Ponpes Arafah Kota Bitung, Miniatur Keberagaman Masyarakat Nusantara

Kamis, 14 Mei 2020 - 10:11 WIB
Pondok Pesantren Arafah Kota Bitung. Foto/Facebook
Masyarakat Kota Bitung, Sulawesi Utara, yang terdiri atas beragam suku dan agama selama ini hidup rukun dan damai. Keberagaman terpelihara dengan baik. Perbedaan asal usul dan keyakinan pun diterima sebagai sesuatu yang niscaya.

Dalam skala yang lebih kecil, potret multikultural masyarakat Bitung juga tercermin pada kehidupan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Arafah di Kota Bitung. Semua santri yang menimba ilmu gama di tempat ini datang dari berbagai suku di Tanah Air. Namun, meski memiliki latar berbeda, anak-anak muda ini berbaur tanpa perlu ada sekat psikologis. Proses pendidikan di pesantren pun berlangsung normal, damai, dan tanpa ada hambatan.

Bitung memang bisa disebut sebagai miniatur kebinekaan bumi Nusantara. Ada banyak suku dan pemeluk agama yang mendiami salah satu daerah di ujung atas Pulau Sulawesi ini. Sebagian besar penduduk Kota Bitung berasal dari suku Minahasa dan suku Sangihe. Terdapat juga komunitas etnis Tionghoa dengan populasi yang cukup besar.

Adapun sebagian warga lainnya memiliki sejarah sebagai pendatang yang datang ke Bitung untuk berdagang. Mereka terdiri atas suku Jawa dan Gorontalo, Minangkabau, Aceh, dan beberapa lainnya. Ada juga pendatang dari daerah Maluku yang mengungsi ke Kota Bitung akibat bergolaknya kerusuhan di Halmahera beberapa tahun silam.

Sebagian besar penduduk Kota Bitung adalah pemeluk agama Kristen Protestan dengan persentase 60,52% (2019). Sementara pemeluk Islam sekitar 35,84% yang sebagian besar berasal dari etnis Jawa dan Gorontalo. Adapun penganut Katolik 3,32%, dan Buddha 0,21%, yang umumnya dianut oleh etnis Tionghoa. Sebagian lainnya memeluk Hindu dengan persentase 0,11%. Inilah Sulawesi Utara yang dikenal majemuk, namun memiliki toleransi yang sangat baik di Indonesia.

Ponpes Arafah termasuk lembaga pendidikan berbasis agama yang berkembang cepat. Saat ini lembaga ini menyelenggarakan pendidikan tingkat madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), serta madrasah aliyah (MA). Ponpes ini didirikan pada 2002 oleh pengurus Yayasan Arafah dengan mengawali pendidikannya dari MTs. Namun, perlahan tapi pasti jumlah siswa terus bertambah hingga sekarang memiliki sekolah MA.

Ustaz Muhammad Fadil, pengasuh Ponpes Arafah, menjelaskan perihal kurikulum yang diajarkan kepada santri. Menurutnya, Ponpes Arafah menerapkan pembelajaran dengan memadukan kurikulum Kementerian Agama dengan Kementerian Pendidikan Nasional yang disinergikan dengan kurikulum kepesantrenan.

“Pendidikan kepesantrenan meliputi Tahsin, Jadwid, dan Tilawah Alquran. Kemudian Tahfidzhul (menghafal Quran dan Hadits),” katanya kepada KORAN SINDO belum lama ini.

Tak hanya itu, seperti pesantren pada umumnya, kajian keislaman juga rutin diselenggarakan. Santri juga belajar tentang pidato dan percakapan bahasa Arab dan Inggris. Dengan adanya lembaga tahfidz, maka setiap bulannya santri menyetorkan satu juz. Kegiatan para santri juga diisi dengan ekstrakurikuler seperti bela diri, pramuka, olahraga, bercocok tanam, dan beternak.

“Jadi, santri dibiasakan untuk tetap aktif dan sibuk sembari menerima ilmu di luar bangku sekolah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala MI di ponpes ini Ustaz Amirullah menambahkan, banyak prestasi yang sudah diraih santrinya. Sejak 2009 hingga kini Ponpes Arafah telah meraih banyak prestasi satu di antaranya juara pertama nasional lomba pramuka video pendek pada 2019.

Lokasi Ponpes Arafah terletak di daerah pinggiran kota yang tidak terlalu ramai. Kondisi ini yang menurut Amirullah aman dan tidak mudah terkontaminasi dengan budaya serta pergaulan bebas.

Begitu juga dengan staf pengajar di Pesantren Arafah ada yang lulusan Timur Tengah, Universitas Islam Madinah, STIBA Ar-Rayah, IAIN Manado, Unsrat Manado, STAI As-Sunnah Medan, Hidayatullah Jawa barat, bahkan dari Afara English Club Jawa Timur.

“Visi dan misi madrasah tsanawiyah terakreditasi A yakni terwujudnya madrasah unggul yang kompetitif, menguasai teknologi, dan berwawasan keislaman,”tegasnya.

Untuk mencapai visi tersebut, kata dia, maka ditetapkan misi berupa program jangka panjang yang harus dicapai dengan arah yang jelas, yaitu; pertama, melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kedua, melaksanakan pembelajaran yang berbasis teknologi. Ketiga, meningkatkan prestasi belajar dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu, dan keempat, membentuk anak didik yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

“Sedangkan visinya yaitu unggul dalam prestasi, terdepan dalam mutu dan kualitas terbina dengan iman dan akhlak,” jelasnya.

Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan misi berupa program jangka panjang yang harus dicapai dengan arah yang jelas; yaitu, pertama, melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.

Kedua, menyediakan tenaga pengajar yang profesional sesuai dengan kualifikasi dan disiplin ilmu yang dibutuhkan. Ketiga, mengupayakan ketersediaan perangkat dan media pembelajaran yang modern. Keempat, meningkatkan prestasi akademik dan nonakademik, serta kelima, membina nuansa kehidupan islami yang beriman dan berakhlak mulia.

Belum lama ini juga tepatnya akhir 2010, kegiatan Dauroh Alquran di Pondok Arafah berjalan dengan lancar. Sebanyak 200 santri lebih yang tersebar di Kota Bitung mengikuti Wisuda Program Dauroh Tahfidz Alquran di Aula Pondok Pesantren Arafah Kota Bitung.

Kegiatan Dauroh Tahfidz tersebut bertujuan mencetak generasi penghafal Alquran. Program ini diikuti kurang lebih 200 santri dan banyak yang mencapai target serta ada lima santri yang melebihi target dalam sepuluh hari mampu menghafal dua juz.

Kini eksistensi pesantren ini semakin mendapat tempat di masyarakat Kota Bitung khususnya. Meski demikian, perjuangan pesantren ini masih panjang.

Saat ini Pesantren Arafah memiliki pengurusnya yang mumpuni. Ketua Yayasan Arafah Haji Mursida Bado, Kepala Madrasah Tsanawiyah Arafah Normawati Sunusi, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Amirullah, Kepala Pondok Pesantren Arafah Ustaz Zulkifli mengaku akan terus berusaha menjadikan pesantren ini lebih baik lagi di masa yang akan datang. Semoga. (Cahya Sumirat)
(ysw)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah Busr radhiyallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki berkata,  Wahai rasulullah, sesungguhnya syari'at-syari'at Islam telah banyak yang menjadi kewajibanku, maka beritahukan kepadaku sesuatu yang dapat aku jadikan sebagai pegangan!  Rasulullah bersabda, Hendaknya senantiasa lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah.

(HR. Tirmidzi No. 3297)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More