Yuk, Tahan Lisan untuk Mengomentari Makanan

Minggu, 21 Maret 2021 - 05:00 WIB
Imam Nawawi menjelaskan ukuran yang masuk dalam kategori mencela makanan, seperti seseorang yang mengatakan, “Ini terlalu asin”, “Makanan ini kurang garam”, “Ini terlalu asam”, “Terlalu encer”, “Belum matang” dan kalimat-kalimat serupa dengan itu. (Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi, 14/26)

Teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya tentang makanan adalah; ketika dihidangkan makanan yang kurang beliau sukai adalah ketika istri beliau Maimunah radhiyallahu ‘anha menghidangkan kadal gurun (Dhabb) yang dipanggang kepada beliau.

Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuhnya sama sekali. Khalid bin Walid yang pada kesempatan itu berada di sana bertanya, “Apakah ini haram ya Rasulullah?” pertanyaan untuk memastikan tentang hukum memakannya.



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kurang suka dengan dhabb berkomentar dengan sangat halus ketika menolak untuk memakannya. Sebuah komentar tanpa celaan atas apa yang dihidangkan, beliau bersabda:

“Tidak, akan tetapi dhabb ini tidak ada di kampungku, sehingga aku kurang suka.” (HR. Al-Bukhari)

Sebuah tutur yang indah dan adab penuh hikmah dalam berkomentar akan makanan yang kurang disukai, dan inilah yang telah diteladankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, agar tidak mudah mencela makanan yang kurang disuka.

Karena itu, tahanlah lisan untuk mengomentari makanan. Karena teladan dari akhlak nubuwah yang dicontohkan kepada kita begitu sederhana; makanlah sesuatu yang cocok jika itu sesuai dengan selera, dan tinggalkan tanpa perlu berkomentar sesuatu yang mungkin kurang disuka.



Wallahu A'lam

(wid)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari 'Urwah bahwa Aisyah telah mengabarkan kepadanya bahwa dalam shalatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sering berdoa: ALLAHUMMA INNI 'AUUDZUBIKA MIN 'ADZAABIL QABRI WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAL WA A'UUDZUBIKA MIN FITNATIL MAHYA WAL MAMAATI, ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL MA'TSMI WAL MAGHRAMI (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung dari fitnah Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang). Maka seseorang bertanya kepada beliau, Alangkah seringnya anda memohon perlindungan diri dari lilitan hutang. Beliau bersabda: Sesungguhnya apabila seseorang sudah sering berhutang, maka dia akan berbicara dan berbohong, dan apabila berjanji, maka dia akan mengingkari.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 746)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More