Imajinasi atau Nyata: Al-Khidir dan Nabi Ilyas AS Masih Hidup?
Sabtu, 05 September 2020 - 05:00 WIB
DALAM dunia tasawuf , dipercaya bahwa Nabi Khidir atau Al-Khidir masih hidup hingga sekarang. Demikian pula Nabi Ilyas AS. Keduanya dikisahkan dikaruniai usia panjang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT).
Dalam kisah-kisah hikmah , Nabi Khidir kerap menyerupai seorang papa. Dimaksudkan untuk menguji naluri kemanusiaan seseorang akan kehadiran makhluk Allah SWT. (Baca Juga: Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Yuk Ambil Hikmahnya!
Benarkah Al-Khidir masih hidup sampai saat ini? Lalu, siapakah Al-Khidir itu? Apakah ia seorang Nabi atau wali?
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa Qardhawi menjelaskan Al-Khidir adalah hamba yang saleh dan disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam Surat Al-Kahfi, yaitu sebagai teman Nabi Musa AS . (Baca Juga: Misteri Khidir, Penakluk Musa
Sebagian orang berkata tentang Al-Khidir: Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Nabi Isa , kemudian zaman Nabi Muhammad SAW , ia sekarang masih hidup, dan akan hidup hingga Kiamat .
Ditulis orang kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah (pakaian) kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan. ( )
Salah satu kisah terjadi di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Alkisah, suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang duduk di dalam masjid Madinah. Ketika itu tampak dua orang yang berpenampilan bersih dan rupa yang tampan datang menghampiri. Mereka memberi Salaam.
“Dari mana kalian berasal?” tanya Nabi.
"Kami berasal dari masa yang sudah lama berlalu,” jawab mereka. “Sudah lama kami menyembah Allah dan kami telah mendengar untaian kata-kata yang lebih indah dari segala kata yang pernah ada. Dari seluruh Kitab Allah yang ada, untaian kata-kata ini disebutkan sebagai yang terindah, dan untaian kata-kata ini hanya akan muncul di akhir zaman, di dalam Kitab yang paling akhir muncul (yakni Al-Qur’an Karim , red.).
Jadi kami kemudian beribadah selama seribu tahun hingga Allah bertanya kepada kami berdua karunia apa yang bisa diberikan-Nya kepada kami.
Baca juga: Kisah Nabi Isa dan Pencuri yang Bersumpah Atas Nama Allah
Kami memohon agar bisa mendengar untaian kata-kata indah itu, yakni surah Al-Faatihah.”
Allah tidak menjawab mereka. Lalu mereka berdua kembali berdoa selama seribu tahun.
Baru Allah menjawab mereka. Dia berkata, “Surah ini hanya Ku-peruntukkan bagi Kekasih-Ku tercinta Muhammad SAW dan umatnya.”
Kedua lelaki itu berdoa selama seribu tahun lagi hingga Allah kembali bertanya kepada mereka karunia apa yang bisa Dia berikan kepada mereka. Mereka menjawab, “Karena kami tak bisa dikaruniai Al-Faatihah mohon agar ijinkan kami berdua hidup berusia panjang agar bisa menjadi bagian dari umat Beliau SAW, menyalami Beliau SAW, dan mendengar pembacaan surah Al-Faatihah, walau hanya sekali saja. Sehingga kami kemudian wafat dalam keadaan puas/ridha.”
Kedua lelaki ini disebutnya sebagai Al-Khidir dan Nabi Ilyas Alaihi Salam (AS).
Mereka kemudian ber-Syahadah kepada Nabi SAW yang dengannya mereka merasa puas. Mereka tidak lagi menjadi Nabi tapi “hanyalah” bagian dari Umat Muhammad SAW. Mereka memohon agar Nabi SAW berkenan membacakan Al-Faatihah untuk mereka. Beliau SAW kemudian membacakan surah Al-Faatihah untuk mereka berdua dan kemudian mereka berdua membacanya bersama Beliau SAW. Lalu mereka semua bersama-sama mengucapkan “Amiin” yang artinya “Duhai Allah, mohon terimalah doa kami…”
Dusta
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyatakan sama sekali tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih hidup - sebagaimana anggapan sementara orang- tetapi sebaliknya, ada dalil-dalil dari Al-Qur'an, Sunnah, akal dan ijma, di antara para ulama dari ummat ini bahwa Al-Khidir sudah tiada.
Selanjutnya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengutip keterangan dari kitab Al-Manaarul Muniif fil-Haditsish-Shahih wadl-Dla'if karangan Ibnul Qayyim.
Dalam kisah-kisah hikmah , Nabi Khidir kerap menyerupai seorang papa. Dimaksudkan untuk menguji naluri kemanusiaan seseorang akan kehadiran makhluk Allah SWT. (Baca Juga: Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Yuk Ambil Hikmahnya!
Benarkah Al-Khidir masih hidup sampai saat ini? Lalu, siapakah Al-Khidir itu? Apakah ia seorang Nabi atau wali?
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam Fatawa Qardhawi menjelaskan Al-Khidir adalah hamba yang saleh dan disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam Surat Al-Kahfi, yaitu sebagai teman Nabi Musa AS . (Baca Juga: Misteri Khidir, Penakluk Musa
Sebagian orang berkata tentang Al-Khidir: Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Nabi Isa , kemudian zaman Nabi Muhammad SAW , ia sekarang masih hidup, dan akan hidup hingga Kiamat .
Ditulis orang kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah (pakaian) kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan. ( )
Salah satu kisah terjadi di zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW). Alkisah, suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang duduk di dalam masjid Madinah. Ketika itu tampak dua orang yang berpenampilan bersih dan rupa yang tampan datang menghampiri. Mereka memberi Salaam.
“Dari mana kalian berasal?” tanya Nabi.
"Kami berasal dari masa yang sudah lama berlalu,” jawab mereka. “Sudah lama kami menyembah Allah dan kami telah mendengar untaian kata-kata yang lebih indah dari segala kata yang pernah ada. Dari seluruh Kitab Allah yang ada, untaian kata-kata ini disebutkan sebagai yang terindah, dan untaian kata-kata ini hanya akan muncul di akhir zaman, di dalam Kitab yang paling akhir muncul (yakni Al-Qur’an Karim , red.).
Jadi kami kemudian beribadah selama seribu tahun hingga Allah bertanya kepada kami berdua karunia apa yang bisa diberikan-Nya kepada kami.
Baca juga: Kisah Nabi Isa dan Pencuri yang Bersumpah Atas Nama Allah
Kami memohon agar bisa mendengar untaian kata-kata indah itu, yakni surah Al-Faatihah.”
Allah tidak menjawab mereka. Lalu mereka berdua kembali berdoa selama seribu tahun.
Baru Allah menjawab mereka. Dia berkata, “Surah ini hanya Ku-peruntukkan bagi Kekasih-Ku tercinta Muhammad SAW dan umatnya.”
Kedua lelaki itu berdoa selama seribu tahun lagi hingga Allah kembali bertanya kepada mereka karunia apa yang bisa Dia berikan kepada mereka. Mereka menjawab, “Karena kami tak bisa dikaruniai Al-Faatihah mohon agar ijinkan kami berdua hidup berusia panjang agar bisa menjadi bagian dari umat Beliau SAW, menyalami Beliau SAW, dan mendengar pembacaan surah Al-Faatihah, walau hanya sekali saja. Sehingga kami kemudian wafat dalam keadaan puas/ridha.”
Kedua lelaki ini disebutnya sebagai Al-Khidir dan Nabi Ilyas Alaihi Salam (AS).
Mereka kemudian ber-Syahadah kepada Nabi SAW yang dengannya mereka merasa puas. Mereka tidak lagi menjadi Nabi tapi “hanyalah” bagian dari Umat Muhammad SAW. Mereka memohon agar Nabi SAW berkenan membacakan Al-Faatihah untuk mereka. Beliau SAW kemudian membacakan surah Al-Faatihah untuk mereka berdua dan kemudian mereka berdua membacanya bersama Beliau SAW. Lalu mereka semua bersama-sama mengucapkan “Amiin” yang artinya “Duhai Allah, mohon terimalah doa kami…”
Dusta
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyatakan sama sekali tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih hidup - sebagaimana anggapan sementara orang- tetapi sebaliknya, ada dalil-dalil dari Al-Qur'an, Sunnah, akal dan ijma, di antara para ulama dari ummat ini bahwa Al-Khidir sudah tiada.
Selanjutnya Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengutip keterangan dari kitab Al-Manaarul Muniif fil-Haditsish-Shahih wadl-Dla'if karangan Ibnul Qayyim.