Menjaga 7 Anggota Tubuh Saat Puasa, Menurut Al-Muhasibi

Minggu, 03 Mei 2020 - 15:03 WIB
Hati merupakan bagian terpenting dari jasad. Ilustrasi/Ist
SEORANG sufi berpengaruh, Al-Harits al-Muhasibi (wafat 243 H), dalam kitabnya Risalah al-Mustarsyidin mengemukakan bahwa ada tujuh anggota badan yang patut dijaga, terlebih ketika Ramadhan. Anggota tubuh itu adalah hati, lisan (lidah), mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), kedua tangan dan kedua kaki.

Tindakan menahan anggota tubuh, dapat diimplementasikan dengan cara menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Oleh karena itu, Imam al-Muhasibi mengupas apa saja yang perlu kita jaga.

Pertama, menjaga hati. Kewajiban hati setelah beriman kepada Allah adalah ikhlas mengamalkan perintah-Nya. Semata-mata karena Allah, berbaik sangka kompilasi tertimpa segala kesulitan, percaya kepada Allah, takut akan azab Allah, dan mengharap keutamaan Allah.

Hati merupakan bagian terpenting dari jasad. Jika hati baik maka baiklah seluruh jasad ini, begitu pula sebaliknya. Dalam hadis: “Ketahuilah bahwa di dalam diri ini ada segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika buruk, maka buruklah seluruh tubuh; itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, menjaga lisan. Keselamatan manusia terletak pada lisannya. Karenanya, lisan merupakan komunikasi verbal yang sangat tajam. Seperti pisau bermata dua dapat berkata secara jujur, tidak dusta, perkataan yang bermanfaat namun juga sebaliknya, dapat berkata dusta, bohong tidak tepat janji.



Jika kita berhasil membebaskan diri kita dari lisan/lidah, maka Rasulullah-lah yang akan menjamin kita di Surga nanti.

Dapat diterima dalam hadis:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (lisan) dan yang ada di antara dua persetujuan (aku) maka aku akan menyediakan surga yang ada.” (HR. Al-Bukhari)

Ketiga, menjaga mata (pandangan). Islam memerintahkan untuk menundukkan pandangan, dalam artian, manjaga apa yang tidak boleh dilihat aurot wanita, misalnya. Maka hal itu mesti kita hindari. Sahabat Hudzaifah ra meriwayatkan hadits dari Nabi saw: “Pemandangan itu adalah panah di antara panah iblis, siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah mendatangkan lawan keimanan, yang ia dapatkan manisnya dalam pertempuran.” (HR ath-Thabrani dan al-Hakim). Dua mata berzina, dan zinanya adalah pandangan (HR Bukhari)

Keempat, menjaga telinga. Segala sesuatu yang tidak boleh untuk dibaca dan dilihat, begitu juga diharamkan untuk didengar.

Imam al-Muhasibiah menyatakan, bahwa tidak ada anggota tubuh setelah lisan, yang lebih memperhatikan dari telinga atau pendengaran, karena hasil pendengaran adalah sesuatu yang lebih cepat mencapai hati.

Dari Ibn Abbas, Nabi bersabda; “Barangsiapa yang menguping pembicaraan suatu kaum, sementara mereka membenci hal itu atau lari darinya (agar tidak didengar orang lain), niscaya akan dituangkan timah panas ke telinganya di hari kiamat.” (HR Bukhari)

Kelima, menjaga indra penciuman. Seperti halnya yang tersebut di atas. Indra penciuman, hanya bisa difungsikan kepada hal-hal yang hak. Bukan batil.

Telah diceritakan, suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz diberi sebotol minyak misik. Kemudian ia menutup hidungnya, dan berkata, “Apakah ia bermanfaat, kecuali hanya wanginya saja.”

Keenam dan ketujuh, adalah menjaga kedua tangan dan kaki. Kewajiban tangan dan kaki mengambil dan melangkah kepada barang atau jalur yang benar menurut syariat. Tangan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, kaki tidak melangkah ke tempat sesuatu yang tidak baik, seperti tempat maksiat dan seterusnya. Menjadi penting untuk memastikan tempat yang kita tuju itu baik. Penuh dengan manfaat dan keberkahan. Seperti masjid dan majelis-majelis ilmu.

Nabi bersabda; “Setiap langkah menuju tempat salat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus kejelekan.” (HR. Ahmad).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Hadits of The Day
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Allah 'azza wajalla telah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.  Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'  Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya.

(HR. Muslim No. 1944)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More