Setelah 500 Tahun Berpisah, Adam dan Hawa Berjumpa di Arafah
Rabu, 06 Mei 2020 - 02:56 WIB
Kisah berikut dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”. (
)
Ats-Tsa’labi mengatakan, “Kemudian Allah mewahyukan kepada Adam, ‘Pindahlah dari negeri Hindi (India) ke Mekkah; thawaf-lah di sekitar tempat Baitullah dan mintalah pengampunan dari-Ku, tentu Aku akan mengampuni kesalahanmu.’”
Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala menurunkan yakut merah dari surga; besarnya sebesar Ka’bah. Jatuhnya di tempat batu karang putih yang menjadi sumber memanjangnya bumi. Di dalamnya ada lilin-lilin yang menyinarkan cahaya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat kepada Adam untuk menuntun dan menunjukkan ke jalan menuju Makkah; bersamaan dengan itu, untuknya Dia menurunkan tongkat dari pohon kayu As, salah satu jenis pepohonan di surga yang panjangnya 20 siku.
Adam berjalan dan bumi dilipatkan untuknya. Setiap tempat yang terinjak oleh kakinya menjadi sebuah kampung. Dan setelah Adam memasuki Makkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut. Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali tanpa memakai penutup kepala dan bertelanjang. Itulah sunnahnya ibadah haji. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya. Thawafnya menjadi pelebur dosa. Dalam makna ini ada sebuah syair:
Kehinaan untuk Iblis;
Sungguh, kami telah memperoleh pembebeasan dari-Nya.
Dan di dalam thawaf kami
terdapat marabahaya yang akan menimpanya.
Rasulullah saw bersabda, Iblis terlaknat berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-hamba-Mu itu mengherankan. Mereka mencintai-Mu dan bermaksiat kepada-Mu; mereka benci kepadaku dan menaatiku.”
Maka Allah berfirman kepadanya, “Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, pasti Aku jadikan kecintaan mereka terhadap-Ku sebagai pelebur ketaatan terhadapmu, dan kebencian mereka terhadapmu sebagai pelebur kemasiatan terhadap-Ku.”
Setelah Adam bertobat, dia disuruh Allah untuk pergi ke Arafah. Adam pun pergi ke Arafah dan berdiam di sana. Tiba-tiba Hawa berjalan ke arah Adam. Mereka berkumpul di gunung tersebut. Sejak saat itu, diam (wuquf) di gunung tersebut dijadikan salah satu bagian dari ritus ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena Adam dan Hawa saling kenal di tempat itu. Kemudian Adam tinggal sebentar di Mekkah, dan kemudian pergi ke tanah Hindi (India) bersama Hawa.
Menurut sebuah riwayat, perpisahan antara Adam dan Hawa terjadi selama 500 tahun. Diriwayatkan, setelah Adam terusir dari surga, dia memakai penutup dengan daun surga. Setelah tinggal di bumi, daun tersebut mengering dan bertebaran di atas bumi. Jadi, semua wewangian yang ada di tanah Hindi (India) penyebabnya adalah tebaran daun tersebut.
Diriwayatkan bahwa Allah menurunkan kepada Adam delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Dia disuruh untuk minum dari susu-susunya dan membuat pakaian dari bulu-bulunya.
Adam dan Hawa menangis atas nikmat surga yang hilang, sampai dari air mata mereka tumbuh Himmas (nama tumbuhan, chick pea-Inggris) dan Ful (tanaman kacang Brul).
Diriwayatkan bahwa Adam as mengadu kepada Allah. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku tidak tahu waktu-waktu untuk beribadah.”
Atas pengaduan ini, Allah menurunkan sebuah ayam jantan sebesar kerbau yang besar, warnanya putih. Apabila ayam tersebut mendengar para malaikat bertasbih di langit, maka ia bertasbih di bumi. Dari tasbih ayam jantan itu, Adam tahu bahwa itulah waktu-waktu ibadah.
Selanjutnya, Adam menanam pepohonan, menggali sumur, dan membuat rumah. Lalu Allah menurunkan 21 sahifah (lembaran) yang memuat keterangan haramnya bangkai, darah, daging babi, dan lain sebagainya.
Bersamaan dengan itu, diturunkan juga huruf-huruf hijaiyah (alfabet) yang berjumlah 29. Huruf-huruf tersebut dipelajari oleh Adam agar bisa membaca shuhuf (lembaran-lembaran). Tidak ada satu pun yang mampu menambah satu huruf pun ke dalam shuhuf tersebut. Sebab, hukum Tuhan itu pasti dan sempurna.
Ats-Tsa’labi mengatakan, setelah Hawa mengandung benih dari Adam, pada suatu waktu janin yang ada dalam perutnya bergerak-gerak. Hawa kaget dan berkata, “Lewat mana keluarnya yang bergerak-gerak ini dari perutku?” Tatkala datang waktunya melahirkan, Hawa melahirkan dua anak (kembar); laki-laki dan perempuan. Kemudian yang laki-laki diberi nama Habil dan yang wanita diberi nama Layutsa. Ketika masa melahirkan telah habis dan Hawa telah suci kembali, Adam ingin bersenggama lagi, tetapi Hawa menolak karena dia telah tahu sakitnya melahirkan. Ada terus-menerus membujuknya hingga dia bisa melakukannya.
Menurut sebuah riwayat, Hawa menolak melakukan senggama padahal dia menginginkannya karena dia merasa takut terhadap urusan melahirkan.
Ats-Tsa’labi mengatakan, “Kemudian Allah mewahyukan kepada Adam, ‘Pindahlah dari negeri Hindi (India) ke Mekkah; thawaf-lah di sekitar tempat Baitullah dan mintalah pengampunan dari-Ku, tentu Aku akan mengampuni kesalahanmu.’”
Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala menurunkan yakut merah dari surga; besarnya sebesar Ka’bah. Jatuhnya di tempat batu karang putih yang menjadi sumber memanjangnya bumi. Di dalamnya ada lilin-lilin yang menyinarkan cahaya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat kepada Adam untuk menuntun dan menunjukkan ke jalan menuju Makkah; bersamaan dengan itu, untuknya Dia menurunkan tongkat dari pohon kayu As, salah satu jenis pepohonan di surga yang panjangnya 20 siku.
Adam berjalan dan bumi dilipatkan untuknya. Setiap tempat yang terinjak oleh kakinya menjadi sebuah kampung. Dan setelah Adam memasuki Makkah, Allah mewahyukan kepadanya untuk thawaf di tempat yang akan menjadi Baitullah tersebut. Dia mengerjakan thawaf sebanyak 7 kali tanpa memakai penutup kepala dan bertelanjang. Itulah sunnahnya ibadah haji. Setelah Adam mengerjakan itu, Allah mengampuni kesalahannya dan menerima tobatnya. Thawafnya menjadi pelebur dosa. Dalam makna ini ada sebuah syair:
Kehinaan untuk Iblis;
Sungguh, kami telah memperoleh pembebeasan dari-Nya.
Dan di dalam thawaf kami
terdapat marabahaya yang akan menimpanya.
Rasulullah saw bersabda, Iblis terlaknat berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-hamba-Mu itu mengherankan. Mereka mencintai-Mu dan bermaksiat kepada-Mu; mereka benci kepadaku dan menaatiku.”
Maka Allah berfirman kepadanya, “Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, pasti Aku jadikan kecintaan mereka terhadap-Ku sebagai pelebur ketaatan terhadapmu, dan kebencian mereka terhadapmu sebagai pelebur kemasiatan terhadap-Ku.”
Setelah Adam bertobat, dia disuruh Allah untuk pergi ke Arafah. Adam pun pergi ke Arafah dan berdiam di sana. Tiba-tiba Hawa berjalan ke arah Adam. Mereka berkumpul di gunung tersebut. Sejak saat itu, diam (wuquf) di gunung tersebut dijadikan salah satu bagian dari ritus ibadah. Tempat tersebut diberi nama Arafah karena Adam dan Hawa saling kenal di tempat itu. Kemudian Adam tinggal sebentar di Mekkah, dan kemudian pergi ke tanah Hindi (India) bersama Hawa.
Menurut sebuah riwayat, perpisahan antara Adam dan Hawa terjadi selama 500 tahun. Diriwayatkan, setelah Adam terusir dari surga, dia memakai penutup dengan daun surga. Setelah tinggal di bumi, daun tersebut mengering dan bertebaran di atas bumi. Jadi, semua wewangian yang ada di tanah Hindi (India) penyebabnya adalah tebaran daun tersebut.
Diriwayatkan bahwa Allah menurunkan kepada Adam delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Dia disuruh untuk minum dari susu-susunya dan membuat pakaian dari bulu-bulunya.
Adam dan Hawa menangis atas nikmat surga yang hilang, sampai dari air mata mereka tumbuh Himmas (nama tumbuhan, chick pea-Inggris) dan Ful (tanaman kacang Brul).
Diriwayatkan bahwa Adam as mengadu kepada Allah. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku tidak tahu waktu-waktu untuk beribadah.”
Atas pengaduan ini, Allah menurunkan sebuah ayam jantan sebesar kerbau yang besar, warnanya putih. Apabila ayam tersebut mendengar para malaikat bertasbih di langit, maka ia bertasbih di bumi. Dari tasbih ayam jantan itu, Adam tahu bahwa itulah waktu-waktu ibadah.
Selanjutnya, Adam menanam pepohonan, menggali sumur, dan membuat rumah. Lalu Allah menurunkan 21 sahifah (lembaran) yang memuat keterangan haramnya bangkai, darah, daging babi, dan lain sebagainya.
Bersamaan dengan itu, diturunkan juga huruf-huruf hijaiyah (alfabet) yang berjumlah 29. Huruf-huruf tersebut dipelajari oleh Adam agar bisa membaca shuhuf (lembaran-lembaran). Tidak ada satu pun yang mampu menambah satu huruf pun ke dalam shuhuf tersebut. Sebab, hukum Tuhan itu pasti dan sempurna.
Ats-Tsa’labi mengatakan, setelah Hawa mengandung benih dari Adam, pada suatu waktu janin yang ada dalam perutnya bergerak-gerak. Hawa kaget dan berkata, “Lewat mana keluarnya yang bergerak-gerak ini dari perutku?” Tatkala datang waktunya melahirkan, Hawa melahirkan dua anak (kembar); laki-laki dan perempuan. Kemudian yang laki-laki diberi nama Habil dan yang wanita diberi nama Layutsa. Ketika masa melahirkan telah habis dan Hawa telah suci kembali, Adam ingin bersenggama lagi, tetapi Hawa menolak karena dia telah tahu sakitnya melahirkan. Ada terus-menerus membujuknya hingga dia bisa melakukannya.
Menurut sebuah riwayat, Hawa menolak melakukan senggama padahal dia menginginkannya karena dia merasa takut terhadap urusan melahirkan.
Lihat Juga :