Si Miskin Tunanetra Ini Bikin Nabi Muhammad Dapat Teguran Allah
Sabtu, 30 Mei 2020 - 15:37 WIB
SUATU hari seorang lelaki miskin yang tunanetra datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam (SAW). Seperti biasa, ia ingin lebih banyak tahu tentang Islam . Ini kali Rasulullah tengah sibuk melayani beberapa tokoh Quraisy, antara lain Abu Jahal.
Rasulullah berharap bisa mengajak mereka memeluk Islam. Rasulullah SAW menyibukkan diri dengan orang-orang itu bukan demi kepentingan pribadinya, tapi demi kepentingan pengembangan Islam dan kepentingan kaum muslimin juga. Kalau mereka masuk Islam maka diharapkan semua rintangan yang membentang di hadapan para dai dan dakwah Islam bisa disingkirkan.
Lelaki buta itu beberapa kali mencoba bertanya dan memotong pembicaraan. Rupanya ini membuat Rasulullah agak kesal dan gusar. Pria miskin ini sangat mengganggu pembicaraannya dengan para tamunya itu. Rasulullah mengerutkan mukanya dan juga memalingkan pandangannya. Rasa kesal dan benci tergambar di wajah beliau.
Pada kondisi itulah Allah menegur beliau. Allah dengan jelas dan tegas, mencela sikap Nabi SAW.
عَبَسَ وَتَوَلّٰٓى
اَنۡ جَآءَهُ الۡاَعۡمٰىؕ
وَمَا يُدۡرِيۡكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰٓى
اَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنۡفَعَهُ الذِّكۡرٰىؕ
اَمَّا مَنِ اسۡتَغۡنٰى
فَاَنۡتَ لَهٗ تَصَدّٰىؕ
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya. (QS. 'Abasa : 1-6)
Lalu, siapakah si miskin yang tunaetra itu? Menurut beberapa orang ahli tafsir , ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum, Abdullah Ibnu Ummi Maktum radhiallahu 'anhu (ra).
Sejak teguran Allah itu, bila Rasulullah SAW melihat Ibnu Ummi Maktum datang, beliau menggelar baju luarnya seraya bersabda, "Selamat datang sahabat, yang aku dicela Tuhanku karenanya! Apa kau memerlukan sesuatu?"
Bukan hanya itu. Sejak saat itulah, Rasulullah SAW menyambut baik kedatangan para sahabatnya yang terbilang lemah dan miskin, yang ternyata di kemudian hari suara mereka menggema ke seluruh permukaan bumi, mengumandangkan suara perdamaian, keadilan persamaan, dan persaudaraan.
Ibnu Ummi Maktum adalah lelaki awam di kota Makkah. Hidup untuk diri dan bersama dirinya. Tak banyak orang yang mengenal dirinya. Bahkan, namanya pun ada yang memperselisihkan. Penduduk kota Madinah berpendapat bahwa namanya adalah Abdullah Ibnu Ummi Maktum, tetapi orang lraq berpendapat bahwa namanya adalah Amru bin Ummi Maktum. Walaupun demikian, mereka semua sepakat bahwa nama ibunya adalah Atikah binti Abdullah bin Ma'ish. Dia adalah putera dari bibi Sayyidah Khadijah binti Khuwalid.
Saat Masuk Islam
Ia buta sejak kecil. Penduduk kota Makkah mengenalnya sebagai seorang yang rajin mencari rezeki dan belajar ilmu pengetahuan. Meskipun ia seorang tunanetra, semangatnya bergelora untuk belajar dan mengetahui segala yang didengarnya. Ia menggunakan pendengarannya sebagai pengganti matanya. Apa yang didengarnya tidak dilupakan lagi sehingga ia mampu mengutarakan kembali apa yang pernah didengarnya dengan baik sekali.
Suatu kali, dia mendengar orang-orang mustadh'afin dan budak-budak (hamba sahaya) di kota Makkah bersembunyi-sembunyi pergi ke Darul Arqam untuk mendengarkan berita-berita dari langit yang dibawakan Muhammad al-Amin. la merasa bahwa di Makkah terjadi pergolakan yang lain dari biasanya.
Perang urat saraf mulai tampak di permukaan; wahyu yang disampaikan kepada Muhammad al-Amin itu menganjurkan persamaan dan persaudaraan antarsesama umat manusia. Kaum mustadh'afin dan para hamba sahaya tertarik akan semua seruan itu. Sedangkan tokoh-tokoh Quraisy berusaha keras mempertahankan sistem kehidupan jahiliyah , tanpa mengindahkan perkembangan zaman dan tuntutan hati nurani masyarakat umum.
Rasulullah berharap bisa mengajak mereka memeluk Islam. Rasulullah SAW menyibukkan diri dengan orang-orang itu bukan demi kepentingan pribadinya, tapi demi kepentingan pengembangan Islam dan kepentingan kaum muslimin juga. Kalau mereka masuk Islam maka diharapkan semua rintangan yang membentang di hadapan para dai dan dakwah Islam bisa disingkirkan.
Lelaki buta itu beberapa kali mencoba bertanya dan memotong pembicaraan. Rupanya ini membuat Rasulullah agak kesal dan gusar. Pria miskin ini sangat mengganggu pembicaraannya dengan para tamunya itu. Rasulullah mengerutkan mukanya dan juga memalingkan pandangannya. Rasa kesal dan benci tergambar di wajah beliau.
Pada kondisi itulah Allah menegur beliau. Allah dengan jelas dan tegas, mencela sikap Nabi SAW.
عَبَسَ وَتَوَلّٰٓى
اَنۡ جَآءَهُ الۡاَعۡمٰىؕ
وَمَا يُدۡرِيۡكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰٓى
اَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنۡفَعَهُ الذِّكۡرٰىؕ
اَمَّا مَنِ اسۡتَغۡنٰى
فَاَنۡتَ لَهٗ تَصَدّٰىؕ
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya. (QS. 'Abasa : 1-6)
Lalu, siapakah si miskin yang tunaetra itu? Menurut beberapa orang ahli tafsir , ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum, Abdullah Ibnu Ummi Maktum radhiallahu 'anhu (ra).
Sejak teguran Allah itu, bila Rasulullah SAW melihat Ibnu Ummi Maktum datang, beliau menggelar baju luarnya seraya bersabda, "Selamat datang sahabat, yang aku dicela Tuhanku karenanya! Apa kau memerlukan sesuatu?"
Bukan hanya itu. Sejak saat itulah, Rasulullah SAW menyambut baik kedatangan para sahabatnya yang terbilang lemah dan miskin, yang ternyata di kemudian hari suara mereka menggema ke seluruh permukaan bumi, mengumandangkan suara perdamaian, keadilan persamaan, dan persaudaraan.
Ibnu Ummi Maktum adalah lelaki awam di kota Makkah. Hidup untuk diri dan bersama dirinya. Tak banyak orang yang mengenal dirinya. Bahkan, namanya pun ada yang memperselisihkan. Penduduk kota Madinah berpendapat bahwa namanya adalah Abdullah Ibnu Ummi Maktum, tetapi orang lraq berpendapat bahwa namanya adalah Amru bin Ummi Maktum. Walaupun demikian, mereka semua sepakat bahwa nama ibunya adalah Atikah binti Abdullah bin Ma'ish. Dia adalah putera dari bibi Sayyidah Khadijah binti Khuwalid.
Saat Masuk Islam
Ia buta sejak kecil. Penduduk kota Makkah mengenalnya sebagai seorang yang rajin mencari rezeki dan belajar ilmu pengetahuan. Meskipun ia seorang tunanetra, semangatnya bergelora untuk belajar dan mengetahui segala yang didengarnya. Ia menggunakan pendengarannya sebagai pengganti matanya. Apa yang didengarnya tidak dilupakan lagi sehingga ia mampu mengutarakan kembali apa yang pernah didengarnya dengan baik sekali.
Suatu kali, dia mendengar orang-orang mustadh'afin dan budak-budak (hamba sahaya) di kota Makkah bersembunyi-sembunyi pergi ke Darul Arqam untuk mendengarkan berita-berita dari langit yang dibawakan Muhammad al-Amin. la merasa bahwa di Makkah terjadi pergolakan yang lain dari biasanya.
Perang urat saraf mulai tampak di permukaan; wahyu yang disampaikan kepada Muhammad al-Amin itu menganjurkan persamaan dan persaudaraan antarsesama umat manusia. Kaum mustadh'afin dan para hamba sahaya tertarik akan semua seruan itu. Sedangkan tokoh-tokoh Quraisy berusaha keras mempertahankan sistem kehidupan jahiliyah , tanpa mengindahkan perkembangan zaman dan tuntutan hati nurani masyarakat umum.