3 Tanda Orang yang Benar-benar Tawakkal
Rabu, 14 Juli 2021 - 16:51 WIB
Tawakkal merupakan bagian dari buah tauhid. Salah satu tanda orang mukmin sejati adalah memiliki sikap tawakkal kepada Allah Ta'ala.
Habib Quraisy Baharun mengungkapkan ada tiga tanda tawakkal menukil keterangan dari Al-Imam Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam Kitabnya berjudul Risalatul Mu'awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 179).
Berikut Tiga Tanda Orang yang Benar-benar Tawakkal:
1. Tidak Berharap Kecuali kepada Allah
وللمتوكل الصادق ثلاث علامات: الأولى أن لا يرجوغيرالله ولا يخاف إلا الله، وعلامة ذالك أن لا يدع القول بالحق عند من يُرجى و يُخشى عادة من المخلوقين كالأمراء والسلاطين
"Ada tiga tanda bagi orang yang bertawakkal dengan sebenarnya, yakni pertama, tidak berharap kecuali kepada Allah sekaligus tidak takut kecuali kepada-Nya. Hal itu ditandai dengan keberaniannya mengatakan sesuatu yang benar di hadapan seseorang yang umumnya orang memiliki harapan sekaligus merasa takut kepadanya seperti para amir dan raja."
Tanda pertama ini berkiatan erat dengan apa yang diucapkan seorang muslim dalam setiap menunaikan sholatnya, yakni pada saat membaca surah Al-Fatihah Ayat 5:
"Hanya kepada Engulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
Wujud menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah tentu saja tidak hanya berupa shalat, tetapi juga dalam bertawakal kepada-Nya dalam seluruh urusan hidup dan mati. Orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tidak merasa takut untuk berkata benar di depan para penguasa maupun orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa saja.
Demikian pula mereka tidak takut berkata "tidak" ketika suatu persoalan bertentangan dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah meskipun mendapat ancaman atau hukuman dari para penguasa maupun dari orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa saja.
Jadi, orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Yang Maha Satu semata sehingga tidak ada yang mereka takuti kecuali Allah.
2. Tidak Merisaukan Rezeki
والثانية أن لا يدخل قلبه همُّ الرزق ثقة بضمان الله بحيث يكون سكون قلبه عند فقد ما يحتاج اليه كسكونه في حال وجوده وأشد
"Kedua, tidak pernah merisaukan masalah rezeki disebabkan merasa yakin akan adanya jaminan Allah sehingga hatinya tetap tenang dan tentram di kala suatu keuntungan luput darinya, sama seperti di kala ia memperolehnya.”
Tanda kedua ini berkaitan erat dengan jaminan Allah tentang rezeki sebagaimana termaktub dalam surah Al-An’am, ayat 151 berikut:
نَحْنُ نَرْزُقُكًمْ وَإِيَّاهُمْ
"Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu dan kepada mereka."
Orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tidak menujukkan kekhawatiran dan ketakutannya berkaitan dengan rezeki bagi dirinya maupun bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya. Hal ini disebabkan mereka meyakini kebenaran surah Al-An’am, ayat 151 di atas. Allahlah yang memberi rezeki kepada setiap makhluk yang diciptakannya.
Oleh karena itu, orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tetap merasa tenang ketika kesulitan ekonomi sedang melanda baik dalam sekala terbatas mapun luas sebagaimana ketika ekonomi sedang dalam puncak kesuksesan.
Habib Quraisy Baharun mengungkapkan ada tiga tanda tawakkal menukil keterangan dari Al-Imam Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam Kitabnya berjudul Risalatul Mu'awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 179).
Berikut Tiga Tanda Orang yang Benar-benar Tawakkal:
1. Tidak Berharap Kecuali kepada Allah
وللمتوكل الصادق ثلاث علامات: الأولى أن لا يرجوغيرالله ولا يخاف إلا الله، وعلامة ذالك أن لا يدع القول بالحق عند من يُرجى و يُخشى عادة من المخلوقين كالأمراء والسلاطين
"Ada tiga tanda bagi orang yang bertawakkal dengan sebenarnya, yakni pertama, tidak berharap kecuali kepada Allah sekaligus tidak takut kecuali kepada-Nya. Hal itu ditandai dengan keberaniannya mengatakan sesuatu yang benar di hadapan seseorang yang umumnya orang memiliki harapan sekaligus merasa takut kepadanya seperti para amir dan raja."
Tanda pertama ini berkiatan erat dengan apa yang diucapkan seorang muslim dalam setiap menunaikan sholatnya, yakni pada saat membaca surah Al-Fatihah Ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
"Hanya kepada Engulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."
Wujud menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada Allah tentu saja tidak hanya berupa shalat, tetapi juga dalam bertawakal kepada-Nya dalam seluruh urusan hidup dan mati. Orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tidak merasa takut untuk berkata benar di depan para penguasa maupun orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa saja.
Demikian pula mereka tidak takut berkata "tidak" ketika suatu persoalan bertentangan dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah meskipun mendapat ancaman atau hukuman dari para penguasa maupun dari orang-orang kaya yang bisa memberikan fasilitas apa saja.
Jadi, orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Yang Maha Satu semata sehingga tidak ada yang mereka takuti kecuali Allah.
2. Tidak Merisaukan Rezeki
والثانية أن لا يدخل قلبه همُّ الرزق ثقة بضمان الله بحيث يكون سكون قلبه عند فقد ما يحتاج اليه كسكونه في حال وجوده وأشد
"Kedua, tidak pernah merisaukan masalah rezeki disebabkan merasa yakin akan adanya jaminan Allah sehingga hatinya tetap tenang dan tentram di kala suatu keuntungan luput darinya, sama seperti di kala ia memperolehnya.”
Tanda kedua ini berkaitan erat dengan jaminan Allah tentang rezeki sebagaimana termaktub dalam surah Al-An’am, ayat 151 berikut:
نَحْنُ نَرْزُقُكًمْ وَإِيَّاهُمْ
"Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu dan kepada mereka."
Orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tidak menujukkan kekhawatiran dan ketakutannya berkaitan dengan rezeki bagi dirinya maupun bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya. Hal ini disebabkan mereka meyakini kebenaran surah Al-An’am, ayat 151 di atas. Allahlah yang memberi rezeki kepada setiap makhluk yang diciptakannya.
Oleh karena itu, orang-orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah tetap merasa tenang ketika kesulitan ekonomi sedang melanda baik dalam sekala terbatas mapun luas sebagaimana ketika ekonomi sedang dalam puncak kesuksesan.