Hikmah Isra Mikraj : Antara Hadiah Allah dan Murka Allah

Rabu, 29 Januari 2025 - 17:01 WIB
Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institut Foto dok Dehils Institut
Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institut

SETIAP hari, umat Muslim di seluruh dunia melantunkan Surah Al-Fatihah dalam salatnya. Setidaknya tujuh belas kali sehari, mereka memohon kepada Allah dengan kalimat-kalimat agung yang tersimpan di dalamnya. Di antara ayat-ayat tersebut, tiga ayat terakhir memuat doa yang tulus:

"Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat."

Doa ini menjadi pengingat mendalam tentang pentingnya tetap berada di jalan yang benar. Dalam setiap pengulangan, hati seorang Muslim diajak untuk merenung, bahwa jalan lurus adalah jalan yang penuh karunia pengetahuan, seperti para nabi dan orang-orang shaleh. Sebaliknya, jalan yang salah adalah jalan yang penuh murka dan kesesatan, yang ujungnya berakhir dalam kehancuran.

Konteks doa ini semakin bermakna jika dikaitkan dengan peristiwa besar dalam sejarah Islam, yaitu Isra Mikraj . Dalam perjalanan ini, Rasulullah ﷺ diberikan kesempatan luar biasa untuk menyaksikan surga dan neraka, dari lapisan tertinggi hingga yang paling dasar. Pengalaman ini bukan hanya menjadi mukjizat, tetapi juga pelajaran mendalam tentang esensi jalan lurus yang dimohonkan dalam Surah Al-Fatihah.

Surga Ada Hadiah Kebahagiaan yang Menggetarkan

Ketika Rasulullah ﷺ tiba di surga, pandangannya dipenuhi oleh keindahan yang tak terlukiskan. Beliau melihat pemandangan yang penuh cahaya, kebahagiaan yang melingkupi para penghuninya, dan kenikmatan abadi yang telah disediakan Allah SWT. Dalam momen ini, Rasulullah ﷺ terus mengucapkan kalimat tasbih dan tahmid: Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah. Wajah beliau berseri-seri, tersenyum dengan penuh rasa syukur.

Surga adalah tempat bagi mereka yang meniti jalan lurus, jalan yang penuh dengan rahmat dan nikmat Allah. Mereka adalah orang-orang yang dengan kesungguhan hati menjaga ketaatan dan istiqamah, sehingga layak menerima hadiah agung dari Rabb mereka.

Neraka adalah Murka Allah yang Mengerikan

Namun, perjalanan Rasulullah ﷺ tidak berhenti di surga. Beliau juga diperlihatkan neraka, tempat pembalasan bagi mereka yang berpaling dari jalan kebenaran. Ketika menyaksikan lapisan-lapisan neraka, dari yang tertinggi hingga yang paling dasar, Rasulullah ﷺ terus-menerus beristighfar: Masya Allah, Astaghfirullahal Adzim, Astaghfirullah wa Atubu Ilaih.

Ketika tiba di neraka Jahannam, lapisan yang paling dasar, tubuh Rasulullah ﷺ bergetar. Wajahnya dipenuhi kesedihan, dan air matanya mengalir deras. Beliau menangis, memohon ampun kepada Allah SWT, dan bertanya dengan penuh rasa takut, "Ya Allah, untuk siapa neraka Jahannam ini diperuntukkan?"

Pertanyaan ini diulang-ulang oleh Rasulullah ﷺ, namun malaikat yang mengantarkan beliau hanya diam. Akhirnya, atas perintah Allah SWT, malaikat itu menjawab, "Wahai Kekasih Allah, ini diperuntukkan bagi umatmu."

Umat Muhammad dan Murka Allah

Mengapa umat Muhammad ﷺ? Karena umat ini adalah umat yang paling mengetahui kebenaran. Melalui Rasulullah ﷺ, umat ini telah diberikan wahyu, petunjuk, dan jalan yang lurus. Namun, di antara umat ini pula, ada yang memilih menentang kebenaran yang telah mereka ketahui.

Inilah esensi "orang-orang yang dimurkai" sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Fatihah. Murka Allah SWT tidak diarahkan kepada mereka yang melanggar karena ketidaktahuan, melainkan kepada mereka yang dengan sengaja melawan kebenaran setelah mengetahuinya. Sebagaimana seseorang tidak akan marah kepada orang yang tidak tahu aturan, tetapi wajar jika murka diarahkan kepada mereka yang melanggar aturan dengan penuh kesadaran.

Oleh sebab itu, doa dalam Surah Al-Fatihah adalah pengingat yang sangat penting: manusia, bahkan yang telah diberi petunjuk sekalipun, masih mungkin tergelincir. Murka Allah adalah akibat dari kesengajaan berpaling setelah memahami kebenaran, dan dampaknya sangat dahsyat.

Pelajaran dari Isra Mikraj

Perjalanan Rasulullah ﷺ dalam Isra Mikraj adalah pelajaran tentang keagungan jalan yang lurus dan kehancuran bagi mereka yang berpaling darinya. Surga adalah balasan bagi mereka yang taat, sedangkan neraka adalah azab bagi mereka yang menentang dengan kesadaran penuh.

Sebagai umat Muhammad ﷺ, kita terus memohon agar tetap berada di jalan lurus. Kita memohon agar hati kita tidak menyimpang setelah diberi petunjuk, karena kita tahu bahwa konsekuensi dari penyimpangan itu sangat berat. Sebagaimana Rasulullah ﷺ menangis menyaksikan neraka Jahannam, kita pun harus merasakan ketakutan yang sama, karena murka Allah bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan.

Memohon Petunjuk, Menjauhi Murka

Setiap kali kita membaca Surah Al-Fatihah, kita sedang merendahkan diri di hadapan Allah SWT, memohon agar tetap berada di jalan yang benar. Kita menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, yang mudah tergoda untuk melenceng dari kebenaran, bahkan setelah memahami petunjuk-Nya.

Kisah tentang neraka Jahannam dan murka Allah adalah peringatan bahwa keimanan harus dijaga dengan kesungguhan hati. Sebab, murka Allah adalah balasan bagi mereka yang melanggar dengan pengetahuan, bukan karena ketidaktahuan. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang diberi nikmat, dijauhkan dari murka, dan selamat dari kesesatan. Astaghfirullah wa Atubu Ilaih.

Baca Juga: Perjalanan Agung Isra Mikraj, Tanda-tanda Kebesaran Allah SWT
(wid)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَعِنۡدَهٗ مَفَاتِحُ الۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ‌ؕ وَيَعۡلَمُ مَا فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ‌ؕ وَمَا تَسۡقُطُ مِنۡ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِىۡ ظُلُمٰتِ الۡاَرۡضِ وَلَا رَطۡبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِىۡ كِتٰبٍ مُّبِيۡنٍ
Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya, tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

(QS. Al-An'am Ayat 59)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More