Sepenggal Mutiara Kisah dari Aa Gym
Selasa, 12 Januari 2021 - 11:41 WIB
Dai kondang yang juga pengasuh Ponpes Daarut Tauhiid Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym menceritakan sebuah kisah penuh hikmah. Kisah ini layak dijadikan iktibar (pengajaran) untuk selalu berbuat baik dan senang memberi.
Dikisahkan, seorang Syaikh berjalan-jalan santai bersama salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah kebun. Ketika tengah asyik berbincang, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
(Baca Juga: Tausiyah Aa Gym Ini Bikin Semangat untuk Beribadah)
Sang murid melihat kepada syaikhnya sambil berujar: "Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, dia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!"
Syaikh yang bijak itu menjawab, "Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya. Kemudian kamu saksikan bagaimana respons dari tukang kebun miskin itu."
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu dia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya dia tinggalkan sebelum bekerja. Ketika dia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, dia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat dia keluarkan ternyata uang Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang. Dia memandang uang itu berulang-ulang, seolah-olah dia tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah dia memutar pandangannya ke segala penjuru dia tidak melihat seorangpun. Selanjutnya dia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu dia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah olah dia bicara kepada Allah Ar-Rozzaq.
"Aku bersyukur kepada Mu wahai Rabbku. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka."
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang dia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat dia bendung.
Ketika itu Syaikh memasukkan pelajaran kepada muridnya. "Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?"
Sang murid menjawab: "Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku "Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil."
Sang guru melanjutkan pelajarannya, "Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam: (1) Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian; (2) Mendoakan saudaramu yang seiman di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) itu adalah suatu pemberian; (3) Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian; (4) Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian lagi."
"Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Jadikanlah semua ini pelajaran," demikian nasihat sang Guru itu.
(Baca Juga: Mengapa Hidup yang Dijalani Terasa Berat? Ini Kata Aa Gym)
Sumber:
Dikutip dari Kajian Kisah dan Sejarah Islam via Status Nasihat
Dikisahkan, seorang Syaikh berjalan-jalan santai bersama salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah kebun. Ketika tengah asyik berbincang, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
(Baca Juga: Tausiyah Aa Gym Ini Bikin Semangat untuk Beribadah)
Sang murid melihat kepada syaikhnya sambil berujar: "Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, dia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!"
Syaikh yang bijak itu menjawab, "Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya. Kemudian kamu saksikan bagaimana respons dari tukang kebun miskin itu."
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu dia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya dia tinggalkan sebelum bekerja. Ketika dia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, dia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat dia keluarkan ternyata uang Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang. Dia memandang uang itu berulang-ulang, seolah-olah dia tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah dia memutar pandangannya ke segala penjuru dia tidak melihat seorangpun. Selanjutnya dia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu dia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah olah dia bicara kepada Allah Ar-Rozzaq.
"Aku bersyukur kepada Mu wahai Rabbku. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka."
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang dia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat dia bendung.
Ketika itu Syaikh memasukkan pelajaran kepada muridnya. "Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?"
Sang murid menjawab: "Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku "Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil."
Sang guru melanjutkan pelajarannya, "Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam: (1) Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian; (2) Mendoakan saudaramu yang seiman di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) itu adalah suatu pemberian; (3) Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian; (4) Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian lagi."
"Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Jadikanlah semua ini pelajaran," demikian nasihat sang Guru itu.
(Baca Juga: Mengapa Hidup yang Dijalani Terasa Berat? Ini Kata Aa Gym)
Sumber:
Dikutip dari Kajian Kisah dan Sejarah Islam via Status Nasihat
(rhs)