Inilah Pokok-pokok Maksiat yang Disebutkan Dalam Al Qur'an
Rabu, 18 November 2020 - 07:01 WIB
Maksiat merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah Ta'ala. Maksiat adalah lawan dari taat , istiqamah dan takwa. Perbuatan maksiat sangat banyak ragam dan macamnya.
(Baca juga : Enam Jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia )
Termasuk perbuatan maksiat adalah ketika seseorang berbuat hal yang sia-sia , orang menyia-nyiakan waktu, yang berbuat jelek, pendosa, orang fasik dan orang yang mencampur aduk amal saleh dengan amal buruk. Semua kriteria tersebut telah disebut di dalam Al-Qur’anul Karim.
Dalam kitab 'Fawaidul Fawaid', karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa pokok pokok maksiat baik yang kecil maupun yang besar ada tiga perkara yakni, bergantungnya hati kepada selain Allah, mengikuti kekuatan marah dan menaati kekuatan syahwat.
(Baca juga : Memohon Doa Ampunan dan Keselamatan Seperti yang Dipanjatkan Nabi SAW )
Ujung ketergantungan hati kepada selain Allah adalah syirik dan berdo’a kepada selain Allah. Kemudian, ujung menaati kekuatan marah adalah pembunuhan. Dan ujung menaati kekuatan syahwat adalah zina.
Allah mengumpulkan tiga pokok ini dalam firmanNya:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)” (QS. Al Furqan: 68).
(Baca juga : Syariat Islam Telah Sempurna Mengatur Perihal Rujuk )
Menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, dai lulusan Universitas Islam Madinah, tiga pokok maksiat ini saling menyeret kepada satu sama lainnya. Syirik menyeret kepada berbuat zalim dan zina. Sebagaimana ikhlas dan tauhid dapat meenyelamatkan seseorang dari keduanya. Sebagaimana firman Allah tentang Nabi Yusuf Alaihissalam:
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah agar kami memalingkannya dari perbuatan buruk dan zina. Sesungguhnya ia (Yusuf) termasuk hamba hamba Kami yang diikhlaskan.” (QS. Yusuf: 24)
(Baca juga : Tak Bisa Sendiri, Pemulihan Ekonomi Butuh Dukungan Kanan-Kiri )
Oleh karena itu, dijelaskan pendiri radio jaringan dakwah di Jakarta ini, semakin tauhid seseorang itu lemah di hatinya, maka semakin kuat kesyirikan dan perbuatan kejinya serta hatinya bergantung kepada gambar dan merasa asyik dengannya.
Ayat yang semakna dengan ini juga adalah firman-Nya:
فَمَا أُوتِيتُم مِّن شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ . وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ.
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS. Asy Syuuro: 36-37).
(Baca juga : Buntut Acara Habib Rizieq di Megamendung, Kapolres Bogor Juga Dicopot Jabatannya )
Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa apa yang ada di sisiNya lebih baik bagi orang yang bertawakal kepadaNya dan ini adalah tauhid. Kemudian Allah mengabarkan bahwa mereka meninggalkan dosa dosa besar dan perbuatan keji. Ini adalah meninggalkan kekuatan syahwat. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka apabila marah segera memberi maaf. Ini adalah meninggalkan kekuatan marah.
(Baca juga : Kasus COVID-19 Sembuh Alami Perlambatan dalam 4 Pekan Berturut-turut )
Dalam ayat tersebut Allah mengumpulkan antara tauhid, iffah (menjaga kehormatan) dan keadilan. Inilah poros seluruh kebaikan.
Wallahu A'lam
(Baca juga : Enam Jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia )
Termasuk perbuatan maksiat adalah ketika seseorang berbuat hal yang sia-sia , orang menyia-nyiakan waktu, yang berbuat jelek, pendosa, orang fasik dan orang yang mencampur aduk amal saleh dengan amal buruk. Semua kriteria tersebut telah disebut di dalam Al-Qur’anul Karim.
Dalam kitab 'Fawaidul Fawaid', karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa pokok pokok maksiat baik yang kecil maupun yang besar ada tiga perkara yakni, bergantungnya hati kepada selain Allah, mengikuti kekuatan marah dan menaati kekuatan syahwat.
(Baca juga : Memohon Doa Ampunan dan Keselamatan Seperti yang Dipanjatkan Nabi SAW )
Ujung ketergantungan hati kepada selain Allah adalah syirik dan berdo’a kepada selain Allah. Kemudian, ujung menaati kekuatan marah adalah pembunuhan. Dan ujung menaati kekuatan syahwat adalah zina.
Allah mengumpulkan tiga pokok ini dalam firmanNya:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)” (QS. Al Furqan: 68).
(Baca juga : Syariat Islam Telah Sempurna Mengatur Perihal Rujuk )
Menurut Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, dai lulusan Universitas Islam Madinah, tiga pokok maksiat ini saling menyeret kepada satu sama lainnya. Syirik menyeret kepada berbuat zalim dan zina. Sebagaimana ikhlas dan tauhid dapat meenyelamatkan seseorang dari keduanya. Sebagaimana firman Allah tentang Nabi Yusuf Alaihissalam:
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah agar kami memalingkannya dari perbuatan buruk dan zina. Sesungguhnya ia (Yusuf) termasuk hamba hamba Kami yang diikhlaskan.” (QS. Yusuf: 24)
(Baca juga : Tak Bisa Sendiri, Pemulihan Ekonomi Butuh Dukungan Kanan-Kiri )
Oleh karena itu, dijelaskan pendiri radio jaringan dakwah di Jakarta ini, semakin tauhid seseorang itu lemah di hatinya, maka semakin kuat kesyirikan dan perbuatan kejinya serta hatinya bergantung kepada gambar dan merasa asyik dengannya.
Ayat yang semakna dengan ini juga adalah firman-Nya:
فَمَا أُوتِيتُم مِّن شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ . وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ.
“Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS. Asy Syuuro: 36-37).
(Baca juga : Buntut Acara Habib Rizieq di Megamendung, Kapolres Bogor Juga Dicopot Jabatannya )
Dalam ayat ini Allah mengabarkan bahwa apa yang ada di sisiNya lebih baik bagi orang yang bertawakal kepadaNya dan ini adalah tauhid. Kemudian Allah mengabarkan bahwa mereka meninggalkan dosa dosa besar dan perbuatan keji. Ini adalah meninggalkan kekuatan syahwat. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka apabila marah segera memberi maaf. Ini adalah meninggalkan kekuatan marah.
(Baca juga : Kasus COVID-19 Sembuh Alami Perlambatan dalam 4 Pekan Berturut-turut )
Dalam ayat tersebut Allah mengumpulkan antara tauhid, iffah (menjaga kehormatan) dan keadilan. Inilah poros seluruh kebaikan.
Wallahu A'lam
(wid)