Ciri Sebaik-baiknya Rumah Menurut Allah Ta'ala dan Rasul
Senin, 11 Januari 2021 - 09:17 WIB
Bagi keluarga muslim , rumah harusnya adalah tempat keberkahan . Bagi orang beriman, rumah harus memiliki banyak faedah dan manfaat yang mendukung untuk aktivitas yang diridhai Allah. Rumah sebagai tempat tinggal, istirahat, berkumpul dan lainnya. Terlebih bagi seorang muslim rumah memiliki nilai tambahan yaitu sebagai tempat zikir.
Rumah seorang muslim hendaknya jangan kering dari siraman agama di dalamnya. Rumah para keluarga Islam haruslah cerminan Al Qur'an. Jadikan rumah sebagai surga-surga kecil di dunia.
(Baca juga: Inilah yang Diminta Semua Umat Muslim di Yaumil Hisab )
Sayang sekali, rumah-rumah keluarga muslim masih banyak yang jauh dari agama. Sebagaimana yang terjadi pada hari ini rumah kebanyakan kaum muslimin mulai dari pagi hingga malam diisi dengan berbagai kemungkaran . Mulai pagi hari penghuninya tidak salat, membaca Al-Qur’an, siang harinya suara musik dangdut diputar sangat keras, sore harinya dijadikan tempat bercampurnya laki-laki dan perempuan, malam harinya dibuat untuk bergadang.
Padahal, Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menganjurkan agar rumah dijadikan tempat untuk bersikir.
Rasulullah bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk zikir, laksana orang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Muslim)
(Baca juga: Aktualisasi Akhlak Muslim, Jujur dalam Perkataan dan Perbuatan )
Dalam hadis ini Nabi shallahu’alaihi wasallam membuat perumpamaan antara dua tipe rumah. Tipe rumah pertama adalah rumah yang dijadikan sebagai tempat dzikir. Sedangkan tipe rumah kedua tidak pernah dijadikan sebagai tempat dzikir, maka penghuni rumah pertama seperti orang hidup dan penghuni rumah kedua seperti orang mati.
Hal ini senada dengan sabda Nabi shallahu’alaihi wa sallam dalam riwayat lainnya, beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang ingat akan Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Kedua hadis di atas memberikan isyarat bahwa ukuran hidup dan matinya seseorang hakikatnya ditentukan dengan kondisi hatinya. Jika hatinya berzikir mengingat Allah maka ia adalah makhluk hidup. Namun jika hatinya lalai dari mengingat Allah maka ia adalah mayit meski tubuhnya masih bernyawa.
Oleh karena itu Rasulullah memerintahkan lewat sabdanya agar setiap muslim menjadikan rumahnya sebagai tempat zikir. Tidak hanya dijadikan sebagai tempat tidur, makan, buang hajat dan keperluan umum lainnya harus ada fungsi ibadahnya.
(Baca juga : Ketentuan Allah Ta'ala Tentang Musibah, Hikmah atau Akibat Dosa? )
Adapun menjadikan rumah sebagai tempat zikir maknanya sangat luas, tidak terbatas ucapan zikir saja. Karena perbuataan taat kepada Allah secara umum termasuk bagian dari zikir. Setidaknya ada beberapa amalan yang dikatagorikan sebagai amalan zikir yang bisa dilakukan di rumah.
1. Mendirikan salat.
Shalat bagian dari zikir. Karena Allah Ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ
“Dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS. Tha-Ha: 14)
Saat seorang muslim mendirikan salat pada hakikatnya ia sedang berdzikir. Sehingga, saat seorang hamba mendirikan shalat di rumah maka ia telah menjadikan rumahnya sebagai tempat zikir. Oleh karena itu, Nabi shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوْا فِيْ بُيُوْتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ، وَلاَ تَتَّخِذُوْها قُبُوْرًا
“Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat salat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
(Baca juga: KNKT : Sriwijaya Air SJ 182 Pecah Saat Menabrak Air )
Dalam kitab Syarh Shahih Muslim, Imam An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, makna salat dalam hadits ini adalah shalat sunnah. Sehingga maknanya, kerjakanlah shalat-shalat sunnah kalian di rumah. Jangan jadikan seperti kuburan yang kosong dari ibadah shalat.
2. Zikir juga berarti membaca Al Qur’an.
Membaca Al Qur’an pun bagian dari amalan dzikrullah. Karena Allah menyifati Al Qur’an dengan Adz Dzikir (pengingat). Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,” (QS. An-Nahl).
(Baca juga: PKM Berlaku Mulai Hari Ini, KRL Commuter Line Beroperasi hingga Jam 10 Malam )
Bahkan Imam An Nawawi dalam kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an menyebutkan bahwa membaca Al Qur’an lebih utama dari seluruh lafadz-lafadz zikir. (Kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an).
Selain sebagai bentuk zikir, membaca Al Qur’an di rumah berfungsi mengusir syaitan berserta keburukan yang dibawanya dari rumah. Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لا تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ البَيْتِ الذِيْ تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ البَقَرَةِ
“Janganlah engkau jadikan rumahmu seperti pekuburan, sesungguhnya syaitan lari tunggang langgang dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim)
Dengan memperbanyak membaca Al Qur’an, menghafalnya, mentadabburi ayat-ayatnya di dalam rumah maka seorang muslim telah menjalankan perintah Nabi shallahu’alaihi wa sallam untuk menjadikan rumah sebagai tempat zikir.
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah.
3. Bermajelis ilmu
Aktivitas mempelajari ilmu agama di rumah adalah juga bagian dari amalan zikir. Karena Nabi shallahu’alaihi wa sallam menamakan majelis ilmu dengan majelis zikir.
(Baca juga: Hore! Anak Sekolah Dapat BLT Rp3,4 Juta )
Beliau bersabda :
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الجَنَّةِ فَارْتَعُوْا
”Jika Engkau melewati taman-taman surga maka singgahlah!”
Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apakah taman-taman surga itu?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
حِلَقُ الذِّكْرِ
"Yaitu majelis-majelis zikir.” (HR. Ahmad)
Sehingga ketika, penghuni rumah menjadikan rumah sebagai tempat belajar, pengajian, atau kepala rumah tangga mengajarkan istri, anak dan saudara-saudaranya satu dua ayat, satu dua hadis Nabi shallahu’alaihi wasallam, mengajarkan halal-haram, perintah-larangan maka ia telah menjadikan rumah sebagai tempat zikir.
Alangkah indahnya rumah yang diisi dengan cahaya ilmu, senantiasa dinaungi oleh para malaikat dan mendapat ridha Allah Ta’ala.
(Baca juga: Metode Blusukan Dinilai Sebatas Ilustrasi Kepedulian kepada Rakyat )
Perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya agar menjadikan rumah sebagai tempat zikir beserta variasi jenisnya. Tujuannya adalah agar rumah-rumah kaum muslimin dipenuhi rahmat Allah yang dibawa oleh para Malaikat. Karena para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat kemungkaran.
Sehingga membuat syaitan sangat betah tinggal di rumah tersebut. Maka dengan menjadikan rumah sebagai tempat zikir, akan mengundang para malaikat dengan membawa rahmat dan mengusir syaitan yang membawa segala keburukan. Marilah kita berdoa memohon kepada Allah agar selalu dibimbing ke jalan-Nya yang lurus.
Wallahu 'Alam
Rumah seorang muslim hendaknya jangan kering dari siraman agama di dalamnya. Rumah para keluarga Islam haruslah cerminan Al Qur'an. Jadikan rumah sebagai surga-surga kecil di dunia.
(Baca juga: Inilah yang Diminta Semua Umat Muslim di Yaumil Hisab )
Sayang sekali, rumah-rumah keluarga muslim masih banyak yang jauh dari agama. Sebagaimana yang terjadi pada hari ini rumah kebanyakan kaum muslimin mulai dari pagi hingga malam diisi dengan berbagai kemungkaran . Mulai pagi hari penghuninya tidak salat, membaca Al-Qur’an, siang harinya suara musik dangdut diputar sangat keras, sore harinya dijadikan tempat bercampurnya laki-laki dan perempuan, malam harinya dibuat untuk bergadang.
Padahal, Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menganjurkan agar rumah dijadikan tempat untuk bersikir.
Rasulullah bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk zikir, laksana orang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Muslim)
(Baca juga: Aktualisasi Akhlak Muslim, Jujur dalam Perkataan dan Perbuatan )
Dalam hadis ini Nabi shallahu’alaihi wasallam membuat perumpamaan antara dua tipe rumah. Tipe rumah pertama adalah rumah yang dijadikan sebagai tempat dzikir. Sedangkan tipe rumah kedua tidak pernah dijadikan sebagai tempat dzikir, maka penghuni rumah pertama seperti orang hidup dan penghuni rumah kedua seperti orang mati.
Hal ini senada dengan sabda Nabi shallahu’alaihi wa sallam dalam riwayat lainnya, beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang ingat akan Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Kedua hadis di atas memberikan isyarat bahwa ukuran hidup dan matinya seseorang hakikatnya ditentukan dengan kondisi hatinya. Jika hatinya berzikir mengingat Allah maka ia adalah makhluk hidup. Namun jika hatinya lalai dari mengingat Allah maka ia adalah mayit meski tubuhnya masih bernyawa.
Oleh karena itu Rasulullah memerintahkan lewat sabdanya agar setiap muslim menjadikan rumahnya sebagai tempat zikir. Tidak hanya dijadikan sebagai tempat tidur, makan, buang hajat dan keperluan umum lainnya harus ada fungsi ibadahnya.
(Baca juga : Ketentuan Allah Ta'ala Tentang Musibah, Hikmah atau Akibat Dosa? )
Adapun menjadikan rumah sebagai tempat zikir maknanya sangat luas, tidak terbatas ucapan zikir saja. Karena perbuataan taat kepada Allah secara umum termasuk bagian dari zikir. Setidaknya ada beberapa amalan yang dikatagorikan sebagai amalan zikir yang bisa dilakukan di rumah.
1. Mendirikan salat.
Shalat bagian dari zikir. Karena Allah Ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ
“Dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS. Tha-Ha: 14)
Saat seorang muslim mendirikan salat pada hakikatnya ia sedang berdzikir. Sehingga, saat seorang hamba mendirikan shalat di rumah maka ia telah menjadikan rumahnya sebagai tempat zikir. Oleh karena itu, Nabi shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوْا فِيْ بُيُوْتِكُمْ مِنْ صَلاَتِكُمْ، وَلاَ تَتَّخِذُوْها قُبُوْرًا
“Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat salat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
(Baca juga: KNKT : Sriwijaya Air SJ 182 Pecah Saat Menabrak Air )
Dalam kitab Syarh Shahih Muslim, Imam An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, makna salat dalam hadits ini adalah shalat sunnah. Sehingga maknanya, kerjakanlah shalat-shalat sunnah kalian di rumah. Jangan jadikan seperti kuburan yang kosong dari ibadah shalat.
2. Zikir juga berarti membaca Al Qur’an.
Membaca Al Qur’an pun bagian dari amalan dzikrullah. Karena Allah menyifati Al Qur’an dengan Adz Dzikir (pengingat). Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Kami turunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,” (QS. An-Nahl).
(Baca juga: PKM Berlaku Mulai Hari Ini, KRL Commuter Line Beroperasi hingga Jam 10 Malam )
Bahkan Imam An Nawawi dalam kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an menyebutkan bahwa membaca Al Qur’an lebih utama dari seluruh lafadz-lafadz zikir. (Kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an).
Selain sebagai bentuk zikir, membaca Al Qur’an di rumah berfungsi mengusir syaitan berserta keburukan yang dibawanya dari rumah. Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لا تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ البَيْتِ الذِيْ تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ البَقَرَةِ
“Janganlah engkau jadikan rumahmu seperti pekuburan, sesungguhnya syaitan lari tunggang langgang dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim)
Dengan memperbanyak membaca Al Qur’an, menghafalnya, mentadabburi ayat-ayatnya di dalam rumah maka seorang muslim telah menjalankan perintah Nabi shallahu’alaihi wa sallam untuk menjadikan rumah sebagai tempat zikir.
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah.
3. Bermajelis ilmu
Aktivitas mempelajari ilmu agama di rumah adalah juga bagian dari amalan zikir. Karena Nabi shallahu’alaihi wa sallam menamakan majelis ilmu dengan majelis zikir.
(Baca juga: Hore! Anak Sekolah Dapat BLT Rp3,4 Juta )
Beliau bersabda :
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الجَنَّةِ فَارْتَعُوْا
”Jika Engkau melewati taman-taman surga maka singgahlah!”
Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apakah taman-taman surga itu?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
حِلَقُ الذِّكْرِ
"Yaitu majelis-majelis zikir.” (HR. Ahmad)
Sehingga ketika, penghuni rumah menjadikan rumah sebagai tempat belajar, pengajian, atau kepala rumah tangga mengajarkan istri, anak dan saudara-saudaranya satu dua ayat, satu dua hadis Nabi shallahu’alaihi wasallam, mengajarkan halal-haram, perintah-larangan maka ia telah menjadikan rumah sebagai tempat zikir.
Alangkah indahnya rumah yang diisi dengan cahaya ilmu, senantiasa dinaungi oleh para malaikat dan mendapat ridha Allah Ta’ala.
(Baca juga: Metode Blusukan Dinilai Sebatas Ilustrasi Kepedulian kepada Rakyat )
Perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya agar menjadikan rumah sebagai tempat zikir beserta variasi jenisnya. Tujuannya adalah agar rumah-rumah kaum muslimin dipenuhi rahmat Allah yang dibawa oleh para Malaikat. Karena para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat kemungkaran.
Sehingga membuat syaitan sangat betah tinggal di rumah tersebut. Maka dengan menjadikan rumah sebagai tempat zikir, akan mengundang para malaikat dengan membawa rahmat dan mengusir syaitan yang membawa segala keburukan. Marilah kita berdoa memohon kepada Allah agar selalu dibimbing ke jalan-Nya yang lurus.
Wallahu 'Alam
(wid)