Inilah Kelelahan yang Dicintai Allah Ta'ala

Selasa, 16 Maret 2021 - 15:53 WIB
Lelahnya seorang istri mengurus anak-anak, rumah tangga dan melayani suaminya dengan ikhlas, adalah kelelahan yang dicintai Allah SWT. Foto ilustrasi/ist
Muslimah, jika kita seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak perempuan sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.

Begitu juga seorang suami yang lelah dalam mencari nafkah . Seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam keadaan kelelahan. Itu adalah nikmat Allah yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.



Diriwayatkan, suatu ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat melihat seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja. Salah seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”

Rasulullah pun menjawab, “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”



Kelelahan-kelelahan yang dialami setiap manusia semuanya akan dipertanggungjawabkan kelak di Yaumul Hisab. Ada sekelompok manusia yang kelelahan karena menjalankan dan ketaatannya kepada Allah, dan sebaliknya ada yang kelelahan karena melakukan perbuatan maksiat. Mereka sama-sama kelelahan, namun derajat mereka akan berbeda di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala.



Kelelahan apa saja yang disukai Allah Ta'ala? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut kelelahan-kelelahan yang dilakukan setiap muslim yang dicintai Allah Ta'ala, antara lain:

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya

Lelah dalam berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah kelelahan yang paling tinggi karena balasan dari kelelahan ini adalah Surga yang luasnya lebih luas dari langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 111)



2. Lelah dalam mengajak kepada kebaikan

Kelelahan selanjutnya yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya adalah lelah dalam mengajak kepada kebaikan atau berdakwah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya, daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushilat : 33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal shalih

Kelelahan dalam beribadah dan beramal shalih pun merupakan kelelahan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, karena dengan beribadah dan beramal shalih maka seorang hamba menjadi lebih dekat kepada Rabbnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More