Ini yang Membuat Sayyidah Khadijah Jatuh Cinta pada Nabi Muhammad

Kamis, 12 November 2020 - 15:01 WIB
Salah satu keutamaan Sayyidah Khadijah adalah beliau orang pertama memeluk Islam setelah baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Foto ilustrasi/Ist
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu'anha terkenal dengan kecantikannya, kecerdasannya, akalnya yang luar biasa. Beliau adalah perempuan terpandang di Makkah, kaya raya, dan pedagang sukses. Beliaulah orang yang membenarkan Nabi di saat orang-orang mendustakan Nabi.

Salah satu keutamaan Sayyidah Khadijah adalah beliau orang pertama memeluk Islam setelah baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Kemudian Allah Ta'ala mengaruniai putra-putri kepada Nabi bukan dari istri yang lain, melainkan dari Sayyidah Khadijah . ( )

Sayyidah Khadijah menjadi pedagang sukses sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi. Ketika itu beliau menjadi perempuan terkaya di Makkah. Orang-orang Makkah mengambil barang kepada beliau untuk diputar (dijual) di Syam. Kalau zaman sekarang kita menyebutnya sebagai produsen.

"Ingat dari sini kita bisa ambil pelajaran. Islam tidak pernah melarang seorang perempuan untuk berdagang atau berkarier. Islam itu luas dan luwes," kata Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan saat mengkaji Kitab Aqidah Al-'Awaam Karya As-Sayyid Ahmad bin Ramadhan Al Marzuqi Al Hasani di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang, Rabu (11/11/2020).

Bagaimana kisah cinta beliau kepada pemuda jujur bernama Muhammad ? Suatu hari Sayyidah Khadijah mendengar sosok seorang pemuda yang jujur dan dikenal sangat amanah. Kemudian beliau mengamanahkan barangnya untuk dijual oleh Muhammad.



Sayyidah Khadijah mengutus Maisarah, seorang budak miliknya untuk mendampingi Muhammad berdagang ke Syam. Tugasnya hanya memantau dan mengingat. Dalam perniagaan itu, Muhammad sukses menjual dagangan Khadijah. Beliau benar-benar amanah sehingga disukai banyak pembeli dibanding pedagang Makkah yang lain.

"Barang yang bagus dibilang bagus, yang cacat disebut cacat. Beliau benar-benar jujur," terang Habib yang juga pengasuh Ponpes Al-Hawthah Al-Jindaniyah itu.

Ketika kembali ke Makkah, Muhammad pulang dengan membawa keuntungan yang banyak. Hasil keuntungannya semuanya diserahkan kepada Khadijah. Muhammad sama sekali tidak mengambil apapun.

Singkat cerita, Khadijah bertanya kepada Maisarah, "Apa yang kamu lihat?" Maisyarah berkata bahwa Muhammad orang yang sangat baik dan jujur. Ia menyaksikan banyak mukjizat. Di antaranya pertemuan dengan seorang pendeta bernama Buhaira (Bahira) yang bersaksi atas tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad . Kemudian awan yang menggumpal menaungi Muhammad sehingga beliau tidak merasakan panas ketika dalam perjalanan.

Mendengar itu, Khadijah semakin menaruh perhatian kepada Muhammad. Semenjak itu timbullah rasa kagum dan benih-benih cinta Sayyidah Khadijah kepada beliau.

Dalam Buku "Kisah Empat Perempuan Mulia yang Dipuji Allah Ta'ala" diceritakan, ketika rombongan kafilah melewati rumahnya, Khadijah mencari-cari pemuda itu. Khadijah melihat pemuda itu paling bersinar di antara banyaknya kerumunan orang. Seketika, hati Khadijah berdebar-debar. Cahaya yang terpancar dari pemuda itu membawa ketenangan dan keteduhan bagi hatinya. Khadijah akhirnya menyadari bahwa ia telah jatuh hati pada pemuda tersebut. Sayyidah Khadijah begitu memendam perasaannya.

Tak lama kemudian, Khadijah mengirim utusan untuk melamar Nabi Muhammad . Subhanallah, sebelumnya banyak laki-laki yang melamar Khadijah, semuanya ditolak. Namun, untuk pemuda yang satu ini justru Khadijah yang jatuh cinta dan semakin mantap untuk melamarnya. Dan akhirnya Nabi menerima lamaran tersebut. Saat itu usia Sayyidah Khadijah 40 tahun, sedangkan Nabi Muhammad berusia 25 tahun.

"Ada satu pelajaran penting dari kisah ini. Bukan satu perkara yang aib, seorang ayah menawarkan putrinya kepada laki-laki yang layak untuk dinikahi. Jadi tidak harus laki-laki saja yang melamar perempuan dan perempuan hanya diam menunggu di rumah. Ini dilakukan banyak orang terutama orang-orang saleh dan bahkan sahabat Nabi juga melakukannya," kata Habib Ahmad .

Setelah Sayyidah Khadijah mengutarakan kesukaannya, Nabi pun datang melamar Khadijah secara resmi bersama pamannya Abu Thalib. Dari pernikahan beliau dengan Khadijah , Nabi dikaruniai enam anak yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah Azzahra. (Baca Juga: Masya Allah, Mahar Nabi Kepada Khadijah Ternyata Rp1,3 Miliar)

Sayyidah Khadijah Wafat

Sayyidah Khadijah wafat pada bulan Ramadhan Tahun 10 masa kenabian atau 3 tahun sebelum Hijrah ke Madinah. Usia Nabi saat itu 50 tahun dan Khadijah wafat di usia 65 tahun.

Beliau wafat setelah Abu Thalib wafat sebelum Nabi melakukan perjalanan isra wal mikraj. Saat itu shalat 5 waktu belum diwajibkan. Ketika Sayyidah Khadijah wafat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم betul-betul terpukul. Beliau sedih karena banyak kenangan manis yang tak bisa dilupakan oleh Nabi.

Kesedihan Nabi semakin dalam karena dalam 2 minggu beliau kehilangan 2 sosok pembela beliau dalam berdakwah. Yaitu Abu Thalib, sosok paman yang membela Nabi secara fisik dari gangguan orang-orang kafir Quraisy. Sedangkan yang menghibur hati dan melepas kesedihan beliau adalah sosok Khadijah . Keduanya telah pergi menghadap Allah 'Azza wa Jalla. Di saat itulah Nabi benar-benar sedih sehingga dikatakan sebagai Tahun Kesedihan ('Aamul Huzni).

Cemburunya Sayyidah Aisyah
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam. Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam penuh.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 468)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More