Wanita Palestina Tuna Rungu di Gaza Buat Animasi untuk Bangun Kesadaran
Selasa, 30 Maret 2021 - 11:06 WIB
JALUR GAZA - Sekelompok wanita Palestina dengan gangguan pendengaran (tuna rungu) menggunakan animasi stop motion untuk membuat film pendek tentang kondisi mereka.
Dengan film pendek itu mereka ingin mengajari anak-anak tentang kondisi mereka.
Kedelapan wanita tersebut mengatakan mereka memiliki sedikit pilihan karir dan berharap animasi akan menjadi sumber penghasilan sekaligus alat advokasi.
Mereka telah membuat dua film pendek. Satu film tentang bahasa isyarat dan satu film lagi tentang hak mereka untuk bekerja di Gaza.
Saat ini Gaza memiliki angka pengangguran mencapai 49%. “Cerita-cerita itu, untuk menginspirasi orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran untuk mengejar tujuan mereka sendiri meskipun ada banyak rintangan yang menghadang,” papar mereka.
Proses animasinya sederhana, para wanita mendesain karakter, menggambar di atas kertas, merekam film dengan kamera ponsel menggunakan aplikasi stop motion, dan rekan kerja yang tanpa gangguan pendengaran menambahkan suara dalam film tersebut.
Hiba Abu Jazar, 27, yang menikmati kartun sejak dia masih kecil, mengaku sangat senang membuat filmnya sendiri dan mengajari orang lain melakukan hal yang sama.
Dia berharap keterampilan itu akan membantunya mendapatkan pekerjaan.
“Saya ingin mandiri dan membuat film agar bisa menghasilkan uang. Orang dengan gangguan pendengaran tidak memiliki pekerjaan dan tidak ada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan," ujar Abu Jazar dalam bahasa isyarat melalui penerjemah di Pusat Pemuda Gaza Hemam, tempat pelatihan itu berlangsung.
Pelatih kelompok tersebut, Haneen Koraz, mengatakan proyek tersebut menawarkan kepada para perempuan itu cara mempromosikan perjuangan mereka dan mengejar ambisi mereka melalui seni dan kreativitas.
Dengan film pendek itu mereka ingin mengajari anak-anak tentang kondisi mereka.
Kedelapan wanita tersebut mengatakan mereka memiliki sedikit pilihan karir dan berharap animasi akan menjadi sumber penghasilan sekaligus alat advokasi.
Mereka telah membuat dua film pendek. Satu film tentang bahasa isyarat dan satu film lagi tentang hak mereka untuk bekerja di Gaza.
Saat ini Gaza memiliki angka pengangguran mencapai 49%. “Cerita-cerita itu, untuk menginspirasi orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran untuk mengejar tujuan mereka sendiri meskipun ada banyak rintangan yang menghadang,” papar mereka.
Proses animasinya sederhana, para wanita mendesain karakter, menggambar di atas kertas, merekam film dengan kamera ponsel menggunakan aplikasi stop motion, dan rekan kerja yang tanpa gangguan pendengaran menambahkan suara dalam film tersebut.
Hiba Abu Jazar, 27, yang menikmati kartun sejak dia masih kecil, mengaku sangat senang membuat filmnya sendiri dan mengajari orang lain melakukan hal yang sama.
Dia berharap keterampilan itu akan membantunya mendapatkan pekerjaan.
“Saya ingin mandiri dan membuat film agar bisa menghasilkan uang. Orang dengan gangguan pendengaran tidak memiliki pekerjaan dan tidak ada kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan," ujar Abu Jazar dalam bahasa isyarat melalui penerjemah di Pusat Pemuda Gaza Hemam, tempat pelatihan itu berlangsung.
Pelatih kelompok tersebut, Haneen Koraz, mengatakan proyek tersebut menawarkan kepada para perempuan itu cara mempromosikan perjuangan mereka dan mengejar ambisi mereka melalui seni dan kreativitas.
(sya)