatan untuk mengadakan pembalasan terhadap Muslimin.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa pasukan Muslimin telah menyerang dan menaklukkan Armenia. Tetapi sumber-sumber itu berbeda dalam hal premisnya dan sepakat mengenai kesimpulannya.
Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia mengatakan, bahwa sesudah Walid bin Uqbah selesai menaklukkan Azerbaijan, Mauqan dan Tailasan, segera mengirim Salman bin Rabi'ah al-Bahili ke Armenia, yang kemudian terjadi pembunuhan, penawanan dan perampasan.
Walid sendiri setelah itu memasuki Mosul dan tinggal di Hudaisah. Balazuri menuturkan bahwa sesudah Utsman dibaiat selaku Khalifah, ia menulis surat kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan dengan perintah supaya ia mengirim Habib bin Maslamah al-Fahri ke Armenia.
Sumber lain menyebut Utsman yang menulis kepada Habib sendiri dengan perintah menyerang Armenia, dan untuk itu Habib menyiapkan 6.000 orang personel. Mereka menyerbu Qaliqala, kemudian mengajak damai dengan ketentuan mereka akan bermigrasi dan membayar jizyah. Setelah itu banyak di antara mereka yang pergi, pindah ke daerah Romawi.
Muhammadi Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebut sejatinya sebelum kekhalifahan Umar bin Khattab , Armenia merupakan negeri merdeka, kemudian pada kurun waktu yang lain dibagi-bagi antara Persia dengan Romawi .
"Letak Armenia berdekatan sekali dengan negeri-negeri yang sudah dibebaskan oleh pasukan muslim yang kala itu di bawah Walid bin Uqbah," ujar Haekal.
Menurut Haekal, kala ituArmenia lebih luas daripada yang kita kenal sekarang. Al-Balazuri menyebutkan bahwa Armenia terbagi menjadi Armenia Pertama, Armenia Kedua, Armenia Ketiga dan Armenia Keempat, dengan menyebutkan nama-nama kota yang terletak di tiap-tiap daerah itu. Armenia yang terbentang dari Syamsyat di sebelah barat sampai ke Taglib dan Laut Kaspia di sebelah timur.
Tatkala dalam kekhalifahan Umar pihak Muslimin berhasil mengusir Heraklius dari Syam kemudian menaklukkan Antakiah, Hims dan seluruh Syam bagian utara, Khalid bin Walid berangkat ke Armenia dan menyerang Mar'asy,
Hanya saja, pada saat itu Syamsyat dan kota-kota di dekatnya masih berada di bawah kekuasaan Romawi. Dan Khalid bin Walid balik ke Syam dengan membawa hasil rampasan perang dan jarahan tanpa membuat perjanjian keamanan atau jizyah dengan mereka. Khalid kemudian ditempatkan Khalifah Umar di Kinnasrin.
Kesempatan itu dimanfaatkan Romawi. Kerajaan itu mengirimkan pasukan dengan kapal-kapal ke Antakiah lalu memberontak, dan kota-kota Hims, Halab (Aleppo) dan daerah-daerah di utara Syam juga bergolak,
Menanggapi itu, kaum musliminmengerahkan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki ke kawasan itu. Mereka mengepung pasukan Romawi dan berhasil mengusirnya.
Kemudian Iyad bin Ganam menyeberanginya sementara Khalid bin Walid dan anak buahnya menuju Armenia dan meneruskan perjalanan sampai ke Amid dan Ruha.
Dalam perjalanan itu, Khalid berhasil membebaskan beberapa kawasan dan membawa hasil rampasan perang serta membuat orang dalam ketakutan.
Dengan jumlah rampasan yang cukup besar ia kembali ke Kinnasrin. Menurut Haekal, baikKhalid atau Iyad bin Ganam tidak membuat persetujuan keamanan dan jizyah dengan pihak Armenia. Dengan begitu, Armenia tetap lepasdari pihak Muslimin.
Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia
Azerbaijan dan Armenia memberontak tak lama sesudah Utsman bin Affan dilantik sebagai Khalifah. Mereka melihat suatu kesempatan untuk mengadakan pembalasan terhadap Muslimin.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa pasukan Muslimin telah menyerang dan menaklukkan Armenia. Tetapi sumber-sumber itu berbeda dalam hal premisnya dan sepakat mengenai kesimpulannya.
Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia mengatakan, bahwa sesudah Walid bin Uqbah selesai menaklukkan Azerbaijan, Mauqan dan Tailasan, segera mengirim Salman bin Rabi'ah al-Bahili ke Armenia, yang kemudian terjadi pembunuhan, penawanan dan perampasan.
Walid sendiri setelah itu memasuki Mosul dan tinggal di Hudaisah. Balazuri menuturkan bahwa sesudah Utsman dibaiat selaku Khalifah, ia menulis surat kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan dengan perintah supaya ia mengirim Habib bin Maslamah al-Fahri ke Armenia.
Sumber lain menyebut Utsman yang menulis kepada Habib sendiri dengan perintah menyerang Armenia, dan untuk itu Habib menyiapkan 6.000 orang personel. Mereka menyerbu Qaliqala, kemudian mengajak damai dengan ketentuan mereka akan bermigrasi dan membayar jizyah. Setelah itu banyak di antara mereka yang pergi, pindah ke daerah Romawi.