Istilah Dajjal Sudah Dikenal sejak 400 Tahun sebelum Al-Qur'an Diturunkan
Rabu, 30 Oktober 2024 - 15:46 WIB
DALAM bahasa Arab , istilah dajjal lazim digunakan untuk menyebut “nabi palsu”. Namun, istilah ad-Dajjal, yang dimaksudkan di sini merujuk pada sosok “pembohong” yang muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat .
Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”.
Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum al-Qur’an diturunkan.
Dalam kamus Lisan al-Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala, artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi? Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya.
Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak. Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.
Dajjal Menurut Hadis
Quraish Sihab mengatakan hadis-hadis tentang dajjal cukup banyak antara lain diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan bangkit kiamat sebelum datang sekitar 30 orang pembohong-pembohong yakni dajjal-dajjal, semua mengaku sebagai Rasul Allah." (HR Attirmidzi dan Annasai melalui Abu Hurairah).
Dajjal yang terbesar adalah yang akan datang menjelang hari kiamat. Pakar Hadis Ibnu Hajar dalam bukunya Fath Albary --berdasar sekian banyak riwayat yang bersumber dari sahabat Nabi Abu Said Alkhudry-- menyebut sekian banyak sifat dan keadaannya, antara lain bahwa dajjal adalah seorang Yahudi, tidak memiliki anak, tidak dapat masuk ke Makkah dan Madinah (HR Muslim), buta sebelah, mata sebelah kirinya berkilau bagaikan bintang kejora. Ia akan bangkit dari timur. Ada riwayat yang menyatakan dari Khurasan ada lagi dari Asfahan yaitu daerah Iran sekarang (HR Muslim).
Pada mulanya dia menampakkan kesalehan, kemudian mengaku Nabi dan terakhir mengaku sebagai Tuhan. Memang menurut riwayat ia memiliki sekian keistimewaan yang dapat mengelabui manusia, tetapi yang menggunakan pikirannya tidak akan terpedaya apalagi mengakuinya sebagai Tuhan atau nabi.
Menurut Quraish, berbeda-beda penilaian ulama tentang riwayat-riwayat menyangkut dajjal ini. Serta makna hadis-hadis Nabi SAW itu.
Kelompok Ahl Sunnah lebih-lebih pakar hadis mengakui adanya apa yang dinamai dajjal dan bahwa ia adalah satu sosok manusia yang menjerumuskan umat Islam, tetapi kelompok Mu'tazilah yang cenderung sangat rasional menolak kebenaran hadis-hadis itu.
Sebagian pemikir kontemporer memahami hadis-hadis yang berbicara tentang dajjal dalam arti kondisi tertentu yang dialami masyarakat. Ada yang memahaminya dalam arti peradaban Barat dewasa ini.
Ujian Pada Masa Penuh Fitnah
Sementara, Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam kitab Sunnah Rasul menyebutkan Dajjal sebagai sosok yang digunakan Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya pada masa penuh fitnah.
Dengan hadirnya Dajjal, orang-orang yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul SAW akan tampak. Begitu pula, siapa pun yang munafik atau kafir akan jelas. Mereka berbondong-bondong menjadi pengikut Dajjal.
Sebagaimana diceritakan dalam hadis, di antara kemahiran tipu daya Dajjal ialah kemampuannya menyulap' kebenaran dengan kebatilan. Begitu pula sebaliknya. Dajjal disebutkan keluar membawa air dan api.
Nabi SAW bersabda, Sungguh, aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Salah satunya secara kasat mata berupa air putih, dan yang lainnya secara kasat mata berupa api yang bergejolak.
Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”.
Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum al-Qur’an diturunkan.
Dalam kamus Lisan al-Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala, artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi? Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya.
Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak. Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.
Dajjal Menurut Hadis
Quraish Sihab mengatakan hadis-hadis tentang dajjal cukup banyak antara lain diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan bangkit kiamat sebelum datang sekitar 30 orang pembohong-pembohong yakni dajjal-dajjal, semua mengaku sebagai Rasul Allah." (HR Attirmidzi dan Annasai melalui Abu Hurairah).
Dajjal yang terbesar adalah yang akan datang menjelang hari kiamat. Pakar Hadis Ibnu Hajar dalam bukunya Fath Albary --berdasar sekian banyak riwayat yang bersumber dari sahabat Nabi Abu Said Alkhudry-- menyebut sekian banyak sifat dan keadaannya, antara lain bahwa dajjal adalah seorang Yahudi, tidak memiliki anak, tidak dapat masuk ke Makkah dan Madinah (HR Muslim), buta sebelah, mata sebelah kirinya berkilau bagaikan bintang kejora. Ia akan bangkit dari timur. Ada riwayat yang menyatakan dari Khurasan ada lagi dari Asfahan yaitu daerah Iran sekarang (HR Muslim).
Pada mulanya dia menampakkan kesalehan, kemudian mengaku Nabi dan terakhir mengaku sebagai Tuhan. Memang menurut riwayat ia memiliki sekian keistimewaan yang dapat mengelabui manusia, tetapi yang menggunakan pikirannya tidak akan terpedaya apalagi mengakuinya sebagai Tuhan atau nabi.
Menurut Quraish, berbeda-beda penilaian ulama tentang riwayat-riwayat menyangkut dajjal ini. Serta makna hadis-hadis Nabi SAW itu.
Kelompok Ahl Sunnah lebih-lebih pakar hadis mengakui adanya apa yang dinamai dajjal dan bahwa ia adalah satu sosok manusia yang menjerumuskan umat Islam, tetapi kelompok Mu'tazilah yang cenderung sangat rasional menolak kebenaran hadis-hadis itu.
Sebagian pemikir kontemporer memahami hadis-hadis yang berbicara tentang dajjal dalam arti kondisi tertentu yang dialami masyarakat. Ada yang memahaminya dalam arti peradaban Barat dewasa ini.
Ujian Pada Masa Penuh Fitnah
Sementara, Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam kitab Sunnah Rasul menyebutkan Dajjal sebagai sosok yang digunakan Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-Nya pada masa penuh fitnah.
Dengan hadirnya Dajjal, orang-orang yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul SAW akan tampak. Begitu pula, siapa pun yang munafik atau kafir akan jelas. Mereka berbondong-bondong menjadi pengikut Dajjal.
Sebagaimana diceritakan dalam hadis, di antara kemahiran tipu daya Dajjal ialah kemampuannya menyulap' kebenaran dengan kebatilan. Begitu pula sebaliknya. Dajjal disebutkan keluar membawa air dan api.
Nabi SAW bersabda, Sungguh, aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Salah satunya secara kasat mata berupa air putih, dan yang lainnya secara kasat mata berupa api yang bergejolak.
Lihat Juga :